Download App
3.82% Penjara Cinta Sang Presdir / Chapter 15: Olahraga tengah malam

Chapter 15: Olahraga tengah malam

Vivi duduk menunduk di samping Ikhsan. Ikhsan dengan sabar menunggu Vivi hingga tangisnya mereda. Vivi mengusap sisa air mata di pipinya dengan tisu. Perlahan Vivi mengatur napasnya dan menceritakan kejadian yang menimpa keluarga mereka.

"Kak Haruna dibawa oleh orang yang meminjamkan uang pada papa. Kami tidak bisa menghentikan mereka membawa Kak Haruna." Vivi kembali terisak dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Om Kamal berhutang berapa banyak? Kenapa harus membawa Kak Haruna sebagai jaminan?"

"2 Milyar rupiah."

"Apa? Sebanyak itu? Untuk apa om meminjam uang sebanyak itu?"

"Sebenarnya papa cuma berhutang 20 juta rupiah. Entah kenapa jadi sebanyak itu dan malam ini adalah hari terakhir mereka memberi waktu untuk membayar."

"Kenapa tidak dilaporkan saja pada polisi. Ini sama saja tindak kriminal," ucap Ikhsan. Namun, Ikhsan tidak tahu siapa yang mereka hadapi. 'IZHAM Corporation' bukanlah perusahaan biasa. Mereka bisa dengan mudah memutarbalikkan fakta yang akan merugikan keluarga Kamal.

"Tidak semudah itu, Kak. Kakak tidak tahu siapa yang kami lawan. Dia adalah Tristan Izham Putra, putra kedua dari pemilik 'IZHAM Corporation' dan kami tidak ada seujungkukupun dari keluarga mereka," ucap Vivi. 

Ikhsan pun hanya bisa diam. Dia tidak bisa membantu apapun. Ikhsan hanya bisa membantu menenangkan Vivi. Sementara Anggi masih terisak di kamar. Ikhsan merasa simpati pada keluarga Kamal, padahal keluarga Kamal sangat membuat masyarakat sekitar komplek merasa iri. Iri dengan keharmonisan dan ketenangan keluarga ini. Namun, rupanya badai telah membuat perahu yang sedang berlayar dengan tenang ini terhempas dan porak poranda. Bahtera keluarga bahagia ini terguncang, membuat seisi penghuninya sedih.

"Kak Ikhsan pulanglah! Ini sudah malam, Vi takut ada yang berpikir macam-macam," ucap Vivi. Ia mengusir Ikhsan pulang secara halus. 

"Ya. Kakak pulang dulu. Jangan menangis lagi, ok!" ucap Ikhsan.

Vivi tersenyum dan mengantar Ikhsan sampai depan pintu. Setelah Ikhsan keluar dari halaman rumah Kamal, Vivi segera menutup pintu dan menguncinya. Ikhsan tinggal di samping rumah Kamal seorang diri. Ikhsan tidak punya orang tua, mereka sudah meninggal. Ikhsan hanya mempunyai seorang adik yang baru berusia empat belas tahun. Namun, adiknya tidak tinggal bersamanya melainkan tinggal dengan paman dan bibinya di Kalimantan. Ikhsan berkali-kali dibujuk oleh paman dan bibinya agar mau ikut, tetapi Ikhsan lebih suka hidup mandiri di Jakarta.

***

Tristan membuka pintu rumah besar miliknya. Rumah itu begitu mewah dan besar, tetapi saat Haruna masuk ke dalam rumah, rumah itu sepi. Seakan di rumah itu tidak ada kehidupan lain selain sang pemilik rumah. Dengan takut, Haruna bertanya pada Tristan. 

"Kenapa sepi sekali?"

"Aku memecat semua pelayan di sini, agar jika kamu berubah pikiran dan memutuskan masuk ke kamarku di tengah malam, tidak ada yang tahu selain kau dan aku," ucap Tristan dengan senyum mesum yang membuat Haruna merinding.

"Rumah sebesar ini hanya aku yang menjadi pelayan dan membersihkan rumah? Apa kau pikir aku ini robot?"

"Lagipula tidak ada yang menyuruhmu membersihkan rumah. Di rumah ini akan ada yang datang membersihkan rumah setiap pagi. Sarapan, makan siang dan makan malam untukku, semua kamu yang harus siapkan. Intinya, kau adalah pelayan pribadiku. Aku tidak mengizinkan kamu melakukan pekerjaan tanpa perintah dariku!" ancam Tristan. 

