Download App
3.41% Bukan cinta yang salah / Chapter 11: Bab 11 Percobaan.

Chapter 11: Bab 11 Percobaan.

"Kenapa kau bawa istrimu. Kau tahu wanita kalau bergosip di pertemuan keluarga sungguh luar biasa!" Kesal bos Glen menanggapi lawan bicaranya dengan bahasa mereka.

"Ku bilang tak ada waktu untuk urusan pekerjaan kita dengan istri-istri. Kenapa kau membawa istrimu. Aku tau betul perkumpulan wanita yang mereka ikuti bersama! Aiss!" nampaknya ketegangan bos Glen kian meninggi.

"Kau tahu itukan. Aku benci wanita cerewet seperti itu. Kau pun begitu. Kenapa kau menggali kuburanmu sendiri. Kau mau mati ya!"

"Aku tidak bisa hadir pada pertemuan ini. Kau email saja permintaanmu untuk musim datang. Aku akan memeriksanya nanti!" Dengan wajah kesal bos Glen mematikan panggilan telepon nya. Dia menatap ponselnya sekali lagi dan memasang wajah penuh emosi.

"Pak Kim kau mau mati ya!" Hardiknya menahan suara. Dia sungguh kesal dengan panggilan telpon barusan. Bos Glen bahkan memerlukan waktu untuk mengatur nafasnya supaya lebih tenang. Dia juga berusaha mengatur raut wajahnya supaya Risa tak ikut cemas dengan emosinya yang mulai tak stabil.

"Dia membuatku kesal saja!"

"Sayang, kau belum menghabiskan nasi mu!" Suara Risa membuat bos Glen segera memasang senyuman. Pria itu segera menghampiri kekasihnya. Dia membuka mulutnya dengan manja. Risa kembali menyuapi bos Glen.

"Ini minumanmu. Supaya lemak-lemak tadi hancur minumnya harus ini!" ujar Risa asal sambil menuangkan teh tawar ke dalam gelas.

"Kenapa air ini di dalam kantong seperti ini" protes bos Glen heran.

"Aah.. Sayang ku banyak protes. Minum aja. Kemasannya memang kaki lima tapi rasanya bintang lima" balas Risa berseloroh. Tapi bos Glen sepertinya tak mengerti dengan kalimat kiasan Risa. Pria itu bengong saja.

"Jangan bengong. Ayo minum" pinta Risa segera dituruti bos Glen.

"Tidak manis tapi segar" Risa setuju dengan pendapat bos Glen.

"Aku kenyang banget. Apa kita harus siap-siap. Jam berapa kau bertemu kolega mu sayang?" Bos Glen terdiam. Dia menyusul Risa yang mulai sibuk dengan ponsel barunya di atas ranjang. Bos glen melingkarkan tangannya di pinggang Risa. Dia menenggerkan dagunya di pundak gadi ls tercintanya.

"Pertemuannya batal sayang"

"Hah, kenapa. Sesuatu terjadi"

"Tidak. Hanya saja acaranya batal"

"Tiba-tiba batal. bisa begitu"

"ya" Risa terus memperhatikan ponselnya dengan takjub. Bos Glen ikut menatap ponsel di genggaman tangan Risa.

"Kalau begitu. Kita harus pulang?"

"Tidak"

"Hah" Bos Glen merebahkan tubuhnya di kasur. Wajah bingung Risa tak dia indah kan. Tangannya mengelus ranjang dimana mereka berbagi mimpi malam tadi. Bos Glen masih enggan beranjak.

"Ayo kita jalan-jalan. Besok kita sudah harus meeting. Membuat baju contoh. Menjalankan produksi. Memeriksa market dan menjadwalkan promosi" Risa melirik bos Glen. Kenapa bos Glen harus menjelaskan itu semua. Gadis itu bingung sendiri.

"Bos itu pekerjaanmu. Pekerjaanku hanya sampai barang jadi" cibir Risa. Bos Glen bangkit dari tidurnya. Dia mendekatkan lagi tubuh mereka.

"Siapa bilang"

"Maksudnya?"

"Jika kamu jadi istri saya. Itu jadi pekerjaanmu juga" Risa menjatuhkan ponselnya. Dia tak salah dengar. Menjadi istri? Sekalipun Risa tak pernah membayangkan. Bagaimana mungkin bos Glen berpikir sejauh itu. Hubungan mereka bahkan baru dalam hitungan jam. Bos Glen tidak sedang bergurau kan.

"Bos, apa kau bilang!" Risa mencoba mencari lebih jauh lagi

"Istriku" Darah Risa berdesir hebat. Bagaimana mungkin wajah serius tampan ini menyebutnya istriku. Bos Glen membuat Risa gila. Gadis itu terlalu senang hingga dia melonjak ke dalam pelukan kekasihnya.

"Bos bercanda ya" Sembari memeluk erat. Risa masih ingin mendengar kata itu sekali lagi.

"Tidak. Saya ingin Risa menjadi istri saya" unar Glen lagi.

