Davie membalas senyum Arkan. Dua lelaki itu saling berpelukan ala lelaki dan kebahagiaan itu tercetak jelas di mata Davie. Arkan sama sekali tak menyadari ada seseorang yang berdiri di dekat Devie dan tengah menatapnya dengan wajah yang penuh damba. Namun, mulutnya terkunci rapat dan seolah kedatangan Arkan adalah sesuatu yang dinantikan tetapi terasa menakutkan.
Bahkan gadis itu harus sedikit bersembunyi di belakang Devie dan membuat Devie mengernyitkan dahinya.
"Gue ganti baju dulu. Karena ini, kotor." Davie menunjukkan bagian bajunya yang masih terdapat noda darah di sana.
"Oke. Tapi gue udah boleh masuk buat lihat si kecil kan?"
"Seteril dulu."
"Gue paham." Ada binar yang begitu sangat cerah di mata Arkan yang tidak bisa disembunyikan. Bahkan dia harus melupakan keberadaan Devie yang ada di sana. Ketika hampir membuka pintu ruangan, barulah dia kembali menoleh dan menatap Devie.