Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak
Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti
Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore
Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh
Terima kasih,
Nona_ge
***
Faye menunggu Denis memasak cukup lama hingga menguap berkali-kali saking bosannya, salahkan juga saluran televisi yang tidak ada serunya. Tidak tahan akan siaran berita, memilih mengecek ponselnya yang sudah penuh pesan yang kebanyakan dari Claudia. Ia membukanya was-was dan benar isinya Claudia menanyakan sedang ada di mana dan meminta mengundang Denis besok ke rumah keluarganya.
Faye tidak bisa membayangkan berapa lama harus memasang wajah serta senyuman bahagia palsu di depan keluarga besarnya.
Iya.
Ketika bilang keluarga maksudnya adalah keluarga besar dari ayah dan ibunya.
Faye tidak bisa menyalahkan siapa pun di sini, meskipun Claudia menurut mentiadakan perayaan menikah setidaknya berkumpul keluarga besar merupakan hal yang wajib.
Aroma asing tercium oleh hidung Faye bukan aroma masakan yang dikenalnya, lebih ke rempah-rempah. Ia berpikir apakah Denis membuat masakan India? Takkan mungkin, pasti memasak hidangan asal Indonesia yang seingatnya memakai rempah-rempah juga.
Faye pernah ke Bali, tapi sudah lama sekali sewaktu masih kecil, sekarang lupa bagaimana rasanya, yang diingat hanyalah pemandangan indah pantai itu pun samar-samar, maklum umurnya sembilan tahun saat itu yang normalnya lebih senang bermain di luar dari pada makan.
"Hidangan sudah siap."
Faye meletakkan ponselnya di sisinya, "Akhirnya, aku hampir keriput menunggu nih, Denis."
"Makanan yang sempurna membutuhkan waktu, sayang~" Denis memberi alasan yang cukup logis.
Faye memandang piring berisi nasi berwarna kuning terang tersebut syok, "Kenapa nasinya bisa berubah begini?"
"Kau belum pernah mencoba nasi goreng?" Denis bertanya balik.
Faye memperhatikan nasi yang berwarna kuning tersebut dengan seksama, "Maksudmu fried rice? Tentu sudah, tapi baru pertama kalinya melihat nasinya berwarna kuning!"
"Itu dari rempah-rempah khas Indonesia, kunyit," kata Denis.
Faye menghembuskan napas lega, "Aku pikir kau memasukan aneh-aneh seperti ramuan cinta."
Denis tertawa, "Kita tidak hidup di dunia fantasi, mana ada ramuan cinta. Membuatmu jatuh cinta tidak perlu memakai ramuan, sayang~"
Faye mengambil satu sendok masakan yang dinamakan nasi goreng tersebut, diperhatikan bahan apa yang dimasukan; telur, kacang polong, dan potongan kecil dari daging ayam sepertinya.
"Maaf, aku hanya menggunakan bahan seadanya. Kau tahu akhir bulan bagaimana orang pengangguran sepertiku," kata Denis sedikit malu, "kalau di Indonesia ini nasi goreng ala anak kosan, hahaha ...."
"Menurutku cukup lengkap," kata Faye lalu memasukkan sendok ke dalam mulutnya, "Hm ...?"
"Bagaimana?" Denis bertanya dengan nada penuh harapan.
"Ini beda dari nasi goreng yang aku coba," kata Faye setelah menelan makanannya, "kau pakai rempah-rempah itu yang membuat nasi goreng berbeda dan ada sesuatu yang aneh di sini bukan tidak enak, tapi aku tidak bisa menjelaskannya."
"Aku memakai senjata ampuh orang Indonesia yaitu MSG," kata Denis penuh rasa bangga menepuk dada bidangnya.
"Oh," Jadi itu yang membuat rasanya kuat, "ini tidak buruk."
Denis tampak tidak puas dengan jawaban Faye, seharusnya memasak yang lain saja.
"Aku bilang tidak buruk bukan berarti jelek, iya?" kata Faye, namun ekspresi Denis belum mau berubah, jadi tidak enak rasanya, dipegang tangan Denis yang berada di sisinya, "tidak apa, ini baru pertama, kau bisa buat nasi goreng lebih hebat setelah kita tinggal bersama~" katanya berusaha menghibur.