"Aku tidak tahu jika Presdir perusahaan ternama dan sangat berkuasa ini hanyalah pecundang yang suka menyekap anak gadis orang," ejek Haruna. "Akh … sakit. Lepaskan tanganku! Lepas … brengsek!" ucap Haruna.

Tristan marah mendengar ejekan Haruna dan menyeret Haruna ke kamar. Tristan melemparkan tubuh Haruna ke atas ranjang.

"Tidur dan diamlah! Jangan membuatku marah atau aku akan membuatmu benar-benar menyesal. Oh, iya aku lupa, apa tadi kau bilang, anak gadis orang? Apa kau masih gadis? Kau sudah memiliki seorang putri dan kau masih menganggap dirimu anak gadis?" tanya Tristan sambil tersenyum merendahkan Haruna.

Haruna diam tidak menjawab atau membantah kata-kata Tristan. Bagi Haruna akan lebih baik jika Tristan menganggapnya seorang ibu-ibu meskipun kenyataannya berbeda. Sejak dulu Haruna tidak pernah sekalipun berpacaran, bahkan ciuman pertamanya juga diambil paksa oleh Tristan di dalam toilet. 

Setelah mengancam Haruna, Tristan masuk ke dalam kamarnya yang terletak di samping kamar Haruna. Tristan langsung masuk ke kamar mandi dan membasuh tubuhnya dengan air hangat. Di bawah guyuran air shower, Tristan mencoba meredam emosinya. Entah kenapa setiap kali Haruna berkata kasar dan mengejeknya, gairah Tristan justru bergejolak. Ingin sekali Tristan memakan habis tubuh Haruna yang bagaikan magnet. Tristan selalu ingin menyentuh Haruna, apalagi jika Tristan menatap bibir sensual Haruna, Tristan ingin sekali mengecap habis bibir tipis merah muda milik Haruna.

Selama ini, Tristan tidak bisa tidur tanpa ditemani wanita malam. Namun, semenjak ia bertemu dengan Haruna, seluruh isi pikiran Tristan hanya ada bagaimana caranya menundukkan Haruna. Tristan terkenal sebagai playboy dan wanita manapun bertekuk lutut di hadapan Tristan. Haruna adalah wanita pertama yang mengatakan kalau Tristan bukanlah tipenya. Tristan menjadi tertarik untuk menundukkan keangkuhan Haruna. Tristan ingin membuat Haruna bertekuk lutut seperti wanita lain. Setelah Haruna jatuh cinta padanya, dia berniat mencampakkan Haruna. Namun, ternyata tidak semudah yang Tristan perkirakan. Haruna semakin membencinya dan semakin sulit bagi Tristan untuk membuat Haruna tunduk padanya.

Setelah selesai mandi dan memakai piyama tidur, Tristan pergi ke kamar Haruna. Ia memutar handle pintu. "Dia menguncinya," gumam Tristan. Akhirnya Tristan mengetuk pintu kamar Haruna.

Tok! Tok! Tok!

"Hei, aku lapar. Bangun dan buatkan aku satu porsi spaghetti," ucap Tristan. Tristan sengaja meminta Haruna membuatkannya spaghetti karena dia yakin kalau Haruna tidak bisa membuatnya. 

Ceklek!

Haruna membuka pintu dengan kasar dan melangkah pergi. Namun, langkah Haruna terhenti dan ia kembali menoleh ke belakang.

"Tunjukkan dapurnya padaku!" ucap Haruna dengan wajah cemberut.

Tristan tersenyum geli saat melihat Haruna cemberut. Setiap tingkah Haruna terlihat unik dan menarik dimata Tristan. Tristan menarik pergelangan tangan Haruna dan membawanya ke dapur. Tristan duduk di depan meja makan sementara Haruna sibuk memasak spaghetti. Tristan terus memandang Haruna yang tengah sibuk memasak. Senyum manis menghias bibir Tristan. Tristan sampai melamun dan tidak tahu sejak kapan Haruna berdiri di sampingnya.

"Spaghetti sudah aku siapkan. Sekarang aku mau tidur," ucap Haruna setelah menaruh sepiring spaghetti di depan Tristan. Ia sangat kesal melihat wajah Tristan yang sangat bahagia menindas Haruna. Entah apa lagi yang akan Tristan lakukan untuk menindas dan membuat Haruna kesal.

Tristan tersenyum melihat spaghetti di hadapannya. Tujuannya ingin mengerjai Haruna, tetapi ternyata Tristan gagal. Ia memikirkan cara lain untuk membuat Haruna kesal. Sebuah senyuman licik tercipta di bibirnya. Ia segera menghentikan Haruna yang hendak beranjak pergi.


