Download App
0.66% Love between Gravel / Chapter 2: Bab 2.a. Dua tahun lalu

Chapter 2: Bab 2.a. Dua tahun lalu

Tamu datang silih berganti masuk kedalam gedung mewah yang terletak di Tangerang disertai ketatnya protokol membuat petugas sibuk berjaga dan memperketat pengawasan di jalanan masuk gerbang perumahan mewah. Beberapa mobil mewah terparkir indah bagai showroom mobil. Kehebohan dan suara gelak tawa yang ramai menambah suasana pesta topeng semarak, hilir mudik beberapa pelayan membawakan minuman keras dan sedikit cemilan yang terbuat beraneka rasa, menggoda untuk dimakan. Meja prasmanan digelar bagai restoran di hotel bintang lima memanjakan rasa di mulut bahkan hiburannya tak kalah dengan konser solo yang menampilkan artis papan atas.

Tamu yang datang di pesta ini, semuanya mengenakan gaun dan jas mahal disertai topeng yang menghias wajah mereka masing-masing.

Apabila sudah memiliki pasangan maka ditangan kiri wanitanya akan ada sebuah gelang korsace yang senada dengan gaun yang dikenakan sedangkan prianya akan mengenakan bunga di kantong jasnya yang berada di dadanya.

Di pesta ini tak ada yang ingin salah mengambil pasangan orang lain karena dapat mengakibatkan perang dagang dikedua belah pihak dan sudah tentu akan menyebabkan masalah kalau harus mencari sekutu untuk melawannya.

Shizuru Lambia merupakan anak seorang pejabat penting di Jakarta. Selama ini, ia tinggal di Amerika sehingga terbiasa dengan kondisi suasana pesta. Tak jarang ia mabuk ketika di Amerika karena sikap jahil teman-temannya yang menyesatkan tapi ia tak pernah marah kepada mereka semua, lagipula itu hanya bercanda saja.

Kedatangannya kali ini ke pesta topeng dikarenakan undangan dari Morgan Zai sang pemilik pesta mewakili ayahnya yang sudah tua dan merasa tak pantas berada di pesta anak muda.

Dekorasinya sangat cantik bahkan makanan yang tersaji di meja prasmanan mampu menghilangkan kebosanan yang mulai datang di benak Shizuru. Acara baru saja dimulai, suara musik terdengar keras, semua orang bergembira sesaat setelah dibukanya acara pesta. Mereka semua menunggu acara puncak dimana Morgan Zai akan mengumumkan perusahaan yang akan diakuisisi atau dilikuidasi oleh perusahaan miliknya disertai acara lelang.

Zai.inc merupakan perusahaan terbesar pengembangan elektronik berskala besar, belum lagi anak cabangnya yang tersebar di seluruh dunia.

Mata Shizuru tertarik melihat sebuah bunga yang berada dalam kaca ketika kakinya melangkah tanpa sadar memasuki taman, niatnya hanya satu melepaskan rasa begah di perutnya karena kebanyakan makan. Keningnya mengerut mengingat-ingat nama bunga tapi tak satupun yang diingatnya hingga decak kesal keluar dari mulutnya membentuk huruf O lalu berubah lagi monyong. Disaat bersamaan Morgan Zai dan Baldi duduk di gazebo tak jauh dari Shizuru berdiri, mereka membahas beberapa hal pekerjaan yang ada di Swiss. Morgan Zai terdiam melihat Shizuru yang mengenakan sebuah gaun berwarna hitam bercampur biru yang memperlihatkan pundaknya yang putih halus memberikan kesan elegan dan menawan tanpa tambahan apapun.

Penampilan Shizuru tak ada yang dapat menarik perhatian lebih tapi ada detil kecil yang membuat Morgan Zai tertarik.

Gaun itu sangat panjang menutupi seluruh kakinya tapi setiap ia berjalan ada sedikit celah memperlihatkan kaki jenjang Shizuru mengenakan celana kulit hitam dan sepatu beludru. Sebuah perpaduan yang aneh kalau dipikirkan.

"Celana kulit hmm..seksi"gumamnya pelan, tangannya gatal ingin merasakan bagaimana rasanya tangannya menyentuh celana kulit tersebut dan membukanya, ada kejutan apa di baliknya. Tak pernah ia membayangkan dirinya tertarik sebesar ini hanya karena celana kulit dan sepatu beludru. Ia harus mengakui selera wanita didepannya itu, sangat mewah.

