Kirana dan bapaknya sudah berada diterminal bus dan sudah duduk didalam bus yang akan membawa mereka ke kampung halamannya, jarak nya kira- kira dua belas jam perjalanan, dan itu adalah waktu yang sangat menyiksa Kirana karena dia mabuk dara..., jangankan naik, baru lihat bus nya saja Kirana sudah pusing dan mual.
"Kiran, ini plastik dan minyak kayu putihnya kamu bawa..." bapak meNyerahkan kantong plastik dan minyak kayu putih untuk berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu Kirana muntah.
"Makasih pak..."Kirana kemudian mencoba untuk tidur, kepalanya bersandar di jendela, matanya terpejam dan kepalanya sudah sangat pusing.
Bapaknya juga memejamkan mata karena ini adalah perjalanan yang panjang.
Delapan jam sudah bus yang mereka tumpangi berjalan meninggalkan kota yang sudah kurang lebih sepuluh tahun ditinggali kirana dan orang tuanya, meninggalkan begitu banyak kenangan dan cerita baik suka maupun duka.
Dikota ini, kirana memiliki teman dan sahabat yang sangat berat melepaskan kepergiannya.
Dulu, kirana sering bolak balik ke kampung saat liburan sekolah atau lebaran tapi untuk saat ini kirana akan menetap dan bersekolah disana, tinggal seorang diri dengan neneknya, sementara bapak- mamaknya harus mencari nafkah diperantauan.
Bus yang membawa kirana dan bapaknya masuk ke rumah makan terakhir sebelum sampai kampung halamannya, kirana memesan bakso dan teh panas untuk meredakan pusing dan mualnya.
***
Jam baru menunjukkan pukul tiga dinihari saat Kirana dan bapaknya turun dari bus, lega rasanya karena rasa tersiksa selama perjalanan sudah berakhir, Kirana dan bapaknya berjalan kurang lebih dua puluh meter dari jalan raya untuk sampai kerumahnya, dikampung ini orang tua kirana sudah memiliki rumah yang berdampingan dengan rumah nenek kirana jadi nantinya kirana akan tinggal seorang diri sementara neneknya tinggal di rumah belakang.tetapi untuk makan orang tua Kirana sudah pasrah sama nenek Kirana.
"Assalamu'alaikum..., mbok....!" bapak mengetuk pintu rumah belakang tempat simboknya tinggal karena kunci rumahnya dititipkan simbok.
"Wa'alaikum salam..., sebentar...!" nenek Kirana membukakan pintu masih memakai mukena mungkin sedang melaksanakan sholat malam, keluarga Kirana adalah keluarga yang taat beribadah karena dulu kakek Kirana adalah seorang kiyai dan tokoh agama dikampungnya, setelah beliau meninggal nenek kirana yang meneruskan mengajar mengaji.
"Weee..., la dalah..., kowe to le..." nenek Kirana sangat senang saat mengetahui bahwa putra dan cucunya pulang.
"Nggeh mbok..." bapak mencium punggung tangan nenek Kirana.
"Nenek..." Kirana juga mencium tangan neneknya, ketiganya pun kemudian masuk kedalam rumah.
"Kok ora kabar- kabar le..." kata nenek Kirana pada bapakK
"Nggeh mbok..., memang mendadak, kirana mau bersekolah disini." bapak menjelaskan pada simboknya tentang tujuannya pulang kampung kali ini.
"Waah..., yo apik kui...! jadi rumahmu ndak kosong..., ngopo kalian semua ndak pindah sini saja semuanya." mata nenek Kirana berbinar membayangkan semua anak cucunya berkumpul.
"Belum saatnya mbok..., kami masih harus bekerja keras...!" bapak kemudian meminta kunci rumahnya pada simbok.
"Iki le kuncine...! kalian langsung bisa beristirahat...! tiap hari simbok bersihkan" nenek Kirana menyerahkan kunci rumah pada bapak dan langsung mengajak Kirana untuk masuk kedalam rumahnya sendiri.