Nampaknya berhasil sebab kemurungan di wajah Denis perlahan menghilang.
Faye mengambil satu sendok lagi, dan ketika mau memasukkan ke dalam mulut melihat Denis memperhatikannya seperti orang haus, "Kau mau?" Ia menawarkan.
Mata Denis berbinar-binar tanpa basa-basi membuka mulut memberi isyarat meminta disuapi.
"Kau sudah dewasa Denis, masa minta disuapi?" Faye bertanya sambil menggeser piring ke arah Denis, tapi digeser balik padanya.
"Karena tidak seru makan sendiri," kata Denis santai.
Terkadang dibalik sifat Denis yang suka merayu layaknya lelaki dewasa tersembunyi sifat kekanakan dan sekarang ini contohnya.
"Ayolah, sayang. Aku sudah berjuang untukmu~" Denis merayu lagi.
Tidak salah, Faye tentu menghargai perjuangan Denis yang memikirkan masakan apa yang pas untuknya. Ia mengambil sesuap nasi dan menyodorkannya ke Denis.
Denis dengan senang hati membuka mulutnya.
Faye memasukan sendok tersebut, lalu meletakkan kembali ke piring, "Bagaimana rasanya masakanmu sendiri?"
Denis berpikir, "Masalah itu bukan tempatku berbicara, aku yang membuatnya sudah jelas akan memuji meskipun rasanya tidak enak."
Faye tidak berpikir sejauh itu mungkin karena selama ini selalu makan di luar jarang buat sendiri jadi hampir lupa bagaimana rasa masakan sendiri, sebuah kebanggaan jika berhasil membuat masakan.
"Jadi kau mau menginap? Hari sudah malam," Denis menawarkan.
"Tidak," Faye menolak cepat, menginap sama saja bunuh diri, pengalaman di hotel sudah cukup takkan mungkin masuk ke lubang yang sama, "aku mau pulang saja."
"Aku hanya menawarkan bukan melakukan yang tidak-tidak padamu," kata Denis, "kau bisa tidur di kamarku sementara aku tidur di bawah atau ruang tamu."
"Kenapa tidak di kamar temanmu?" tanya Faye heran Denis lebih memilih di ruang tamu.
"Henry memang lelaki baik, tapi aku begitu menjaga kebersihan diriku," kata Denis.
Faye tertawa mendengarnya, "Kau mengakui dirimu suka kebersihan? Ingat pekerjaanmu itu kotor."
"Kau salah, Fay," kata Denis sedikit kesal, "kau wanita pertama yang menyewaku."
Faye terkejut mendengarnya, "Aku yang pertama!?"
Denis mengangguk, "Temanku yang memaksaku mendaftar ini, dia bilang jika aku tidak bisa menggunakan keahlian, setidaknya gunakan ketampananku, dan bom terciptalah ide menjadi Sugar Baby seperti dia."
Faye tertawa getir, ternyata situasi Denis hampir sama dengannya yaitu paksaan dari teman sendiri, "Kau bilang sudah punya Sugar Mama sebelumnya."
Denis tersenyum, "Aku hanya ingin terlihat dewasa di matamu, mana mungkin aku jujur ini pengalaman pertamaku, 'kan?"
Untuk seseorang yang baru pertama jadi Sugar Baby, Denis tidaklah buruk, cukup handal merayu.
Faye sejujurnya benci dengan seorang pembohong, namun ketika itu berhubungan dengannya masih bisa memaafkan apalagi kebohongan Denis bukan besar, "Tetap saja harus jujur."
"Aku sudah sampai sekarang," kata Denis.
"Hm," Faye memperhatikan dengan senyum jahil, "aku sulit mempercayaimu."
"Sayang~" Denis merajuk manja.
Faye tertawa, "Sejujurnya, besok Mamaku mengundangmu ke acara keluargaku," Ia berkata sehati-hati mungkin, "merayakan pernikahan kita dan memperkenalkan mu ke keluarga besar ku secara resmi."
Mata Denis melebar, "Apakah kau bilang keluarga besar?" tanyanya ketakutan.
Faye mengangguk terpaksa, "Kau bisa tidak hadir, aku akan bilang ke Mama."
"Tidak."
"Eh?"
"Aku akan hadir," kata Denis, "aku sadar ini tanggung jawabku juga jadi kali ini aku takkan lari, kita hadapi sama-sama, iya Fay?"
Faye tersentuh mendengarnya, membiarkan Denis berpikir selama seharian hingga cemas seharian juga, tidak sia-sia semua itu, "Terima kasih Denis, aku senang kau mau datang."
"Aku mau mencuci piringnya, iya?" tanya Denis.
Faye mengangguk dan Denis pergi ke dapur untuk mencuci piring tadi, rasanya aneh sekali Denis mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan wanita jadi berinisiatif menghampiri, "Biar aku saja."
"Eh? Tidak usah, kau kan tamu," Denis menolak dengan mendudukkan Faye di kursi pendek dekat bak cuci piring.
Faye mencoba berdiri, tapi ditahan Denis.
"Takkan lama, Fay. Kau nikmati saja pemandangan indah ini~" Denis membujuk menggoda.
Faye terheran-heran pemandangan dari mana? Melihat Denis perang dengan satu piring kotor? Ew. Ia melirik Denis yang begitu fokus membersihkan piring dengan spon lalu menyirami dengan air sambil digosok-gosok biar lebih bersih, barulah meletakan piring di tempat piring dan mencuci tangannya, "Kau cocok dijadikan pengurus rumah tangga di rumah nanti, hahaha ...."
Denis berpikir sejenak sebelum berkata penuh menggoda, "Aku dengan senang hati melakukannya~"
"Oh," Faye terkesiap pelan tiba-tiba Denis memeluknya, "apa sekarang?"
"Tapi itu membutuhkan imbalan besar juga~" Denis menambahkan, mata cokelatnya tertuju pada bibir Faye.
"Apa?" Faye bertanya yang seketika itu juga Denis mendekatkan wajah padanya yang dengan cepat pula menghindar mengenai pipinya.
Denis memegang dagu Faye agar saling menatap satu sama lain, "Faye." panggilnya pelan.
Faye tidak tahu apa karena suara Denis yang begitu menggoda ketika menyebut namanya atau mata cokelatnya yang menatapnya begitu dalam, namun satu hal yang pasti saat Denis mencoba mencium, tidak ada bentuk penolakan lagi.
Denis memulai dengan memberi kecupan singkat seperti kemarin, melihat reaksi Faye yang merona merah begitu manisnya, lalu memberikan ciuman panas yang membuat tubuh Faye menginginkan lebih.
Faye tersadar bahwa ciuman Denis lebih kasar dari semalam? Ataukah cuma perasaannya saja? Mengingat masih tidak sepenuhnya ingat mengenai kemarin.
Denis menyudahi ciuman mereka untuk mengangkat tubuh Faye, membawa ke kamar tidur sambil sesekali memberikan kecupan singkat di bibir merah ranum tersebut agar tidak meredupkan api gairah mereka.
Faye membuka kancing kemeja kotak-kotak biru laut yang dikenakan Denis selama diangkat menuju kamar tidur, dan dibukanya ketika merasakan bokongnya menyentuh sesuatu empuk yang diyakininya ranjang. Ia menengadahkan kepalanya memberikan jalur lebih luas bagi bibir panas Denis menjelajah di sana sementara tangannya masih membuka kancing kemeja semakin ke bawah membuka kancing celana jeans hitam yang terpasang sempurna di pinggul Denis lalu menyelinap untuk menggenggam sesuatu yang perlahan mengeras dan tegak karena sentuhannya.
Denis berhenti mencium untuk mengerang merasakan kejantanannya disentuh oleh tangan halus Faye memberikan nafsu kian nyata di matanya. Tangannya melepaskan kemejanya yang sepenuhnya terbuka, baru menyerang lagi lebih panas dari sebelumnya memberikan gigitan cinta di leher Faye. Ia sedikit kesulitan membuka kancing baju Faye sampai memaksanya kancing terlepas dari kemeja, membelai dada yang masih tertutup bra putih susu.
Faye berhenti menggerakan tangannya naik-turun sebentar untuk meloloskan desahan pelan di bibirnya ketika tangan Denis menyentuh kewanitaannya. Mata hitamnya terbuka untuk beradu pandang, mengamati mata cokelat di atasnya.