"Tuan.."panggil Baldi mengusik tatapan Morgan Zai. Saat ini Baldi berniat akan mengecek acara pesta yang tampaknya akan mencapai puncaknya di jam 0.00, Morgan Zai mengibaskan tangannya. Melihat itu, Baldi pergi meninggalkan Morgan Zai seorang diri.

Shizuru yang tak menyadari disekitarnya ada orang, iapun meregangkan badannya yang capek. Menyingkap sedikit mempertontonkan kakinya yang bergerak lincah menekuk kesana kemari tanpa keraguan dan kesan anggun. Jarinya panjang dan lentik, kukunya tertutup hiasan yang menambah seksual. Rambutnya hitam jatuh bergelombang di sepanjang punggungnya seakan mempermainkan mantra untuk mendekat dan menyentuh kehalusannya.

Morgan Zai terkesima melihat bagaimana tubuh Shizuru memberikan reaksi kuat pada bagian tubuhnya sehingga ia bergerak mendekat. Shizuru berbalik langsung menghadap Morgan Zai. nyaris saja berteriak terkejut tapi ditahannya dengan tangannya.

"Maaf...aku..hanya..", Shizuru bingung mau mengatakan apa perihal dirinya berada disini.

"Tidak apa, aku hanya berjalan saja, didalam terlalu berisik dan membosankan"kata Morgan Zai santai tapi matanya menatap lekat mata Shizuru yang berwarna coklat hazelnut. bibirnya kecil dipoles lipstik berwarna pink orange. matanya bersinar layaknya kucing kecil, tangannya semakin gatal ingin menyentuhnya.

"Ah..ternyata kamu menyadari juga ya"keluh Shizuru tanpa sadar, kakinya sedikit bergerak menjauh dari pria dihadapannya yang sepertinya terlalu dekat dengannya. aroma parfum lembut menerpa hidung Morgan Zai yang membuatnya terhenti bergerak.

"Aku belum pernah melihatmu disekitar sini"katanya penasaran melihat wanita didepannya bergerak lagi, sangat pelan sehingga kalau tidak diperhatikan baik-baik, orang tak tahu kalau Shizuru berniat pergi dari taman ini.

"Ah, aku hanya sebuah perwakilan saja"jelas Shizuru bergerak lagi, instingnya memintanya untuk segera pergi tapi kakinya sedikit lambat mencerna keinginannya. Satu hal yang tidak diketahui oleh Shizuru, gerakannya diarahkan Morgan Zai menuju gazebo.

"Begitu ya, hati-hati..."ucapnya tapi belum selesai Morgan Zai menyelesaikan ucapannya , tangan Morgan Zai meraih tangannya tapi malah tertarik. Shizuru terjatuh ke belakang, masuk kedalam gazebo berbaring, untungnya gazebo tersebut dilapisi karpet tebal dan alas tidur sehingga tak melukai shizuru, diatasnya Morgan Zai mengurungnya dengan kedua tangan disisi Shizuru.

"Apa yang kamu lakukan?"bisik Morgan Zai mendadak serak ketika wajahnya berada persis kurang dari 15cm, badannya bereaksi hebat bahkan ia merasakan denyut tidak biasa di bagian bawah bergerak liar. Rasa penasaran tak mampu ditahannya lagi, keinginan untuk mencicipi terlalu kuat.

Wajah Shizuru panik mengetahui kecerobohannya, "Maaf, aku tidak tahu kalau ada gazebo"jawabnya tidak nyaman dengan posisinya yang sangat intim. Wangi tubuh pria didepannya dan reaksi badannya tak dapat dipungkiri membuatnya takut sekaligus menyenangkan. Ada sesuatu didalam dirinya terbangun setelah sekian lama tak bereaksi dengan siapapun yang pernah dikencaninya ataupun dijadikan pacarnya.

Bukan kata-kata lagi yang diberikan Morgan Zai melainkan bibirnya menyentuh bibir Shizuru yang kenyal memberikan sebuah ciuman. Morgan Zai tertarik bagaimana rasanya apabila bibirnya dicium olehnya, apakah reaksi tubuhnya akan berkurang. Selama ini wanita hanya sebagai pemuas nafsunya saja, tak ada yang membuatnya menarik untuk lebih dulu bereaksi. Tangannya memegang wajah Shizuru yang halus ditangannya sedangkan tangan satunya lagi meraba celana kulitnya yang dipakai Shizuru. Keahliannya mencium membuat Shizuru tanpa sadar membuka bibirnya lebih lebar, membiarkan dirinya masuk lebih dalam mengenal rasanya. Morgan Zai benar-benar tak dapat menahan hasratnya saat ia menyentuh celana kulitnya yang halus, "Kain beludru? bukan kulit?sejak kapan celana kulit bercampur beludru"pikirnya berusaha mencerna kain yang dipegangnya tapi desakan liar menggoncangnya, tak mau lagi memikirkan kecuali merasakan ketika semua terasa pas di tangannya.

