Download App

Dari awal lagi

Tiara sudah bangun sejak tadi dan saat ini dia sedang berolahraga kecil dikursinya untuk melemaskan kaki. Kalau diingat-ingat lagi acara kemarin, semua foto, video dan semua dokumen apapun benar memperlihatkan Jay sebagai suami sahnya. Tiara jadi merasa bersalah karena belum mengingat satu apapun tentang Jay padahal mungkin dia mengharapkan hal itu. Belum lagi selama dia sakit Jay selalu mensupport Tiara dengan cara apapun.

"Udah ini aku ajakin kamu keluar." Jay tampak sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit dipinggangnya. Tiara yang semula meilhat langsung tertunduk tak ingin menyaksikan pemandangan itu.

"Iya…"

"Kamu lagi apa?."

"Lagi gerak-gerakin kaki aja…" Jawab Tiara sambil mengambil tongkat disampingnya. Dia ingin mencoba berjalan sendiri. Mata Jay yang semula masih fokus mencari bajunya kini memperhatikan Tiara dan benar saja dalam hitungan detik Tiara terlihat goyah dalam langkahnya. Dengan segera Jay berlari kearahnya dan menangkap tangan Tiara. Kini Aroma sabun mandi tercium di hidung istirnya itu, belum lagi udara dingin disekujur tubuh Jay dapat Tiara rasakan saat memegang tangan suaminya. Dia baru menyadari bahwa dia memiliki suami semenarik ini.

"Awas, hati-hati.." Jay khawatir.

"Iya…"

"Kenapa kamu tutup mata?."

"Handuk kamu lepas…" Ucapan Tiara membuat Jay melihat kearah bawahnya. Handuknya memang terlepas tapikan dia sudah mengenakan celana dalam.

"Lalu?."

"Aku ga mau liat."

"Kenapa? Kamu istri aku."

"Tapi aku malu…."

"Terus aku harus gimana Tiara?, aku lepasin kamu nanti kamu jatuh. Aku pegangin kamu, kamu merem." Jay kebingungan.

"Aku bakalan duduk lagi."

"Oke.." Jay menuntun Tiara menuju kursinya lagi. Dia perlahan menduduk Tiara disana dan setelah itu barulah dia meraih handuknya. Melilitkannya lagi dengan kuat dipinggang.

"Udah buka mata kamu." Ucap Jay saat dirinya sudah siap kemudian perlahan Tiara membuka matanya. Wajahnya diarahkan keatas melihat Jay yang masih berdiri disana. Kali ini Tiara merasa Jay tampak berkilau. Dia sempurna bediri disana. Dia tampan, menarik, perhatian, dan tentu saja kalau dilihat-lihat dia cukup 'panas'.

"Kamu kenapa ngelamun?."

"Gapapa. Kamu cepet pake baju.."

"Aneh, padahal dulu kamu suka Jeje.." Jay bergumam kecil sambil berjalan menuju lemarinya lagi.

"Jeje? Siapa Jeje?."

"Belum saatnya kamu tahu nanti kamu merem lagi."

"Loh kenapa?.." Pertanyaan Tiara hanya disambut senyum kecil oleh Jay. Kali ini dia merasa menang. Dulu rasanya TIara yang selalu mengajarkannya tentang ini tapi sekarang Jay yang harus mengajarkan Tiara.

"Jay….kamu bikin aku penasaran."

"Ketika kamu inget, kamu pasti tahu maksud aku.." Jay tersenyum nakal rasanya sudah lama juga tak menjahili Tiara.

"Aku tanya Daddy sama mommy ya…"

"Eh jangan…" Jay langsung menghampiri TIara dengan pakaian lengkapnya.

"Kenapa jangan?."

"Ini cuman obrolan kita berdua, ini rahasia kita."

"Kalau gitu kasih tahu aku supaya aku inget.."

"Udah aku bilang nanti kamu merem…"

"Apa sih? Kasih tahu dong Jay...." Tiara dengan sedikit manyun.

"Udah mending kita keluar, aku ada meeting nanti siang jadi aku harus pelajari dulu materinya." Ucap Jay sambil membungkuk untuk membantu Tiara berdiri. Istrinya itu kini merangkul bahu Jay dengan melingkar, satu tangannya memeggangi lagi tongkat penyangga.

"Jeje itu bagian tubuh aku, bukan siapa-siapa." Bisik Jay merasa kasihan melihat Tiara yang sedang berpikir keras. Tiara senyum-senyum kenapa bagian tubuh Jay harus memiliki nama segala. Kini mereka berjalan menuju tempat makan.

"Aku pasti cari tahu apa itu."

"Awas ya nanya-nanya mommy atau Daddy.."

