Stacey seperti orang aneh yang gila, pasalnya orang-orang pergi ke tempat yang aman sedangkan Stacey pergi ke perpustakaan terdekat yang perlu ditanyakan keamanan nya.
Stacey meraba, melihat serta mengambil buku-buku yang terlihat sama seperti buku usang di perpustakaan guild Rafoxa.
"Buku ini hanya menceritakan tentang raja Phalentus, tak apa kubawa saja. Akan ku pelajari di guild." Kata Stacey seraya memasukkan buku usang tersebut ke sebuah tas kain miliknya.
Stacey mengarahkan kakinya menuju pintu luar perpustakaan, keadaan memang tak sericuh sebelumnya namun keadaan kota ini sangat memprihatikan.
Tanpa pikir panjang, Stacey mengambil sapu sihirnya lalu pergi menuju kota yang dimana terdapat Jason disana. Tujuannya hanya satu, mendapatkan buku yang sama.
Bukannya Stacey tak ingin membantu, tapi dirinya juga harus mencari buku tersebut dalam kesempatan ini.
"Lagipula masih banyak petualang yang akan membantu mereka." Kata Stacey pada dirinya sembari melaju dengan kencang untuk pergi dari kota itu.
Hanya membutuhkan beberapa menit saja dari kota sebelumnya, Stacey kini sudah berada di pintu masuk kota Hardrock yang terletak di sebelah utara. Stacey masih belum bertemu dengan Jason, Stacey pergi ke perpustakaan kota ini. Para penduduk sudah mengungsi ke tempat yang aman dan yang tersisa hanyalah para petualang dan kobaran api.
Stacey sudah menemukan buku tersebut, tanpa membacanya Stacey langsung saja memasukan buku tersebut ke tas yang sama. Setelah itu dirinya berkeliling kota Hardrock demi mencari keberadaan teman-teman nya.
Seperti insiden beberapa hari yang lalu, tak ada yang tahu darimana ledakan ini berasal. Akhirnya Stacey menemukan Jason, untungnya Jason tak terluka sedikitpun. Stacey membantu memadamkan api yang berkobar.
"Hal ini akan menimbulkan trauma pada masyarakat, terlebih bagi anak kecil." Ujar Jason memandang ke atas,
"Apa kau bisa bertahan lama dengan tubuh manusia mu?" Stacey bertanya pada Jason yang berubah wujud menjadi manusia.
Jason mengangguk sambil memasang wajah heran akan pertanyaan Stacey barusan.
"Bagus, kita akan mengelilingi kota ini. Apa kau bertemu dengan Erissa atau Amanda?" Stacey berkata tanpa memandang wajah Jason, matanya menerawang ke sekelilingnya.
Jason menggelengkan kepalanya, Stacey dan Jason pergi mengelilingi kota ini selagi mencari keberadaan temannya yang lain Jason dan Stacey membantu para korban yang masih ada di kota ini.
Tak ada jejak dari Erissa serta Amanda, Jason dan Stacey berpikir bahwa mereka ada di kota barat. Maka dari itu Stacey dan Jason memutuskan pergi ke kota barat setelah memastikan kota Hardrock aman.
Sayang seribu sayang, Jason dan Stacey tak bisa mengunjungi kota barat karena ada penghalang sihir yang menghalangi mereka. Stacey sudah berulang kali memanggil nama Aldero namun tak ada balasan dari ketuanya.
Tak hanya penghalang sihir yang menghalangi jalan mereka, sesuatu yang tak terlihat menghalau mereka. Sesuatu yang harus di pecahkan oleh akal logika. Karena tak ada balasan dari Aldero, Jason dan Stacey mengurungkan niat mereka untuk masuk dengan paksa lalu kembali ke guild mereka.
Beberapa orang telah kembali ke guild sedangkan Aldero dan Meidiva masih melaksanakan tugasnya.
"Bukankah menurutmu Aldero dan Meidiva itu sangat cocok?" Alexador bertanya pada Zedva yang tengah duduk di sampingnya.
Ruang makan terasa hampa karena tak banyak yang kembali ke guild.
"Kota tenggara sangat parah, begitu juga dengan Utara." Stacey menyimak pembicaraan dari mulut orang lain yang kebetulan sedang berbincang di dekat Stacey.
