Download App
4.33% Penjara Cinta Sang Presdir / Chapter 17: Bertengkar

Chapter 17: Bertengkar

Melihat rumah Tristan begitu sepi, Christian pun memutuskan menelpon Tristan. Christian tidak bisa masuk ke dalam rumah Tristan karena gerbang rumah Tristan terkunci.

Panggilan tersambung.

"Halo, Tristan kamu di mana?"

[Di dalam rumah dan aku tahu kalau Kakak ada di depan gerbang. Ada apa? Aku malas jalan ke depan untuk membuka pintu dan gerbang]

"Lepaskan Haruna!"

Tristan yang awalnya masih bersikap tenang pun menjadi terkejut. Dari mana Chris tahu bahwa Tristan membawa Haruna ke rumahnya dan dari mana Chris mengenal Haruna? Kedua pertanyaan itu berputar-putar di dalam pikiran Tristan. 

[Kakak tidak bisa mencampuri urusan pribadiku. Kakak pulang saja!]

"Bebaskan Haruna dan aku akan membayar hutang ayahnya Haruna padamu," ucap Christian.

[Tidak. Ini bukan karena uang. Kakak juga tahu uang 2 Milyar itu hanya sebagian kecil dari harta yang kumiliki. Jadi, jangan ikut campur!]

Tristan memutus sambungan teleponnya. Ia juga mematikan daya ponselnya. Tristan menatap jauh ke arah gerbang rumah dari jendela kamarnya. Ia heran melihat Tristan yang begitu murka mendengar Haruna ada di dalam rumah.

"Semakin menarik dan semakin membuatku tidak ingin melepaskan Haruna. Dari mana Chris mengenal keluarga Haruna?" Tristan yang baru saja selesai mandi masih memakai handuk kimono. Ia melangkah mencari Haruna yang sedang memasak di dapur. 

Haruna sedang menyiapkan sarapan. Baru saja Haruna mematikan kompor dan menaruh roti bakar buatannya di dalam piring. Tiba-tiba Tristan menarik pinggang Haruna dan memeluk tubuh sintal Haruna dengan erat.

"Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan?" Haruna memberontak dalam dekapan tubuh kekar berisi milik Tristan. 

"Mantra apa yang kau gunakan? Kenapa kakakku begitu marah mendengar kamu ada di sini?" tanya Tristan. Satu tangannya yang lain mencengkram dagu Haruna agar menatap wajah Tristan.

"Aku tidak pernah menggunakan mantra apapun dan aku juga tidak kenal dengan kakakmu," ucap Haruna. 

"Chris, Christian. Kau pasti mengenalnya?"

"Huh, jadi Chris kakakmu? Bagaimana bisa kalian berbeda seratus delapan puluh derajat. Chris jauh lebih baik, jauh lebih sopan, dari pada kamu. Aku tidak percaya pria sebaik Chris memiliki adik sepertimu," ucap Haruna dengan tatapan tajam. 

Rahang Tristan mengeras mendengar kata-kata makian yang keluar dari bibir Haruna. Setiap kali Haruna menentang ucapannya, gairah Tristan menjadi naik. Ia tidak bisa menahan hasrat untuk menyentuh Haruna. Dengan kasar Tristan mencium dan melumat bibir Haruna. Kedua tangan Haruna mendorong tubuh Tristan, tetapi tenaga Haruna tidak mampu mendorongnya. Kedua sudut matanya mulai meneteskan bulir bening. 

Tristan menghentikan kecupan liarnya dan menatap wajah Haruna. Tristan mengusap air mata Haruna dan menempelkan keningnya di kening Haruna. "Jangan menangis! Aku mohon jangan menangis!" ucap Tristan. Ia membelai rambut Haruna. Entah mengapa hati Tristan tidak rela melihat Haruna menangis. Tristan memeluk Haruna dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Haruna.

Berdesir hati Haruna saat Tristan memeluknya dengan lembut. Haruna merasakan embusan napas Tristan menyapu lehernya. Ia sampai harus menahan napas beberapa detik untuk menahan gelenyar aneh di tubuhnya.

Di depan pintu gerbang, Christian mencari cara agar bisa masuk ke dalam rumah. Christian memanjat pagar teralis itu dan berhasil masuk ke dalam halaman rumah. Christian menuju pintu depan dan menggedor pintu itu dengan keras, membuat Haruna dan Tristan terkejut. Tristan melepaskan pelukannya dan Haruna segera melangkah pergi. Haruna berniat membukakan pintu, tetapi Tristan mencekal pergelangan tangan Haruna. 

