Download App
23.6% I don't know you, but I Married you / Chapter 123: Ketahuan Daddy

Chapter 123: Ketahuan Daddy

"Daddy, mommy..." Ara terkejut saat melihat kedua orang tuanya berada tepat didepannya.

"Kakak, Dariel..." Kenan sama terkejutnya sambil melihat kearah tangan anaknya dan seketika Ara melepaskan pegangannya sementara Jesica kini menjadi tahu sosok yang diceritakan anaknya tadi sore dapat dia tebak jika pemasalahan Ara sudah selesai.

"Daddy lagi apa?"

"Habis belanja sama mommy buat keperluan bayi kamu ngapain?"

"Aku...hmm..."

"Ngapain kak?" Kenan bertanya lagi.

"Aku...kita lagi...." Ara masih mencari alasan untuk menjawab pertanyaan ayahnya yang entah mengapa kini begitu sulit dijawab.

"Ngobrolnya sambil makan aja yuk, mommy pegel nih." Jesica sambil memegang perutnya. Mereka berempat pun akhirnya makan di salah satu restoran yang dulu sering Jesica datangi bersama sahabat-sahabatnya. Wajah Dariel tampak tenang sementara Ara gelisah karena bingung harus mengatakan apa.

"Kakak lagi ngapain sama Dariel disini?"

"Habis belanja pak.." Dariel sopan.

"Bukannya kamu di Pekanbaru?"

"Udah pulang dari 4 hari yang lalu pak."

"Sayang, Dariel ini karyawan aku dikantor, dia megang salah satu anak perusahaan sekarang."

"Oh..pantes ga familiar sama mukanya kaya pernah liat tapi lupa dimana."

"Belanja aja?"

"Ya jalan-jalan aja dad.."

"Kenapa ga bareng tadi?"

"Aku kan ga tau kalo Daddy sama mommy mau pergi."

"Kamu bilangnya mau ke rumah temen kak.."

"Aku emang kerumah Dariel dulu kok tadi.."

"Ngapain kamu disana?"

"Ya ngobrol biasa aja Dad.."

"Berdua?" Kenan langsung menimpal.

"Engga, ada temen-temennya Dariel juga kok dad lagian ini ga direncanain kok mau jalan-jalan."

"Jalan-jalan kok sambil pegangan tangan kenapa?"

"Hm..." Ara bingung menjawabnya.

"Katanya Dariel temen, masa pegangan tangan."

"Pak..." Dariel mulai berbicara sambil meletakkan sendoknya.

"Saya sama Ara pacaran." Dariel mulai jujur dengan hubungannya. Jesica lalu melihat kearah Ara setelahnya melihat ke arah Kenan yang sedang memperhatikan pria yang ada didepannya ini.

"Daddy kita..." Ara memanggil ayahnya karena belum ada respon sedikit pun setelah mendengar pengakuan Dariel.

"Udah berapa lama?"

"Hm..sekitar 8 bulan Pak."

"8 Bulan?lama juga sama dong kaya kehamilan mommy kak, kok Daddy sampe ga tahu ya."

"Dad..bukan maksud aku mau diem-diem, aku tuh....."

"Saya yang suruh pak, saya ga mau orang sekantor tahu, terus jadi bahan omongan di kantor nanti kasihan Ara." Dariel memotong pembicaraan Ara.

"Oh gitu, terus masih nekat pacaran?"

"Iya pak.."

"Mom..Daddy kok gitu?" Ara berkata pelan pada ibunya sementara Jesica hanya diam dan fokus makan saja.

"Emang ga ga ganggu kerjaan?"

"Engga kok dad, aku sama Dariel profesional kalo kerja."

"Yakin?udah sering kerjasama lagi pantes ya kakak suka lama di kantor.."

"Dad..aku emang ngerjain sesuatu kok."

"Kak Dariel?" Jay kaget melihat Dariel ikut makan disana.

"Halo Jay.."

"Kok aku ga tahu kakak disini?"

"Tadi ga sengaja ketemuan Jay.." Ara menjawab.

"Aku ga ngomong sama kakak." Jay masih sinis.

"Jay, jangan gitu dong. Udah sini duduk sayang makan dulu." Jesica segera menyodorkan makanan kesukaan Jay.

"Jadi Jay dikenalin kalo Daddy sama mommy engga, hebat ya nyembunyiinnya kakak.."

"Waktu itu ga sengaja dad Dariel yang nolongin Jay jadi tahu deh."

"Tahu atau ketahuan?"

"Dua-duanya.." Ara ketus tak suka dengan cara ayahnya bertanya sekarang.

"Kamu tuh stafnya Dikta ya?"

"Iya pak.."

"Jangan panggil pak."

"Iya om.."

"Daddy judes banget sama Kak Dariel." Jay mulai berkomentar.

"Udah kamu makan aja, kamu juga ikut-ikutan bohong sama Daddy, kamu bilang ada orang kantor yang pacaran sama kakak tapi ga pernah ngomong siapa namanya."

"Aku udah janji sama kakak.."