Chapter 16: Bekas bibirmu

Haruna melangkah pergi ingin kembali ke kamar.

"Tunggu!"

"Apa lagi?" tanya Haruna dengan nada kesal.

"Bisa saja kamu menaruh racun dalam spaghetti ini. Cicipi dulu sebelum pergi!" 

"Apa? Kamu sedari tadi duduk mengawasiku memasak. Memangnya kapan aku punya kesempatan menaruh racun?" tanya Haruna dengan emosi yang memuncak. 

Tristan tidak mendengarkan penjelasan Haruna dan tetap memberikan garpu pada Haruna. Haruna mengambil garpu dari tangan Tristan dengan kasar dan mengambil sedikit spaghetti dalam piring. Haruna menyuapkan dan menelannya di depan Tristan.

Braakk!

Haruna menaruh garpu bekas dirinya menyuapkan spaghetti di atas meja, sambil menggebrak meja itu.

Tristan tidak mempedulikan kemarahan Haruna, iamengambil kembali garpu yang Haruna taruh. 

"Sudah puas? Sudah lihat, kan, tidak ada yang terjadi padaku? Artinya tidak ada racun dalam spaghetti ini," ucap Haruna.

"Aku tahu, aku hanya ingin makan memakai garpu bekas bibirmu. Pasti rasanya lebih enak," ucap Tristan menggoda Haruna. 

Haruna terdiam beberapa saat lalu melangkah pergi dengan kesal. Haruna masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Haruna melirik jam di dinding sudah menunjukkan jam sebelas malam. Tiba-tiba ia teringat pada Kiara.

"Kia sudah tidur belum, ya?" lirih Haruna. Haruna berbaring di ranjang dan mengedarkan pandangannya berkeliling. Kamar yang ia tempati ukurannya tiga kali lipat dari kamar Haruna di rumah Kamal. Haruna tidak dapat memejamkan matanya. Kamar ini terasa asing dan dingin bagi Haruna. Ia terbiasa tinggal di rumah sederhana yang sangat hangat oleh kasih sayang dan kebersamaan. Berbeda sekali dengan rumah besar yang tidak diisi dengan kasih sayang dan hanya ditinggali oleh laki-laki dingin dan menyebalkan seperti Tristan. 

Setelah selesai menghabiskan spaghetti dalam piring, Tristan masuk ke dalam kamarnya. Niatnya mengerjai Haruna, tetapi ternyata Haruna bisa membuat spaghetti yang sangat enak. Tristan terpaksa memakan dan menghabiskannya meski setelahnya ia harus berolahraga dulu sebelum tidur. Tristan sangat menjaga tubuh dan penampilannya. Tristan melakukan beberapa kali push up dan stretching ringan sebelum tidur.

***

Pagi hari

Christian datang berkunjung ke rumah Haruna. Dalam perjalanan ia membeli seikat bunga mawar putih dan satu batang coklat. Dengan senyuman lebar Christian kembali melaju membawa mobilnya menuju rumah Haruna. Hanya butuh sepuluh menit perjalanan dari toko bunga ke rumah Haruna. Christian pun sudah tiba di depan rumah Haruna.

Tok! Tok! Tok!

Anggi berjalan lesu menuju pintu. Biasanya jam delapan pagi Anggi sudah selesai memasak di dapur, tetapi hari ini Anggi bahkan belum melakukan apapun setelah ia terjaga semalaman karena memikirkan Haruna. Christian membawa bunga dan coklat di tangannya, ia berdiri sambil merapikan dasinya. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka. 

"Selamat pagi," ucap Christian. 

"Selamat pagi. Anda siapa? Mau cari siapa?"

"Pagi, Tante. Perkenalkan, nama saya, Chris. Saya teman Haruna," ucap Christian sambil mengulurkan tangannya. 

Anggi menatap wajah Christian dengan seksama, lalu Anggi membalas uluran tangan Christian. "Anggi, saya ibunya Haruna." 

"Oh. Apa Haruna sudah bangun, Bu?" tanya Christian. 

"Haruna, dia …." Anggi bersedih dan air matanya kembali meluncur mulus di pipi polos tanpa bedak itu. Anggi tidak bisa menutupi kesedihannya. Apalagi saat melihat Christian yang membawa bunga dan coklat. Seharusnya Anggi merasa bahagia jika saja Haruna ada di rumah karena Christian anak yang sopan dan baik. Hal yang selalu menjadi impian Anggi, melihat seorang lelaki yang mencari Haruna dan menyukai putri angkatnya itu.