"Masuk ke kamarmu, dan jangan berani keluar! Atau kau akan tahu akibatnya jika melawanku. Pergi!" ucap Tristan. 

Haruna tidak ingin membuat Tristan marah lagi padanya, jadi ia memilih masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Setelah Haruna masuk ke dalam kamar barulah Tristan membuka pintu.

Ceklek!

"Dimana Haruna? Aku akan membawa Haruna pulang ke rumahnya," ucap Christian. 

"Sejak kapan Kakak jadi suka mencampuri urusanku. Kakak sudah terbiasa dengan kebiasaanku menyimpan seorang wanita di rumah. Kenapa sekarang Kakak harus mengganggu kesenanganku?" tanya Tristan.

"Aku tidak peduli jika wanita yang kau simpan di rumahmu adalah wanita panggilan seperti biasanya, tapi … tidak dengan Haruna. Dia perempuan baik-baik, dari keluarga baik-baik. Kau ingin membuat berita skandal bahwa putra kedua dari pemilik perusahaan terbesar di Indo menyekap seorang ibu rumah tangga. Kau pasti tahu bukan? Haruna memiliki seorang putri, kau tidak bisa menyekap Haruna seperti ini."

"Aku tidak menyekap Haruna. Kakak bisa tanyakan sendiri padanya jika Kakak mau," ucap Tristan. 

Tristan menunjuk kamar Haruna. Haruna jadi berdebar-debar, karena sejak tadi Haruna menguping pembicaraan mereka berdua. Haruna jadi bingung, apa yang harus Haruna katakan jika Christian menanyakan hal itu padanya. Haruna takut jika ia pergi dari sana, Tristan akan melakukan hal yang buruk pada keluarganya. 

Tok! Tok! Tok!

"Haruna, keluarlah! Kita pulang," ucap Christian. 

Haruna membuka pintu dan menolak untuk pulang. 

"Maaf, Chris. Aku tidak ingin pulang. Aku yang dengan sukarela ikut dengan Tristan." Haruna berbicara sambil sesekali melirik ke arah Tristan yang berdiri di belakang Christian. 

"Hutangmu akan aku bayar. Tidak perlu takut padanya. Sekarang, ayo kita pulang!" ucap Christian sambil menarik tangan Haruna, tetapi Haruna menepisnya dengan perlahan. 

"Tidak perlu. Aku akan tinggal dan bekerja di sini sampai hutang ayahku lunas," ucap Haruna. 

"Haruna."

"Chris, kumohon! Pergilah," ucap Haruna kembali. Haruna mendorong Christian lalu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. 

"Sudah lihat? Dia tidak mau pergi," ucap Tristan sambil berlalu meninggalkan Christian. Tristan masuk ke dalam kamarnya.

Christian yakin kalau Haruna pasti diancam oleh Tristan. Christian pergi dari rumah Tristan dengan cara yang sama saat melewati pintu pagar. Christian kembali memanjat pagar dan pergi melaju membawa mobilnya. Christian akan mencari cara lain untuk membantu Haruna. Saat ini Christian memilih pergi ke kantor dan akan memikirkan cara untuk membebaskan Haruna dari rumah Tristan. 

Di bank tempat Haruna bekerja. Sari dan Aulia merasa heran karena Haruna sering sekali terlambat. Hari inipun Haruna belum datang, padahal sudah jam setengah sembilan. Namun, tidak lama kemudian mobil Tristan sudah tiba di parkiran bank. Haruna bersyukur karena Tristan masih mengizinkannya bekerja. Setidaknya Haruna tidak disekap seharian di rumah dingin milik Tristan.

Haruna melihat kanan dan kiri sebelum keluar dari mobil Tristan. Tristan mengemudikan sendiri mobilnya karena ia juga memecat sopir pribadinya. Tristan tersenyum geli melihat wajah cemas Haruna. Haruna cemas jika sampai ketahuan karyawan yang lain jika ia dan Presdir datang bersama dengan mobil yang sama.


Chapter 18: Pulang ke rumah

Haruna segera berlari ke meja teller. Sudah hampir satu jam ia terlambat. Sari sampai mengerutkan keningnya karena bukan kebiasaan Haruna jika terlambat terus menerus seperti hari ini. 