Denis balas memandang, yang dilihatnya terdapat nafsu di kilatan mata Faye, yang membuat hatinya terhibur, menjanjikan dirinya akan mengeluarkan kilatan cinta nantinya di mata Faye.
Untuk sekarang Denis akan fokus memuaskan wanita cantik di bawahnya.
Denis berhenti menggerakan tangannya yang berada di kewanitaan Faye untuk melepaskan celana jeans yang berwarna sama sepertinya, berpikir sesaat apa mereka memiliki ikatan batin bisa memakai celana berwarna sama.
Faye dengan terpaksa melepaskan kejantanan Denis dari tangannya untuk melancarkan apa yang dilakukan Denis pada celananya. Ia mau menyentuh kejantanan yang mengeluarkan cairan di bagian ujungnya lagi, sayangnya Denis menggelengkan kepala menolak jadi ia melarikan tangannya menyentuh otot dada yang bidang tersebut penuh sensual.
Denis memposisikan dirinya di kewanitaan Faye, memainkan jarinya di sana sambil sesekali memperhatikan setiap gerakan Faye yang melengkung ke sana kemari karena sentuhannya yang terlihat seksi di matanya, namun bukan itu tujuannya, desahan bahkan teriakan itulah yang diincarnya.
Faye refleks menggenggam tangan Denis erat yang bermain di kewanitaannya saking tidak tahan akan kenikmatan yang diperolehnya, satu desahan panjang nama Denis keluar dari bibirnya yang disusul cairan keluar di bagian bawahnya. Ia mengerang kecil merasakan jari Denis masih bergerak di dalam, "Aah ...."
Denis menyudahi sentuhan jarinya, dan memposisikan kejantanannya yang bergairah seutuhnya di luar kewanitaan Faye, pelan-pelan memasukkannya yang kemudian mengerang setelah berhasil tertanam sempurna di dalam, memulai lambat seperti sebelumnya ingin menikmati penyatuan kedua mereka.
Faye mendesah sesekali, matanya terbuka menatap Denis yang berada di atasnya memberikan kenikmatan pada tubuhnya yang panas akan nafsu, hanya sebentar menutup ketika Denis memberikan sentakan kuat dan dalam, menyentuh titik sensitifnya.
Gerakan pinggul Denis sama seperti pertama kali mereka menyatu, membuat Faye kembali berpikir liar bila yang dilakukan mereka itu bukan seks melainkan bercinta.
Kebanyakan pria yang singgah di hati Faye saat melakukan hubungan intim selalu memainkan dadanya yang besar penuh nafsu bahkan meminta diservis memakai dadanya, namun hanya Denis yang tak melakukannya, memberikan belaian lembut.
Faye merasa aneh dan spesial bersamaan.
"Denis ...," Faye mendesah kan nama Denis meminta lebih cepat untuk menghentikan pikirannya, hanya mau dipenuhi nafsu saja bukan cinta. Ia membalikan posisi mereka, mengambil alih kendali sambil mencium bibir Denis panas.
Denis membalas bermain lidah walau awalnya merasa aneh pada Faye yang tiba-tiba bertingkah agresif. Ia memeluk erat tubuh Faye membagikan kehangatan pada tubuh yang panas dan basah, melanjutkan gerakan pinggulnya naik-turun lebih cepat.
Faye mengakhiri ciuman mereka untuk mendesah, merasakan gejolak di bawah perutnya berada di puncaknya. Ia tidak melawan ketika Denis memutar kembali posisi mereka justru dirundung bahagia gerakan pinggul Denis meningkat yang menaikan desahannya semakin keras dan puncaknya benar-benar sampai, "Denis!"
Denis mengerang merasakan kewanitaan Faye semakin menjepit kejantanannya mempersulitnya bertahan lebih lama dan ikut mencapai puncaknya, menyebut nama Faye di desahannya.
Faye mengerang kecil merasakan kejantanan Denis mengeluarkan benih hangat memenuhi rahimnya untuk kedua kalinya. Kakinya yang melingkar di pinggul Denis terkulai lemah di ranjang.
Denis mengecup bibir Faye singkat sebelum memisahkan penyatuan mereka, melihat benihnya keluar perlahan dari kewanitaan Faye yang tak hentinya memberikan nafsu padanya akan pemandangan itu.