"Ini kamarmu Kiran..., ini kuncinya...!" bapak menyerahkan kunci pada Kirana yang langsung membuka pintu dan memasukkan barang-barangnya, kamar Kirana tidak terlalu besar, ada sebuah kasur dilantai dan lemari juga meja belajar, kirana sangat lelah sehingga saat melihat kasur langsung merebahkan dirinya dan langsung terlelap bahkan Kirana belum sempat ganti baju saking capeknya.
Perjalanan jauh cukup melelahkan bagi Kirana, ditambah lagi penyakit mabuknya yang parah membuat Kirana lelah, tubuh kecilnya meringkuk dikasur dengan memeluk guling, dalam sekejap mata Kirana sudah tertidur pulas. Bapak dan nenek menggelengkan kepala melihat Kirana sudah tepar diatas kasur.
"Cucuku tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik..." nenek Kirana tersenyum memandang cucunya kemudian menutup pintu kamar Kirana membiarkannya istirahat.
Nenek Kirana dan bapak mengobrol sambil menunggu waktu subuh...pasangan ibu dan anak itu bercerita melepas kerinduan mereka..., karena nanti sore bapak sudah harus pukang ke kota.
Kirana bangun saat matahari sudah tinggi, seminggu ini Kirana memang sedang berhalangan, jadi dia bisa tidur sampai siang. Saat bangun Kirana langsung menuju kamar mandi dan mandi besar karena haidnya sudah selesai, Kirana bersenandung dikamar mandi dan berlama-lama saat mandi..., sisa- sisa bau bus masih menempel di kulitnya dan itu membuatnya masih terasa pusing. Setelah dirasa cukup Kirana mengakhiri mandinya dan berganti dengan kaos hitam panjang, sarung hitam bermotif bunga warna putih khas pekalongan dan jilbab persegi empat warna putih, mirip anak-anak ala pesantren.
Kirana sebenarnya pingin sekolah sambil mondok dipesantren, hanya saja biayanya cukup mahal jadi tak tega mau bilang sama ayah..., ini saja melanjutkan sekolah karena dibantu oleh pakdhenya.
"Kiran..., cepat keluar...!" bapak mengetuk pintu kamar Kirana.
"Iya pak sebentar...!" tak lama sosok mungil Kirana muncul dipintu dan disambut senyuman oleh bapaknya.
"Wah ayune putriku iki...!" bapak memuji penampilan anaknya.
"Ah..., bapak bikin Kiran malu..., ada apa pak...?" Kirana bertanya.
"Ayo sini duduk dulu..." ajak bapak Kirana dan keduanya duduk di kursi ruang tamu.
"Begini Kiran, ini uang udah bapak bagi-bagi, ini untuk uang pangkal masuk SMA, ini untuk uang saku selama sebulan dan yang untuk makan sehari- hari sudah bapak titipkan sama nenekmu.
"Iya pak..., bapak jadi pulang sore ini...? " tanya Kirana.
"Jadi nduk..., bapak budal jam dua siang ini..."
Kata bapak sambil menyerahkan uang yang sudah dimasukkan kedalam amplop dan diberi nama pada masing- masing amplop sesuai dengan kegunaannya.
"Lho kok siang pak..., katanya sore..?" tanya Kirana heran.
"Memang bus berangkat jam setengah empat sore, tetapi bapak sudah harus standby di terminal daripada telat mendingan bapak berangkat lebih awal.
"Ya sudah pak..., Kiran tengok nenek dulu dibelakang.." Kirana kemudian menghampiri nenek dirumah belakang sementara bapak mengemasi barang- barangnya.
***
"Nenek..., mau Kiran bantuin nggak...?" tanya Kirana saat melihat neneknya sibuk didapur.
"Ono nduk..., sini bantu nenek memasukkan lauk dan nasi ini kedalam rantang kecil ini..., biar buat bekal bapakmu nanti..., lumayan ndak usah jajan.." nenek Kirana memberikan rantang mini isi tiga satu buat nasi, satu buat lauk dan satu buat sayur.