"Haruna, kamu ada masalah atau kamu sakit?" tanya Sari sambil tersenyum melayani nasabah. Sari yakin kalau Haruna sedang menghadapi masalah, tapi baru kali ini Haruna tidak mau bercerita pada Sari. 

"Aku baik-baik saja. Terima kasih, ya, Sar, atas perhatian kamu." Haruna mulai sibuk bekerja melayani para nasabah.

Setelah sepuluh menit, barulah Tristan keluar dari mobil dan masuk ke dalam bank. Ia melirik Haruna sekilas saat melewati meja teller. Haruna mencebik saat melihat kerlingan mata Tristan padanya. Untungnya tidak ada orang yang memperhatikan mereka, kalau sampai ada yang melihat pasti akan menjadi berita besar di tempat kerja mereka.

Tristan masuk ke dalam ruangannya. Levi segera melaporkan pada Tristan tentang berita dari rumah.

"Tuan muda, baru saja pelayan di rumah Tuan besar melaporkan sesuatu," ucap Levi.

"Apa yang dia katakan?"

"Tuan muda Chris, dia meminta izin pada Tuan besar untuk tinggal di rumah Anda, Tuan," jawab Levi. 

"Apa?! Lalu?"

"Hari ini, jam makan siang, Tuan besar akan datang ke rumah Anda bersama Tuan Chris."

"Maksudmu, papa akan mengantar Kak Chris langsung ke rumahku?"

"Benar, Tuan."

Brakk!

Tristan memukul meja saking kesalnya dengan Christian. Rencananya untuk menundukkan Haruna bisa gagal jika ada Christian di rumahnya. Tristan curiga bahwa Christian pasti menyukai Haruna karena itulah Christian sampai meminta izin pada ayahnya untuk tinggal di rumah Tristan.

"Siapkan mobil! Kita pulang ke rumah sekarang," ucap Tristan.

"Baik, Tuan muda," ucap Levi. Levi keluar dari ruang kantor Tristan.

Tristan menyusul lima menit kemudian. Hari ini setelah tiga tahun Tristan tidak pulang ke rumah keluarga Izham. Hari ini Tristan akan pulang dan mencegah Christian tinggal di rumahnya. Bagaimana mungkin Tristan membiarkan Christian menghancurkan rencananya. Ia akan meminta ayahnya untuk tidak menyetujui keinginan Christian. 

***

Di rumah Kamal, Vivi dan Kiara bermain di halaman belakang. Kiara hanya duduk diam sambil menyisir rambut boneka kesayangannya. Vivi tidak tega melihatnya, tetapi Vivi tidak bisa melakukan apapun untuk menghibur Kiara karena hanya Haruna yang bisa mengobati kesedihan Kiara.

"Vi," panggil Anggi. Ia menghampiri Vivi yang sedang menemani Kiara.

"Ada apa, Ma?"

"Ada Nak Ikhsan di depan," ucap Anggi.

Vivi segera berlari menemui Ikhsan di ruang tamu. Ikhsan bangun dari kursi saat melihat Vivi datang.

"Kak Ikhsan, ada apa?"

"Aku hanya ingin melihat keadaan kalian. Apa kau dan tante baik-baik saja?"

"Kami baik-baik saja, meskipun kami masih belum tahu bagaimana cara menebus Kak Haruna, tapi hidup harus terus berjalan bukan. Kalau kami terus terpuruk, kami tidak akan bisa berjuang membawa Kak Haruna pulang."

"Benar. Kalian harus kuat. Kalau begitu aku pamit," ucap Ikhsan.

"Kak Ikhsan, bisakah Vi minta tolong?"

"Tolong apa?"

"Kalau ada lowongan di supermarket tempat Kak Ikhsan bekerja, tolong kabari Vi," ucap Vivi.

"Ya, nanti kakak bantu tanyakan pada HRD. Siapa tahu saja ada lowongan," ucap Ikhsan.

Vivi tersenyum dan berterima kasih pada Ikhsan lalu mengantar Ikhsan sampai depn pintu. Ikhsan bekerja sebagai satpam di sebuah supermarket. Ikhsan baru saja menginjak usia dua puluh lima tahun. Namun  Ikhsan masih melajang padahal parasnya yang tampan dengan janggut tipis itu selalu dikejar-kejar oleh teman kerjanya, tapi Ikhsan tidak pernah menanggapi mereka. Ada seorang gadis yang menjadi idamannya sejak setahun yang lalu. Karena itulah Ikhsan berusaha keras menyisihkan sebagian uang gajinya untuk melamar sang gadis. Walaupun Ikhsan belum mengungkapkan perasaannya dan ia juga tidak yakin sang gadis mau menerima lamarannya. Tapi, Ikhsan tetap ingin mencoba. Apapun hasilnya nanti, Ikhsan akan hadapi meskipun akhirnya akan ditolak.