Satu persatu orang sudah kembali, Amanda dan Erissa belum menunjukkan batang hidungnya sedari tadi.
Stacey dan Jason masih setia menunggu kehadiran dua temannya ini, Alexador dan Zedva pun ikut menemani mereka.
Karena tak tau apa yang harus dirinya lakukan, Stacey mengambil kedua buku dari kedua tempat yang berbeda. Stacey membaca buku dari kota tenggara. Mengenai raja Phalentus yang sangat baik hati dan sejarah asal muasalnya terjadi tragedi perpecahan.
Sebuah tragedi yang membentuk 4 kerajaan besar di dunia Phantasy. Dikatakan dibuku tersebut bahwa raja Phalentus lah yang membuat tragedi tersebut, katanya raja Phalentus tercuci otaknya oleh seorang petualang dari dunia lain, Zhoe namanya.
Tragedi itu membuat ras dunia ini menjadi terpecah belah, pada kejadian itu teror dimana-mana.
"Setiap buku memiliki sudut pandang yang tersendiri ya." Benak Stacey akan buku yang dibacanya.
"Kau membaca buku fiksi itu? Ayolah itu hanya bualan belaka." Alexador berkomentar, Stacey tak memperdulikan perkataan Alexador dan terus membaca.
"Menyerahlah, Stacey sedang fokus seperti itu. Cara apapun takkan membuatnya goyah kecuali dirinya ingin berhenti atas keinginan nya sendiri." Jason menyarankan hal itu pada Alexador yang ingin membalas perlakukan sikapnya Stacey.
Jason mendapatkan tatapan tajam dari Alexador, Stacey terus membaca dan membalik lembaran baru dari buku usang yang tebal tersebut.
Aldero datang bersama Meidiva, hanya dua orang yang belum kembali, yaitu Amanda dan Erissa. Rasa khawatir Stacey meningkat, sebuah perasaan yang sebelumnya telah hilang.
Stacey benar-benar tak nyaman dengan perasaan ini, Jason tersenyum melihat wajah Stacey yang khawatir walau terlihat samar. Karena Stacey sudah mengeluarkan sedikit emosi nya.
Hari juga semakin larut dan tak ada tanda-tanda kemunculan Erissa dan Amanda. Stacey masih membaca buku yang tadi ia baca, semakin lama Stacey khawatir akan keadaan temannya yang tak kunjung datang ini.
Aldero menghampiri Stacey, dirinya berniat menanyakan keberadaan Erissa dan Amanda. Aldero pun memasang raut wajah khawatir mendengar kabar dari Stacey bahwa kedua orang yang dicari nya ini belum kunjung datang.
"Untuk malam ini istirahat lah, kita akan tunggu sampai besok pagi bila masih tak ada kita akan melakukan pencarian." Aldero berujar menenangkan bawahannya terutama Stacey.
Stacey mengiyakan dan pergi ke kamarnya, walau sudah di tenangkan oleh perkataan Aldero, Stacey masih tak bisa menghilangkan rasa khawatir itu.
Jason kini telah kembali dalam wujud serigalanya, Jason mendekatkan diri pada Stacey.
"Tenang saja, mereka akan baik-baik saja." Jason berusaha menenangkan Stacey walau Jason juga tak tau apakah mereka berdua baik-baik saja.
Stacey menarik nafas panjang lalu membuangnya secara perlahan, matanya menatap langit-langit kamar dan melangkah kan kaki ke arah jendela. Stacey mengarahkan matanya ke arah barat, untuk memastikan bahwa kota itu benar-benar diserang.
Tak ada tanda-tanda bekas diserang, padahal sebelumnya ledakan itu terdengar dari arah barat.
"Barat? Kota terakhir? Seperti yang diceritakan?" Stacey bergumam sambil berpikir keras mengenai apa yang terjadi.
Stacey menutup gorden jendela lalu mematikan lilin setelah itu Stacey pergi menuju kasur tempat tidurnya.
Stacey tak bisa tidur, otaknya saat ini terlalu berpikir keras demi mendapatkan jawaban dari sebuah petunjuk namun dirinya juga sudah sangat kelelahan.
Sebuah petunjuk terakhir yang akan mengungkapkan kejadian sebenarnya pada dunia.