"Tapi, bagaimana caranya?"
Aku terdiam. Bodohnya aku! Aku belum memikirkan cara untuk kabur! Aku mengacak-acak rambut frustasi. Kalau mau kabur, paling tidak aku punya bekal uang. Mungkin aku bisa mengambil beberapa permata di Istana Ruby. Masalah uang beres.
Kemudian untuk jalan keluarnya. Aku terdiam lagi. Ini lingkungan istana, sudah pasti banyak kesatria yang berjaga-jaga. Lantas aku mau kabur lewat mana? Aku menggelengkan kepala pelan. Masih ada empat belas tahun lagi sebelum usia ku delapan belas. Dengan waktu selama itu, aku akan memikirkan caranya dengan matang.
Aku menepuk pelan kedua pipi ku dan berbalik untuk kembali ke kasur. Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka.
KRIEET!
'mampus aku!' ucap ku dalam hati.
Aku terdiam di posisi ku, aku terlalu takut untuk berbalik. Siapa yang membuka pintunya?
"Astaga, Tuan Putri?" suara wanita.
Aku berbalik pelan-pelan. Seorang wanita dengan rambut cokelat disanggul dan mata biru langit menatap ku kaget. Aku hanya tersenyum kecut melihatnya.
Dia adalah Lilian York. Dalam novel <Lovely Princess> dialah satu-satunya orang yang mengklaim bahwa Athanasia tidak bersalah sampai akhir. Karena hal inilah, Lilian York juga dijatuhi hukuman mati karena dianggap bersekongkol dengan seorang penjahat.
Mengesampingkan tentang rumor yang terjadi di Istana Ruby, dia tetap bersikeras menjadi pengasuh Athanasia. Alasannya adalah ibunya Athanasia, Diana. Lilian sangat kagum dengan Diana karena jiwanya yang bebas.
Mereka berteman akrab sampai saat Diana meninggal setelah melahirkan Athanasia. Saat itulah Claude membantai semua selir di Istana Ruby setelah tahu Athanasia sudah lahir. Kemudian dia memberikan istana tersebut pada Athanasia.
Omong-omong, ibuku adalah seorang penari dari Siadona. Dia diundang ke kerajaan untuk menghibur dalam suatu acara. Kecantikannya dapat membuat hati semua orang terpukau bahkan menarik perhatian Claude. Kemudian saat ibu sedang hamil, dia dilupakan oleh Claude. Kemudian ibu meninggal saat melahirkan ku. Aku penasaran dia seperti apa.
"Tuan Putri kenapa belum tidur?" Lily menghampiri ku dan menggendong ku. Aku masih tersenyum kecut menatapnya. Kemudian Lily membawaku dan menidurkan ku di kasur.
"Tuan Putri kenapa belum tidur?" Lily bertanya lagi, kali ini dengan nada lembut jika sebelumnya terdengar agak panik.
Aku menunduk, menghindari tatapan hangatnya. Entah kenapa aku merasa bersalah pada Lily. Karena membelaku habis-habisan, dia jadi dihukum mati oleh Claude b******an itu. Dia itu benar-benar psikopat!
"Lily," aku membuka suara, "Athy mimpi buruk."
Ah, Athy adalah nama panggilan yang kuberikan untuk diriku sendiri. Menurut ku lebih pantas untuk ku. Walau mungkin terdengar tidak pantas jika tahu umur mental ku.
Lily mengusap pelan puncak kepala ku. Tatapannya benar-benar hangat, seperti tatapan seorang ibu.
"Tuan Putri tidak perlu takut. Saya ada di sini, Tuan Putri."
"Athy takut Lily."
Aduh, salah omong. Pasti setelah ini Lily akan bertanya, ku jawab apa nanti?
"Takut dengan apa, Tuan Putri?"
"Athy takut..." Ku jeda kalimat ku, "takut kalau Lily, Seth, Hannah, dan kakak pelayan yang lain meninggalkan Athy. Lalu kalian membenci Athy."
Lily terkejut dengan ucapan ku. Dapat tersirat wajah sedih di sana. Ucapan ku bukan bualan belaka. Meskipun aku baru menjadi Athanasia setengah tahun terakhir, tapi aku sudah menganggap mereka seperti keluarga ku.