"Takut banget.." Tiara aneh tapi Jay terus menuntunnya tanpa memberi komentar.

"Kok mommy sendiri, Daddy sama Kris mana?."

"Kris ngamuk terus pingin dibeliin sepeda jadi langsung pergi tadi."

"Zidan sini…" Jay melambaikan tangan membuat Zidan berjalan kearahnya.

"Kakinya masih sakit Tiara?."

"Sedikit mom.."

"Punggung kamu gimana?."

"Ga sakit kok kemarin udah keluar juga hasil pemeriksaannya, udah makin baik.."

"Kepala kamu?."

"Kadang-kadang sakit, kadang-kadang engga."

"Kapan kerumah sakit lagi?."

"Besok mom.."

"Bentar aku ada telepon…" Jay segera menjauh dan melepaskan Zidan dalam dekapannya.

"Mom, Jay itu unik apanya sih?."

"Maksudnya?."

"Apa ada sesuatu yang beda dari dia sampe aku suka? Jay bilang aku suka sama dia karena aku nerima keunikan dia." Tiara sambil sesekali memperhatikan Zidan yang sedang bermain dengan pengasuhnya.

"Cari tahu sendiri kalau gitu.." Jesica senyum-senyum.

"Mom…ayo dong kasih tahu.."

"Memang agak susah kalau liat dia sekarang. Setelah menikah Jay memang semakin berubah.."

"Apa yang berubah mom?." Tiara memohon agar Jesica bercerita.

"Apa kamu liat perbedaan Kay dan Jay?."

"Hm…Kemarin sih aku liat dibanding Kay, Jay lebih terburu-buru, panikan, bingung, rusuh pokoknya mom." Ucapan Tiara membuat Jesica tersenyum sendiri.

"Jay kalau pertama kali ngalamin gitu, dia lagi belajar cara nanggapinnya gimana. Beda sama Kay yang bisa langsung nyontoh orang kalau ada di situasi yang sama."

"Kenapa gitu?."

"Kalau Mommy cerita ini kira-kira Tiara bakalan ilfil ga ya?."

"Kenapa harus ilfil?, aku kan udah jadi istrinya lagian Jay bilang aku nerima."

"Mommy ga tahu apa tanggapan kamu bakalan sama kaya dulu atau engga."

"Ijinin aku tahu mom.."

"Tiara aku ke kantor dulu ya bentar nanti aku langsung pulang." Jay sudah datang lagi dari belakang membuat Jesica bungkam.

"Kenapa bang?."

"Nih kakak ngomel-ngomel mom.." Jay bersiap-siap. Dia mencium pipi gembul Zidan.

"Papa…"

"Iya, Papa pergi dulu ya nanti kita main.."

"Abang hati-hati.."

"Iya mommy, jagain Tiara bentar.."

"Aku udah bisa jalan kok…"

"Telepon aku kalau ada apa-apa.." Jay sedikit ragu untuk mencium Tiara Jadi dia putuskan untuk pergi begitu saja setelah berpamitan.

"Tuh mom satu lagi, Jay itu lebih protektif banget.."

"Oh kalau ini dari daddy-nya. Anak-anak mommy emang modelannya begitu Tiara, mommy juga heran sifatnya bisa turun ke semua."

"Jadi gimana mom soal Jay?."

"Tiara daya tangkap Jay itu ga kaya orang-orang, tapi itu dulu sekarang Jay cerdas banget.."

"Maksudnya?" Tiara belum paham sampai Jesica harus menceritakan lagi tentang masa kecil Jay, bertemu dengan Tiara bahkan sampai menikah. Ini seperti bernostalgia. Dalam cerita itu sesekali Jesica tersenyum dan tertawa kecil dalam mengingatnya. Kalau dipikir-pikir sifat Jay dulu sangat menggemaskan dibanding menyebalkan. Hal itu yang dia rindukan sekarang. Jesica rasa sifat Jay yang 'menggemaskan' itu perlahan mulai berkurang walaupun kadang masih saja dia terlihat polosnya. Tiara yang mendengar itu tak percaya. Dia bahkan tak merasakan terlalu jelas tingkah Jay yang aneh. Tiara justru merasakan kebaikan Jay selayaknya pria dewasa pada umumnya. Dia suka cara Jay membuatnya tertawa. Dia pikir perkataan Jay yang seolah-olah tak tahu itu hanyalah cara untuk membuatnya terhibur ketimbang kepolosannya. Jay bisa menjadi seorang yang seurius, yang lucu melebihi pelawak dan tentu saja belakangan Tiara melihat 'kedewasaan' Jay dari badannya. Apa sekarang Jay sudah membuatnya berhasil jatuh cinta lagi?.

***To be continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C513
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login