Namun, disaat ada lelaki yang mencarinya, Haruna justru dibawa orang lain sebagai sebuah jaminan. Christian menjadi bingung kenapa Anggi menangis saat Christian bertanya tentang Haruna. Dalam kebisuan yang tercipta diantara Anggi dan Christian, Vivi datang sambil menggendong Kiara.

"Ada apa dengan Haruna, Bu?"

"Haruna dibawa pergi seseorang secara paksa. Ibu … tidak bisa melindungi Haruna," ucap Anggi. Ia lalu pergi meninggalkan Christian bersama Vivi dan Kiara. Anggi masuk ke dalam kamar dan kembali menangis tersedu-sedu. Kamal yang baru tertidur jam lima pagi itu kembali terbangun. Kamal hanya bisa memeluk tubuh istrinya.

Christian masih belum mengerti dengan ucapan Anggi. 

"Vi, maksud ibumu Haruna dibawa pergi siapa?"

"Keluarga kami berhutang sebanyak 2 Milyar rupiah. Kak Haruna dibawa oleh orang yang meminjamkan uang pada papa. Kak Haruna dijadikan jaminan agar papa melunasi hutangnya," ucap Vivi. Ia menceritakan semua yang terjadi kemarin malam.

"Dibawa kemana? Aku akan membawa Haruna kembali," ucap Christian. Baginya uang 2 Milyar bukanlah masalah jika demi Haruna.

"Tristan Izham Putra, dia yang membawa Kak Haruna pergi."

Deg!

Christian sontak terkejut. Nama itu tidak asing di telinga Christian, tetapi ia tidak mengerti kenapa Tristan melakukan hal seperti itu? Untuk apa Tristan membawa Haruna demi uang 2 Milyar dan kenapa ia meminjamkan uang sebanyak itu pada keluarga Haruna? Keluarga Haruna jelas-jelas tidak terlihat seperti keluarga boros. Untuk apa keluarga Haruna meminjam uang pada Tristan? Begitu banyak pertanyaan dalam benak Christian. Ia pun bertanya kembali untuk memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.

"Tristan Izham Putra? Kamu yakin itu nama orang yang membawa Haruna?"

"Ya, di kertas perjanjian ada nama dan tanda tangannya. Vi, yakin tidak salah mengingat," ucap Vivi.

"Om, bawa mama pulang kesini lagi. Kia kangen mama," ucap Kiara dengan wajah sedih.

"Bisa kamu ambil surat itu, aku akan menebus Haruna." Christian meminta surat bukti pinjaman yang diberikan para preman tiga hari yang lalu pada Vivi. 

"Sebentar, Kak, aku akan ambilkan."

Vivi meninggalkan Christian dan pergi melangkah dengan lesu ke kamar Kamal. Suara tangisan sang ibu masih terdengar, tetapi Vivi harus mengambil surat itu. Vivi mengetuk pintu kamar dan memutar gagang pintu.

"Pa, Mama kemana?" tanya Vivi.

"Sedang di kamar mandi. Ada apa, Vi?" tanya Kamal dengan mengernyitkan kepala. Semalaman Kamal menemani istrinya dan tidak tidur sama sekali. Hal itu membuat kepalanya sedikit pusing.

"Vivi mau minta surat tagihan hutang kita. Siapa tahu saja, Kak Chris bisa membantu," jawab Vivi sambil  mengambil surat yang ada di meja. Vivi segera keluar dan memberikan surat itu pada Christian. 

Christian memberikan coklatnya pada Kiara dan mengambil surat di tangan Vivi. Bunga yang akan diberikan pada Haruna, Christian membawanya kembali ke dalam mobil. Christian melaju pergi menuju rumah Tristan. Ia membaca nama dan tanda tangan yang tertera di dalam surat perjanjian hutang.

"Jadi, itu benar-benar kamu, Tristan. Kamu masih saja suka menindas orang dan bersikap kekanakan." Christian melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah Tristan. 

Setengah jam kemudian, Christian sudah tiba di depan gerbang rumah Tristan. Namun, ada yang aneh dari keadaan rumah itu. Christian merasa heran kenapa rumah itu terlihat sepi. Tidak seperti biasanya jika Christian berkunjung ke rumah Tristan. Biasanya ada dua orang penjaga gerbang dan beberapa pelayan wanita yang sibuk membersihkan rumah dan halaman.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C15
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank 200+ Power Ranking
    Stone 0 Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login

    tip Paragraph comment

    Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

    Also, you can always turn it off/on in Settings.

    GOT IT