"Jangan dipikirkan, Tasia. Tidurlah." Ucap Hadyan tiba-tiba. Menyadarkan Tasia dari lamunannya sendiri.
"I.. Iya" Jawab gadis itu dengan memejamkan matanya.
Hadyan merasakan nafas Tasia sudah berhembus teratur. Gadis itu sudah tertidur dengan pulas, mungkin karena habis menangis. Hadyan melepaskan pelukannya dan metap wajah sang permaisuri lekat-lekat. Ia merasa bingung dengan apa yang terjadi pada gadis itu. Sejujurnya Hadyan akui memang ada yang aneh padanya, namun isi pikiran tersebut tidak ia utarakan kepada Tasia agar gadis itu tidak semakin depresi. Mungkinkah Tasia memiliki trauma yang berakitan dengan hubungan orang dewasa?
Tapi Tasia sendiri tidak pernah cerita dan malah ikut kebingungan sendiri. Hadyan berharap, penolakan Tasia tersebut benar-benar disebabkan oleh mentalnya yang belum siap. Karena jika memang benar karena sebuah trauma, kemungkinan akan sulit untuk mereka kedepannya.
Teman-teman... Trimakasih teruntuk semuanya yang masih setia membaca novel ini. Maaf yah kalau sekarang2 ini ceritanya lagi kerasa menjenuhkan dan tanggung. Tapi author punya cara sendiri buat jembatanin satu hal ke hal lainnya, meskipun jadinya bikin cerita yg lagi on going ini jadi terkesan menjenuhkan hehehee.. Sekian pesan dari sy, maaf akhir2 ini superrr sibuk sama kerjaan jd waktu upload super berantakan. Sekali lagi trimakasih dan selamat membaca.. \^^/