***

Jam istirahat makan siang sudah tiba. Aulia dan Sari mengajak Haruna makan siang di kantin seperti biasanya.

"Aku kira kamu tidak bekerja tadi?" tanya Aulia.

"Aku juga heran deh. Haruna akhir-akhir ini kau sering terlambat. Apa kau sedang menyembunyikan sesuatu?" tanya Sari.

"Aku tidak ada masalah. Kenapa kalian memandangku seperti itu? Menakuti aku saja," ucap Haruna. Haruna mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kantin dan juga area parkiran yang terlihat dari dlam kantin. "Em, Presdir kamu kemana, Lia?"

"Ciee ... ada yang nanyain Pak Bos. Kenapa? Kamu beneran naksir Presdir Tristan?" tanya Aulia.

"Siapa yang naksir sama dia sih? Aku kan cuma nanya," ucap Haruna mencari alasan. Sebenarnya Haruna mencari Tristan karena ingin tahu apakah Tristan keluar atau tidak. Haruna ingin melihat keadaan Kiara. Jika Tristan tidak ada di bank, Haruna ingin pergi ke rumah ayahnya untuk menemui mereka. Haruna ingin bertemu Kiara. Ia sangat rindu dan juga mengkhawatirkan keadaan Kiara dan keluarganya.

"Dia tidak ada. Tadi pagi dia keluar, jam sembilan dan belum kembali sampai sekarang," jawab Aulia sambil menggigit roti gandum.

"Dasar Presdir pemalas, kerja cuma setengah jam terus pergi. Pasti dia mencari wanita di luar sana," ucap Haruna sambil menyesap es jeruk kesukaannya. Ejekan Haruna malah disalahartikan oleh Sari dan Lia.

"Bau-bau gosong nih, Lia. Sepertinya ada yang cemburu, aww," ejek Sari. Sari berhasil membuat Haruna kesal dan mencubit pelan lengan Sari. Sari menjerit kecil sambil mengusap lengannya.

Mendengar Tristan tidak ada, Haruna segera pergi tanpa pamit pada kedua rekan kerjanya.

"Hei, mau kemana?" tanya Sari saat melihat Haruna pergi terburu-buru.

Haruna tidak menghiraukan Sari dan berlari kencang keluar dari kantin. Haruna menghadang taksi dan pulang ke rumahnya. 

Sari dan Aulia melihat Haruna masuk ke dalam taksi dari kaca jendela kantin. Mereka berdua saling melempar pandangan. Banyak keanehan yang dirasakan Sari dan Aulia, selain Haruna tidak biasanya pulang di jam istirahat, Haruna juga tidak biasanya naik taksi.

"Kenapa Haruna tidak membawa motor kesayangannya?" tanya Aulia.

"Tidak tahu. Anak itu semakin hari semakin aneh saja. Apa karena digigit binatang aneh tempo hari ya?" tanya Sari.

"Binatang aneh? Memangnya di bank ini ada yang membawa binatang saat bekerja?" Aulia makin heran lagi mendengar ucapan Sari.

Sari bercerita tentang Haruna yang tempo hari kelihatan pucat setelah dari toilet. Di lehernya juga terlihat luka gigitan yang membiru dan mengeluarkan darah sedikit yang mulai mengering.

 Aulia jadi penasaran, binatang seperti apa yang menggigit Haruna? Mereka menyantap makan siang mereka sambil berpikir keras. Mereka ingin mencari binatang seperti apa yang ada di dalam gedung bank itu.

***

Sementara itu Haruna terus menatap jam tangannya. Semoga saja ia tidak terlambat untuk pulang pergi ke rumahnya dengan waktu singkat di jam istirahat. Jalanan pusat kota sangat ramai dengan orang-orang yang sedang mencari makan siang. Haruna terus berdoa semoga saja ia tidak terjebak macet.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C17
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank 200+ Power Ranking
    Stone 0 Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login

    tip Paragraph comment

    Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

    Also, you can always turn it off/on in Settings.

    GOT IT