Download App
45.07% Penjaga hati Zara / Chapter 64: Penguntit

Chapter 64: Penguntit

Minggu pagi yang cerah.. setelah menyiapkan sarapan Zara bergegas pergi gowes, lumayan lah ia lihat ada sepeda di garasi, sayang kalau cuma menganggur disana.

Zara masuk ke dalam kamar Aldi, tampak pria bertelanjang dada itu masih lelap menikmati kamar nya yan dingin.

"mau ikut main sepeda??" Zara menawari..

"tidak.. tidak.. kau saja.. aku masih mengantuk..." tolak Aldi malas

"ya sudah.. jangan bilang aku ngga ngajak ya..."

Zara sudah siap mengenakan atribut pengaman diri, tak lupa ia memasang earphone mendengar lagu-lagu kesukaan nya, daripada gabut sendirian.. ia mulai menggowes sepeda lipat miliknya, sambil menikmati hembusan sejuk udara pagi yang belum terkena polusi. Tak ada tujuan dia hanya ingin bersepeda diseputaran komplek lalu main ketaman.

Energi semangat memenuhi dirinya pagi ini,, dari kejauhan netra Zara menangkap kehadiran pria yang tak asing baginya. Tristan juga sedang menggowes sepeda.

"kak Tristan..." pekik Zara menghampiri.

"Zara ..."

"bareng yukk...." ajak Zara, kebetulan sekali ia ingin tahu apa salahnya pada pria bermata elang ini. Tristan makin kikuk.. semakin ia ingin menjauh kenapa gadis berpenampilan sederhana ini semakin mendekat, oohh Tuhan kuatkan diriku...lirih nya dalam hati.

"hufftt..." Aldi terhenyak segera bangkit dari tidurnya, ia teringat ajakan Zara tadi, seperti nya dia harus tau dimana gadis itu. Tidak baik seorang gadis pergi sendirian... pikiran nya membuat alibi.

Segera Aldi menggowes sepeda berharap istrinya belum pergi terlalu jauh..

.

Segala penat seakan sirna, Zara bisa tertawa lepas, meliuk dengan sepeda menyusuri jalanan komplek, sudah lama sekali rasanya ia tidak bersepeda.

"ayo kita balapan.." Zara menyusul Tristan mempercepat lajunya. sementara pria itu tersenyum menampilkan lesung pipinya, ia hanya memperhatikan Zara yang ceria, tawa nya yang tanpa beban namun cukup mengalirkan getaran indah mengisi ruang kosong dalam hati seorang Tristan.

.

Bersusah payah Aldi coba mencari keberadaan gadis aneh menurut versi dirinya yang sudah mengalihkan pikirannya akhir-akhir ini!

"dimana dia..." gumam Aldi lelah sendiri, ia coba ketaman komplek berharap yang dicari ada disana.

Setelah peluh membasahi tubuh akhirnya pucuk dicinta ulam pun tiba,, ia bisa menemukan Zara yang duduk dikursi taman, tapi tidak sendiri.

sial!! kenapa Tristan itu seperti bayangan Zara,, dia selalu ada dimana-mana,, terpikir olehnya untuk menguntit mereka berdua,, bisa jadikan mereka sedang pacaran disana,, begitulah pikiran naif Aldi.

***

"Zara maaf kalau aku mengabaikan mu belakangan ini..." sepasang bola mataku coklat Tristan mengamati wajah Zara yang terpapar Sinar matahari.

"justru aku yang mau minta maaf,, cara kak Tristan bertemu suami ku tempo hari sedikit kurang menyenangkan..."

"oh ya.. tidak masalah,, kalau aku di posisi suami mu mungkin aku akan lakukan hal yang sama.."

"terimakasih atas pengertiannya.." terpoles senyum indah dibibir merona Zara

"bagaimana.. kamu sudah berikan proposal pengajuan bantuan pengusaha muda??"

"ya sudah.. kami tinggal menyiapkan untuk presentasi nya nanti..."

"semangat ya semoga kamu beruntung... walaupun kita berteman tapi aku akan tetap profesional..." kali ini Tristan sedikit mampu menguasai perasaannya, ia ingin sedatar bahkan sebiasa mungkin jika berhadapan dengan gadis yang ia kagumi kini.

Dari balik pepohonan Aldi menguntit keberadaan istrinya bersama CEO menyebalkan! ia mengepal tinju, ingin rasanya menghampiri mereka berdua, tapi ia tahan rasa itu,, biarlah sekalian ia ingin tahu apa yang dilakukan pria asing pada gadis yang sudah punya suami.

"hei.. kenapa kau menyentuh istriku..." geram Aldi menyaksikan jemari Tristan menyingkirkan beberapa lembar daun kering berjatuhan di kepala Zara membuat darah Aldi mendidih saking ia gemas melihat kedekatan istri dan CEO.

***

Matahari mulai meninggi.. panas kian menyengat,, Aldi mempercepat laju sepeda nya menyusul Zara dan Tristan yang lebih dulu pergi,,

brruuukkk... !! ah sial lagi ia harus merasakan lututnya bersalaman dengan aspal. sementara dua orang yang ia intip sejak tadi menghilang entah kemana. Terpaksa ia pulang agak sedikit tertatih.

.

"kau pergi bersepeda juga...?" tanya Zara mendapati suaminya memarkirkan sepeda kedalam garasi.

Ya ampun.. Aldi merasa tengsin kepergok begini.

"ya.. aku pikir sebelum memulai aktivitas Minggu ini lebih baik bersepeda dulu..hehehehe..." Aldi nyengir membuang perasaan malu. Ia segera berlalu takut Zara akan mewawancarai nya, jam berapa pergi? kenapa lututmu?? tadi katanya malas?? ahh banyak lah pokoknya...

"pria aneh.." ujar Zara bersungut.

.

"nanti aku mau nonton bareng Widya sama Nanda.. kau mau ikut??" Zara coba menawari lagi saat mereka menyantap sarapan "kebetulan Nanda sama Widya ngajak pacar mereka juga.. aku kan bisa ajak suami ku.."

"adduuhh kalian ini alay ya.. pergi kencan rame-rame.. ngga ah aku sibuk hari ini.." tolak Aldi

"ya sudah.. padahal ini hari Minggu.. hidupmu kaku sekali,, sejak menikah dengan mu aku lupa enaknya Nonton bioskop sambil makan popcorn.." gerutu Zara cemberut.

Aldi menatap wajah istrinya.. ia sedikit terenyuh, tapi.. sudah lah ia memang kurang suka pergi beramai-ramai satu batalyon cuma buat nonton!

"memang nya mau Nonton apa?"

"film horor.. kami nonton di mall xxx ... mau ya ikut..." rayu Zara lagi

"aku sibuk.. lain kali saja.." tegas Aldi segera menyelesaikan sarapannya dengan meneguk habis susu yang tersedia di meja.

"sok sibuk sekali..." gerutu Zara dengan wajah berlipat.

.

.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C64
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login