"Kakak nih ngajarin adiknya bohong."

"Ga suruh bohong tapi jaga rahasia."

"Saya yang salah om, maaf.."

"Kakak pulangnya sama ikut Daddy aja.."

"Aku dianter Dariel kok dad.."

"Udah bareng aja serumahkan?"

"Iya-iya.." Ara dengan lesu sambil melihat ke arah Dariel yang tak bisa Ara baca ekspresi wajahnya apakah senang, kesal atau sedih.

"Dariel kuliah dimana?" Jesica mencoba mencairkan situasi tegang tadi.

"Udah lulus Tante."

"S1?"

"S2 Akuntansi.."

"Tinggal dimana?"

"Komplek Rengganis Tante.."

"Oh iya-iya tahu.."

"Aku pernah kerumahnya mom, rumahnya sejuk, bagus.." Jay mulai bebeicara lagi.

"Kerumahnya?ngapain?" Kenan langsung ikut berkomentar.

"Ya main aja Dad, Kak Dariel yang ngajarin aku bercocok tanam.."

"Saya permisi dulu ke kamar mandi.." Dariel berdiri dan pergi menuju toilet.

"Dad...kok Daddy gitu sih?aku ga suka."

"Kenapa mesti ga suka?Daddy kan pingin tahu dulu.."

"Dariel kan udah baik sama aku dad sama Jay juga apa salahnya sih kasih senyum kek dikit."

"Iya kak Dariel baik tapi kakak jahat.."

"Jay.." Jesica menegur lagi kali ini karena takut akan ada keributan disana.

"Ya terus kalo baik kenapa?Daddy ga boleh nanya-nanya?"

"Ya tapi Daddy nanya-nya jangan gitu, bikin sebel mana tiba-tiba nyuruh aku pulang bareng kesannya kan aku ga boleh pulang sama Dariel."

"Kita kan searah kak apa salahnya.."

"Aku sebel sama Daddy.." Ara langsung diam ketika melihat Dariel sudah kembali.

"Orang tua kerja dimana Riel ?"

"Hm..."

"Dad..udah ya ngobrolnya." Ara segera menghentikan pertanyaan Ayahnya.

"Kenapa?Daddy pingin tahu kak.."

"Tapi dad.."

"Orang tua saya udah ga ada." Dariel memotong kalimat Ara membuatnya langsung melihat ke arah Dariel.

"Riel..." Ara dengan pelan sementara Jay

"Ga papa.." Dariel meyakinkan dengan memegang tangan Ara yang ada dibawah meja.

"Maaf, om ga tahu kalo orang tua kamu udah meninggal."

"Bukan meninggal, mereka ninggalin saya.." Perkataan Dariel membuat Jesica kaget begitupun Kenan.

"Kenapa ninggalin?"

"Saya bukan anak kandung ayah saya.."

"Ibu kamu?"

"Dia dan saya punya hubungan yang ga baik."

"Sejak kapan mereka ninggalin kamu?"

"Dari umur saya 14 tahun.."

"Sekarang umur kamu?"

"26 Tahun om.."

"Udah 12 tahun berarti hidup sendiri."

"Iya om.."

"Terus sama Pak Stefan ada hubungan apa?saudara?"

"Dia yang nolongin saya waktu kecil om..."

"Dad..udah ya, kita pulang aja.." Ara kurang nyaman dengan obrolin ini sementara Dariel masih tampak tenang menjelaskan tentang keluarganya.

"Ya udah iya.." Kenan menurut dan mereka pun berpisah dengan Dariel.

"Kak...kakak udah tahu tentang keluarga Dariel gitu?" Jesica membuka obrolan di dalam mobil.

"Udah, di awal pacaran dia udah ceritain itu juga ke aku."

"Aku juga tahu mom.." Jay lagi-lagi ikutan untuk berkomentar.

"Jay tahu darimana?"

"Waktu itu Kak Dariel juga cerita."

"Terus kakak ga papa?"

"Ya gapapa."

"Meskipun ga jelas asal usul keluarganya?" Kenan membuat komentar yang Ara tak suka.

"Kok Daddy ngomongnya gitu sih?Daddy yang ngajarin aku buat ga beda-bedain orang, sekarang ke Dariel kenapa gitu?" Ara dengan sedikit emosi.

"Ini kan hubungannya soal pasangan bukan temenan aja kak.."

"Udah-udah mommy ga suka ya berantem di mobil." Jesica menghentikan pembicaraan mereka berdua. Ara langsung menampakkan wajah kesalnya sepanjang perjalananan sementara Jay sibuk bermain games tak peduli yang terjadi.

"Kak.."

"Apa?aku cape dad.." Ara menghentikan langkahnya sebelum masuk kamar.

"Sini duduk dulu, Daddy mau ngomong." Kenan membuat Ara duduk dihadapannya.

"Sayang kalo Daddy suruh kakak putus sama Dariel, kakak nurut ga?" Kenan membuat Ara terkejut bukan main sementara Jesica yang baru datang langsung duduk disamping Kenan.

****To be continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C123
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login