Faye melihat gelora gairah di mata Denis dengan cepat mengubah posisinya menjadi miring, namun itu tak berpengaruh banyak sebab Denis berada di antara pahanya. Ia sudah cemas bila mereka akan melakukan seks lagi, tapi menghela napas lega ketika Denis menyingkir dari atas dan berbaring di sampingnya.
Denis menyingkirkan rambut Faye yang menempel di leher untuk bisa diciumnya, "Sayang, aku senang~"
"Hm ...," Faye bergumam singkat mencoba membiarkan kantuk menguasai tubuhnya.
Denis memeluk erat Faye, sejujurnya ingin lagi namun diurungkan karena terlihat jelas sekali Faye kelelahan. Ia menutup matanya berusaha tidur menyusul Faye di alam mimpi.
***
Faye terbangun dengan perasaan yang berat, melirik di sampingnya seperti biasa Denis sudah bangun, duduk di dekat jendela sambil menyesap secangkir kopi. Ia bangkit yang membuat ranjang berbunyi pelan menyita mata Denis dari luar jendela ke dirinya, "Aku mau mandi."
"Tap—"
"Tidak. Jangan." Faye memotong lagi dengan ketus dan menekankan setiap kalimatnya.
Denis terdiam.
Faye memanfaatkan dengan langsung berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuh yang dipenuhi penyesalan. Ia tahu berlebihan, itu sesuatu yang wajar bagi suami-istri, tapi hati kecilnya tak bisa menyingkirkan perasaan ini.
Kenapa juga Denis begitu sulit ditolak?
Kenapa Faye begitu mudah menyerahkan diri?
"Aku taruh handuk dan bajumu di gagang pintu, Fay."
Faye mematikan keran shower dan mengambil handuk serta bajunya semalam yang disiapkan oleh Denis, mengeringkan tubuhnya dan memakai baju—"Tunggu! Ini bukan baju yang aku pakai." Warnanya sama tapi ukurannya terlalu besar buat tubuhnya yang berarti baju milik Denis.
'Dia itu.'
Faye memakai celananya yang kali ini pas berarti punyanya, dan keluar dalam keadaan handuk melilit rambutnya yang basah.
Denis yang juga sudah berpakaian rapih mendekat untuk memberi pelukan hangat, "Pagi, sayang~"
Faye menyingkir dari pelukan hangat itu, "Jangan bilang pagi padaku. Mana bajuku?"
Mata Denis membulat sebentar sebelum rona merah muncul di pipinya, "Kau lupa, sayang?"
Faye bertopang dagu berpikir, "Lupa?"
"Karena kancingnya begitu sulit dibuka jadi aku memaksanya semalam," kata Denis malu menggaruk belakang lehernya.
Faye syok berat mendengarnya, tidak menyadari sebab terlalu dimabukkan oleh ciuman Denis di leher dan tangan kokoh yang menyentuh tubuhnya yang saat itu ingin disentuh lebih lagi. Ia terbatuk ingat itu, "Kau tidak sabaran."
"Bagaimana tidak? Kau begitu menggoda, sayang~" kata Denis merayu lagi.
Faye mengembuskan napas, "Sudahlah. Jadi kapan petugas pindahan datang?"
"Sesuai janji jam delapan, tapi bisa lebih karena kau tahu jam segini jam orang kerja," kata Denis.
Faye melirik jam dinding di tembok, masih ada waktu setengah jam lagi, "Tunggu! Kita harus pergi! Aku lupa kita sarapan bersama keluargaku."
Bagaimana bisa Faye lupa? Ayahnya pasti akan marah besar, paling benci dengan orang yang terlambat bisa buruk bagi reputasi Denis yang pengangguran, masa mau ditambah ini.
Habis sudah Faye dan Denis, apartemen ini begitu jauh dengan rumah orang tuanya, tak yakin akan sampai walaupun naik kereta cepat.
Faye buru-buru mengambil ponselnya di samping meja lampu, mengecek apakah ada pesan atau email, menekan tombol ke bawah apa ada pesan dari keluarganya.
Ada satu dari Claudia.
Dari : Mama
Faye, maafkan Mama, tapi kumpul bersamanya ditunda hingga nanti malam mengingat ini bukan hari minggu.
Jangan lupa jaga kesehatan iya, sayang~ dan suamimu titipkan salam, jaga kesehatan juga.