"Sayure sebelum dimasukkan kedalam rantang di masukkan plastik dulu nduk..., biar ndak tumpah." nenek Kirana itu mengajari cucunya.
"Sudah nek..., ada lagi...? " tanya Kirana.
"Tolong belikan nenek gula merah diwarung diujung jalan sana ya nduk..., deket kok...!" nenek Kirana menyerahkan uang pada cucunya dan Kirana segera bergegas ke warung..
"Dua kilo yo nduk..., bilangin suruh taruh di kardus...!" Kirana mengangguk dan pergi.
Kirana celingukan mencari warung yang nenek katakan sambil terus berjalan tiba-tiba
"Brukkk..." Kirana menabrak seseorang karena tidak melihat jalan.
"Aduhh...sakit..." teriak Kirana yang terjatuh dengan posisi terduduk hingga pant** nya nyeri karena Kirana sangat kurus.
"Maaf mbak..., aku tidak sengaja...!" suara seorang pria terdengar meminta maaf, padahal jelas Kirana yang salah.
"Saya yang salah mas...!jalan nggak liat- liat...!" kata Kirana sambil membenarkan sarungnya yang menjadi kendor karena tertarik saat jatuh.
"Sini saya bantu mbak..." pria itu mengulurkan tangannya hendak membantu Kirana tetapi ditolak dengan halus oleh Kirana..
"Nggak usah mas..., saya bisa sendiri..., maaf ya mas...! saya sedang terburu- buru." pamit Kirana yang langsung pergi.
Akhirnya warung nya ketemu dan Kirana membeli gula sesuai pesan nenek. Pemilik warung belum pernah melihat Kirana jadi dia bertanya.
"Maaf mbak..., kamu baru ya didesa ini...?" Kirana tersenyum dan mengangguk.
"Iya bu..., saya baru dayang tadi pagi..." Kirana terus tersenyum dan pemilik warung menjadi gemas.
"Kamu tinggal dimana cah ayu...?" tanya ibu pemilik warung lagi.
"Saya cucunya nek wiwid bu..., orang rua saya tinggal dijawa barat....." Kirana menjelaskan
"Oh iya...? kamu Kirana ya...?" Kirana mengangguk.
"Waah..., sekarang kamu sudah besar..., cantik lagi...!" ibu pemilik warung itu terus bicara.
"Maaf bu..., saya permisi dulu..." Kirana bergegas pergi meninggalkan warung karena takut dicari neneknya. ibu pemilik warung berseri- seri.
"Ibu kenapa tersenyum sendiri...?" tanya Eko heran.
"Calon mantu ibu sudah datang...!" ibu pemilik warung itu kemudian masuk kerumahnya diikuti Eko yang bingung dengan perkataan ibunya.
"Maksud ibu apa...?" tanya Eko penasaran.
"Sini duduk...! ibu ceritakan." ibu Eko menepuk kursi di sebelahnya dan Eko pun duduk disamping ibunya.
"Kamu inget Kirana kan...? cucu mbah Wiwid yang orang tuanya merantau diJawa Barat...?" Eko mengangguk.
"Dulu ibu dan ibunya kirana menjodohkan kalian...!" ibunya Eko terus bercerita dan Eko mendengarkan dengan seksama.
Ibunya bercerita bahwa Eko dan Kirana sudah dijodohkan sejak kecil. Ibu nya Eko juga bercerita bahwa dia barusan bertemu dengan Kirana, Eko menjadi semakin penasaran.
"Ibu akan ajak kamu kerumah mbah Wiwid nanti malam...!" Eko pun mengangguk menyetujui ajakan ibunya.
Sementara itu Kirana sedang mengantarkan bapaknya sampai ke jalan besar menunggu mobil yang menuju terminal, Kirana mencium tangan bapaknya saat mobil angkot sudah berhenti, bapak Kirana segera naik dan melambaikan tangannya pada Kirana
"Hati- hati pak...!" Kirana juga melambaikan tangannya melepas kepergian bapaknya.
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT