Devie mengangguk. "Bailah, terima kasih karena Abang sudah mau berterus terang kalau Abang terpikat sama aku." Devie benar-benar tak akan menunjukkan jika dirinya terbuai dengan apapun yang Arkan katakan kepadanya. Baginya, menyembunyikan euphoria kebahagiaan itu sangatlah penting. Jangan pernah apa yang kamu rasakan terlihat nyata di depan orang lain. Setidaknya begitulah prinsip Devie.
"Sama-sama." Jawab Arkan santai dan sama sekali tak merasa tersinggung jika Qiana hanya menanggapinya dengan sangat biasa saja. Karena lelaki itu optimis, jika dia melakukan semua ini dengan ketulusan hati yang tinggi, maka jalannya akan menjadi mudah.
Pesanan mereka akhirnya datang, dan Devie melihat itu dengan pandangan yang begitu berbinar. Menatap Arkan, seolah mereka sedang melakukan telepati. Bahkan ketika keduanya mengangguk, Devie tanpa sungkan mencomot kulit ayam yang terlihat menggoda dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"Enak." Begitu katanya memberikan informasi kepada Arkan.