Tidak ada yang membuat Faye bahagia di pagi hari selain acara yang dibatalkan meskipun hanya diundur, setidaknya tak perlu buru-buru lagi.
"Bagaimana, Fay?" tanya Denis.
"Acaranya diubah nanti malam," kata Faye dengan senyum lebar yang tidak bisa disembunyikan, "kita bisa fokus sama pindahan mu, Denis."
Denis tersenyum juga, "Aku senang juga, tapi apakah kau tidak bekerja?"
"Aku sudah ijin tidak masuk untuk mengurus pindahan ini kemarin," kata Faye.
Senyum Denis semakin lebar, "Aku tersentuh kau mau cuti untukku sayang."
"Hm~ kalau begitu buatkan aku sarapan~?" Faye meminta dengan nada suara se-manja mungkin.
Sejujurnya Faye mengambil cuti untuk menenangkan diri bukan karena Denis, mengurus pindahan itu cadangan saja mengingat kemarin Denis begitu terpuruk setelah pernikahan mereka.
Denis sedikit ragu, "Aku ingin, tapi bahannya menipis, aku kasihan sama Henry."
Faye tertunduk kecewa tidak dapat merasakan masakan Denis, "Apa ada restoran yang menyajikan sarapan yang enak?"
"Tentu saja ada, Fay. Tapi, kau tunggu di sini saja iya? Aku yang pergi sendiri," kata Denis.
"Kenapa memangnya kalau aku ikut?" tanya Faye, "jangan bilang pegawainya ada wanita cantik?"
"Aku selalu senang dengan kecemburuan mu, Fay," kata Denis, "tidak ada, di sana karyawan wanitanya sudah menikah semua, kau tenang sekarang."
Faye terbatuk, dan tersadar bahwa ucapannya tadi seperti wanita yang mudah cemburuan. Ia berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa hitam, "Aku tunggu sambil menonton televisi membosankan ini," Yang dihalangi oleh Denis yang berdiri di sana, "Apa?"
Denis menjajarkan wajahnya dengan wajah Faye, "Mana ciuman selamat paginya~?"
"Serius Denis, mau mencoba mengetes aku?" Faye bertanya ketus.
Belum puas mencium semalam memangnya?
Denis menyunggingkan senyum kecil sebelum meluruskan lagi tubuhnya, "Namanya juga orang usaha Fay. Jangan salahkan aku karena kau begitu sulit ditolak~"
Faye menggaruk lengannya yang tidak gatal, tidak menyangka Denis akan mengatakan hal semanis itu. Ia sering dipuji, tapi ketika Denis mengatakan dengan serius membuat hatinya berbunga-bunga.
Denis melempar senyum sekali lagi lalu berkata, "Aku akan segera kembali, cobalah untuk tidak merindukan aku, sayang~"
Dan mulai lagi Denis dengan rayuannya yang sukses membuat hatinya yang tadinya sedang berbunga-bunga menjadi layu seketika.
Faye melanjutkan lagi menonton televisinya, mengganti saluran karena isinya mengenai berita, suasana ruangan yang begitu sunyi membuatnya rindu dengan suara Denis. Ia menepuk keningnya, sepertinya ucapan Denis sudah merasuki mood-nya.
Cklek.
"Hm?" Faye mendengar pintu terbuka, otomatis menoleh berpikir itu Denis, mungkin mengambil barang yang tertinggal jadi kembali. Ia sigap berlari ke pintu namun bukan melihat wajah Denis melainkan seorang pria berambut cokelat masuk ke dalam dengan santainya.
"Denis aku kembali—" Pria muda berambut cokelat itu berhenti berbicara setelah melihat Faye, "Ahhh! Kau siapa!?"
Ga bisa komentar soal bab ini
Mungkin sekedar curhat ya, terkadang nulis cerita dewasa itu bikin malu sendiri karna saya harus membayangkan sikap karakter bakal bagaimana klo mereka di ranjang
Faye bukan tipe pemalu kayak Gaea, dia lebih agresif sesuai pengalamannya
Jangan lupa cek novel saya yang lain berjudul 'Dendam Cinta' bisa cek di profil saya
Dukungan seperti komentar, batu daya sungguh berarti buat kemajuan novel saya ♥️
Terima kasih banyak ... ♥️♥️♥️