Shizuru terkejut bukan main, ini diluar dugaannya, walaupun ia pernah berciuman dengan mantannya tapi ciuman ini berbeda mampu membuatnya bergetar disetiap sel saraf tubuhnya ditambah tangannya seperti magic yang mampu mengeluarkan sulapnya.

"Em...", pasokan udara semakin menipis membuat Shizuru memukul perlahan bahu Morgan Zai untuk melepaskan. Morgan terpaksa melepaskan walau enggan. Mereka berdua mengatur nafasnya masing-masing yang memburu. Ada gairah dimata keduanya yang tak dapat dipungkiri bahkan nyaris menghanguskan keduanya kalau tak segera dilampiaskan.

Tiba-tiba

"Tuan, waktunya", Baldi mengingatkan kepada Morgan kalau waktu lelang sudah dekat. Ini bukan pertama kalinya, Baldi terpaksa mengganggu dengan wanitanya tapi ini pertama kalinya, ia melihat bagaimana Morgan Zai tertarik dengan wanita didepannya bahkan nyaris tak dapat menahan hasratnya kalau tidak diganggu. Morgan Zai perlahan-lahan bergerak menjulang tinggi, matanya masih melekat menatap Shizuru. bibirnya bengkak dan tertutup rapat. sorot matanya marah tapi lembut bersamaan karena gairahnya. Tanpa kata-kata Morgan Zai pergi begitu saja meninggalkan Shizuru diikuti Baldi.

"Siapa wanita itu, cari informasinya, besok pagi laporannya sudah harus ada di meja kerjaku!"perintahnya dengan langkah kaki yang tegas berjalan menuju gedung samping taman.

Shizuru yang ditinggalkan begitu saja merasa kesal, sumpah serapahnya mengalun merdu bagai musik klasik. Cepat ia bangun dan merapikan gaunnya yang kusut, Shizuru tidak berminat lagi untuk lebih lama berada di sini, peristiwa barusan sudah mengguncangnya, iapun bergerak melangkah keluar dari taman menuju parkiran.

Senyumnya merekah melihat motornya setia menunggu di parkiran belakang gedung. dibukanya gaunnya dengan anggun tanpa keraguan hingga terlihat tank top kecil dibaliknya. dilipatnya rapi lalu dimasukkan kedalam tas ransel yang ada di motornya, sebelumnya ia mengeluarkan jaketnya.

Tak seorangpun ada disekitarnya sehingga memudahkan ia bergerak cepat, ia sudah naik diatas motornya, lengkap dengan helmnya.

"Ayo pulang..baby"bisiknya mengecup motornya sebelum dinyalakan. Kalau orang melihatnya pasti akan mengatakan dirinya gila karena sudah mencium motornya seperti mencium kekasihnya.

Angin malam bertiup lembut di sekelilingnya membuat Shizuru teralihkan sejenak dari peristiwa di gazebo. Kecepatannya ditambah hingga maksimal, Shizuru sangat senang memakai sepeda motor. Bisa dikatakan cinta pertama terhadap kendaraan adalah motor yang sekarang setia menemani kemanapun ia pergi. Bahkan saat di Amerika, ayahnya mengamuk hanya karena ia membawa serta motornya yang harga bea pengiriman yang dibebankan sangat tinggi tapi Shizuru tak peduli tetap ia kirimkan demikian juga sekarang hingga ayahnya berkata, "Suatu hari akan ada dimana kamu tak akan bisa memegangnya bahkan meliriknya". Saat itu Shizuru hanya menertawakan kalimat ayahnya dan membalasnya,"jika itu terjadi maka aku akan pastikan orang itu haruslah mampu untuk menghidupi aku sebanyak 9 keturunanku".

Shizuru turun dari motornya yang terparkir manis di basemen apartemen. dipunggung ada tas kecil dan tangannya memegang helmnya. senyum masih menghias diwajahnya ketika masuk kedalam lift. matanya terbelalak lebar melihat Jordan ada didepan pintu apartemennya. mereka berdua berpelukan sebelum masuk kedalam kamar apartemennya.

"Kapan datang dari Amerika?"tanyanya kaget melihat Jordan dengan penampilannya yang luar biasa tampan tanpa cela. Sebuah kebiasaan lama yang tak dapat dihapuskan ketika bertemu Jordan yaitu memeluk dan mencium pipinya.

"Kaget sweet heart?"tanyanya balik mengacuhkan pertanyaan yang ditanyakan Shizuru. "Eh, bibirmu kenapa?"tanyanya lagi, Shizuru merasa diingatkan tentang entah siapa itu. "Disengat lebah"jawabnya pelan mengambilkan minuman soda untuk Jordan. "Masa sih, kamu ini, ceroboh"kata Jordan walau tak percaya dengan perkataan Shizuru. Selama mereka berdua berpacaran, Jordan tak berani menyentuh Shizuru, hanya sebatas peluk dan cium di pipi atau di kening.

Mereka berdua terdiam menyesap minuman soda di sofa dekat jendela apartemen, salah satu tempat favorit Shizuru menempatkan sofa besar menghadap jendela.

"Ada apa Jordan?"tanya Shizuru memperhatikan malam yang berubah pagi. Kepalanya bersender di bantalan sofa. Lelah sudah pasti tapi ia tidak mungkin menyingkirkan Jordan keluar dari apartemennya sekarang ini. Jordan menarik kepala Shizuru supaya meletakkan kepalanya di pangkuannya.

"Tak bisakah kita kembali seperti di Amerika?"tanyanya berharap. Mendengar kalimat itu, Shizuru menutup matanya perlahan. "Tidak! hubungan kita hanya sebatas teman tidak bisa lebih, perhatikan Gladys calon istrimu, apa ia tahu kamu kemari?", walau menutup mata sebenarnya Shizuru tahu apa yang diinginkannya. Hubungan cintanya di Amerika kandas karena Jordan bertunangan dengan Gladys atas desakan keluarganya dan Shizuru tak pernah menyesali keputusannya itu, ia tahu hatinya tak memiliki perasaan apa-apa selain tulus berteman. Jordan dan Shizuru adalah teman bermain, tetangga bahkan satu sekolah sehingga mereka berdua terbiasa dan tahu sama lain hingga saat ia kuliah di Amerika, disitulah Jordan menyatakan hatinya. Awalnya Shizuru mencoba tapi kalau diteruskan membuatnya kesusahan karena ternyata perasaannya berbeda dengan yang dirasakan Jordan.

"Dia tahu, sekarang bersama kedua orang tuaku"katanya menyederhanakan masalah sebenarnya, Jordan pergi meninggalkan Gladys di Amerika bersama orangtuanya, ia merasa harus mengejar Shizuru di Indonesia. Jordan berdebat dengan Gladys yang hidupnya tidak sesuai dengan yang dipertontonkan di masyarakat ramai bahkan orangtuanya. Gladys adalah wanita tipe senang-senang, entah bagaimana ia bisa membuat kedua orangtuanya dan orang tua Gladys mengikat bisnis bersama lewat pernikahan.

Tak ada lagi suara yang terdengar, mereka tertidur pulas. Seakan dunia disekitarnya tak lagi penting selain melepaskan sejenak penat yang dirasakan masing-masing. Matahari perlahan-lahan bersinar terang memancarkan sinarnya memperlihatkan bagaimana sebuah awal baru untuk hari yang baru.

Sementara itu, dibelahan bumi lainnya, Gladys melempar gelas sampanye yang dipegangnya kearah tembok. wajahnya memerah menahan marah sekaligus gairah yang dibangkitkan laki-laki di bawah kakinya yang mengangkang. Tangannya memegang foto tunangannya sedang tertidur pulas bersama wanita yang dibencinya sejak dulu. Wanita yang selalu menjadi penghalang untuknya mendapatkan cinta seutuhnya dari Jordan Hende.

"Tunggu..akan aku buat kalian berpisah selamanya"ucapnya disela-sela otaknya uang berkabut ketika mencapai puncak.

Mulutnya mencecap rasa manis yang ditawarkan pria satunya lagi, tak ada kesopanan bahkan terasa kebanggaan yang terlihat di wajah Gladys karena berhasil bercinta dengan dua orang pria sekaligus.

Gladys sangat mencintai Jordan tapi dikarenakan sejak muda bermain seks menyebabkan ia sangat kecanduan dan hal inilah yang menjadi pemicu perdebatan Jordan ketika dipergoki olehnya. Walaupun Jordan juga sudah merasakan kenikmatan yang ditawarkan Gladys tapi melihat dengan mata kepalanya sendiri, perangai jijik calon istrinya seketika membuatnya marah luar biasa.

Tak ada pria manapun yang mau menerima calon istrinya bekas orang lain terlebih bersikap layaknya pelacur di hadapan pria manapun asalkan mampu membawanya terbang tinggi melayang diatas batas kesadarannya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login