Lily memelukku dengan lembut. Dapat kurasakan kehangatan dalam pelukannya. Meskipun dia hanya seorang pengasuh, namun aku tahu pasti bahwa kasih sayangnya pada ku tidak main-main. Aku juga memeluknya bahkan lebih erat. Entah kenapa saat Lily memelukku air mata ku mengalir lagi.
"Lily...hiks...jangan...hiks...jangan tinggalkan...hiks...Athy!" aku sesenggukan saat mengucapkan itu.
Aku ingin kabur dari sini, tapi tidak ingin meninggalkan Lily dan semua kakak pelayan di sini. Aku ingin kabur dengan mereka, tapi tidak mungkin kan?
"Tuan Putri, saya tidak akan meninggalkan Tuan Putri. Saya akan selalu ada di sisi Tuan Putri. Jadi Tuan Putri tidak perlu takut."
Lily mengusap rambutku dengan lembut. Menenangkan ku kemudian menidurkan ku lagi. Aku tahu itu Lily, kau akan selalu berada di sisi ku sampai akhir. Tapi, itulah yang menghancurkan hidupmu. Seharusnya kau bisa menghabiskan hidup mu dengan tenang, menikah dan membuat keluarga bahagia. Bukannya malah merawat putri buangan yang menyedihkan sepertiku.
Dasar Claude ba****t! Kalau kau akan membuatku sengsara, jangan bawa-bawa Lily dalam hal ini! Dia juga ikut mati karena membelaku dari tuduhan palsu!
Aku menunduk sedih. Di satu sisi aku ingin Lily pergi dari ku dan menghabiskan hidupnya dengan damai. Namun di sisi lain, aku ingin Lily selalu bersama ku. Lily seperti figur seorang ibu bagi ku. Aku tidak ingin Lily meninggalkan ku. Apa aku boleh egois?
"Tuan Putri. Sebaiknya Tuan Putri tidur lagi, ya. Ini sudah lewat tengah malam."
"Lily. Tolong nyanyikan lulaby untuk Athy."
Lily tersenyum. Sambil mengusap rambutku, Lily mulai bernyanyi.
"Tidur lah tidur~
Bulan tersenyum~
Sampai jumpa hari ini~
Anak kecil melihat bintang dan tertawa~
Besok akan datang pagi yang lebih bersinar~
Mimpi indahlah~
Selamat tidur anakku~"
Ah, suara merdu Lily selalu membuatku mengantuk. Aku memejamkan mataku dan pergi ke dunia mimpi.
***
Lily POV
Aku tersenyum melihat tuan putri sudah terlelap. Entah apa yang akhir-akhir ini tuan putri mimpikan sampai selalu terbangun di tengah malam. Kalau memang mimpi tuan putri sangat buruk, aku harap itu hanya mimpi.
"Tenanglah Tuan Putri. Saya akan selalu berada di sisi anda," aku berbisik pelan.
Aku sudah berjanji pada diriku sendiri akan merawat Putri Athanasia dengan segala kasih sayang. Tuan putri adalah satu-satu kenangan dari Nona Diana. Tidak akan kubiarkan seseorang melukainya. Bahkan kalau aku mati sekalipun.
Jika suatu hari dia bersedih, aku akan menghiburnya. Jika suatu hari nanti orang-orang membencinya, aku akan tetap menyayanginya. Jika orang-orang menyalakannya, aku akan membelanya sampai akhir. Aku berjanji agar kau selalu bahagia tuan putri. Akan kulakukan apapun sebisa ku untuk membahagiakan mu Athy.
"Karena anda adalah harta paling berharga di Kerajaan Obelia, Tuan Putri Athanasia. Semua orang tidak akan meninggalkan anda, percayalah hal itu."
Ku nyanyikan sekali lagi lulaby kesukaan tuan putri. Kemudian aku mengecup keningnya dan melangkah menuju pintu. Tuan putri harus istirahat. Mimpi buruknya pasti membuatnya lelah. Ku tutup pintu perlahan-lahan dan melangkah menjauhi kamarnya.
Besok hari baru akan datang. Aku harap tuan putri lebih bersemangat besok, lusa, dan besoknya lagi. Aku berharap tuan putri selalu bahagia dengan orang-orang yang disayanginya.
Lily POV end
***
Ingat, lho. Ini hanya fanfiction - fiksi penggemar - imajinasi penggemar - bukan cerita asli! Semoga hari kalian menyenangkan!