"Bos, Kau selalu saja mengatakan hal manis. Kau membuatku merasa istimewa. Kau memberiku hadiah. Mengatakan kau menyukaiku, mencintaiku dan sekarang kau bilang istri ku. Kau membuat aku gila" protes Risa manja dalam dekapan dada bos Glen.

"Karena memang seperti itu. Risa sangat ramah. Risa membuatkan saya masakan. Risa menemani saya makan malam. Risa merapi kan ruangan saya. Risa bukanlah asisten saya. Tapi Risa begitu tulus melakukan semua hal itu untuk saya. Itulah mengapa bagi saya Risa istimewa"

"Aku kan rekan kerjamu. Wajar sekali melakukan semua itu"

"Tidak Risa. Rekan kerja tak seperti itu! Pegawai saya sangat kompetitif. Mereka berbaik wajah di depan. Di belakang mereka membicarakan saya. Saya banyak menemui gadis seperti itu" Suara bergetar bos Glen membuat Ris mengangkat wajahnya. Raut wajah tampan ini berubah sendu. Risa tak ingin membuat bos Glen sedih. Dia tak menyukai wajah tampan ini mendung.

"Aku akan melakukan apapun asal bos Glen suka" ujar Risa kemudian. Kalimat ini jelas ambigu. Risa tahu itu. Dia merasa perasaan bos Glen begitu tulus padanya. Itulah mengapa dia pasrah ketika cahaya mentari membias masuk jendela kaca yang dibiarkan terbuka menimpa seluruh tubuhnya yang memakai dress minim. Gadis itu membuka kedua tangannya dengan senyuman lebar, Bos Glen memastikan Risa sekali lagi.

"Risa saya tak ingin memaksa" Risa menggeleng cepat. Dia menatap beberapa saat gadis polos yang malu-malu di hadapannya kini. Bos Glen mendaratkan kecupan lembut di pundak Risa. Turun hingga indra perasanya bisa mengecap tiap jengkal kulit terbuka Risa. Posisinya yang bersimpuh seolah mulai goyah. Kecupan bertubi-tubi membuatnya hilang kendali

"Bos Glen.." Bisik Risa dengan bibir bergetar. 

"Tubuhmu indah" ujar bos Glen semakin membuang Risa berbunga-bunga. Lontarkan kian banyak pujian pada gadismu. Hingga dia mengawan tinggi. Bos Glen paling tahu cara menghadapi wanita.

Mata mereka bertemu dan saling menatap dalam. Keduanya tersenyum penuh arti hingga tenggelam dalam ciuman panas yang membara. Keduanya tak ingin menjeda lagi.

"Akkh.." Teriakan Risa membuat bos Glen bertambah semangat.. Risa tak bisa menahan semua yang bergejolak di dalam tubuhnya. Genggaman gadis itu mengendur. Tenaganya terlalu lemah untuk bertahan dengan sentuhan kekasihnya.

"Aaahh" Risa melenguh. Kau tau wajahmu itu membuat pria lepas kendali. Bos Glen menjatuhkan tubuh Risa di ranjang.

"Sayang ini pertama kalinya untukku" ucap Risa dengan wajah merah padam.

"Saya akan sangat hati-hati" jawab bos Glen sembari merobek plastik kecil dengan giginya. Saat nya mereka memulai peperangan yang sesungguhnya.

"Mm.." Risa menahan tangisannya. Sesuatu sepertinya robek di bawah sana. Pria itu menggenggam erat kedua telapak tangan Risa. Dia bisa merasakan getaran hebat gadisnya. Risa meringis dan menangis membuat bos Glen tak tega. Pria itu menghentikan kegiatannya. Dia meraih tisu dan mengelap air mata kekasihnya.

"Sayang apa kamu baik-baik saja?"

"Huhuhu.." Sembari menangis Risa menggeleng lemah. Bos Glen segera memeluk Risa. Dia mendekap gadisnya erat.

"Sayang maaf. Maafkan aku"

"Huhuhu.. hiks" Risa masih terus menangis. dia merasa tubuhnya sangat lemah. Rasa nyeri membuatnya takut. Tapi dia tak ingin mengecewakan prianya. Risa tak ingin bos Glen kecewa. Tapi gadis itu juga takut.

"Maaf sayang. Maaf" bisik bos Glen berkali-kali. Dia berusaha menenangkan Risa. Suara penuh rasa bersalah bos Glen membuat Risa terbebani. Jelas gadis itu menangkap penyesalan di wajah kekasihnya. Tapi dia sendiri. Dia sendiri kecewa karena tak bisa memberi kebahagiaan pada kekasihnya. Padahal sudah jelas pria ini terus berusaha mengontrol dirinya bahkan sejak malam tadi. Risa kesal dengan dirinya sendiri.

" Maaf Risa. Maafkan saya" Risa menggeleng

"Aku minta maaf" ujar Risa menunduk dalam

"Tidak apa-apa sayang. Kita bisa mencobanya lain waktu"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C11
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login