"siapa kamu,!!!! dan apa hubungannya kamu dengan Rasyid,?" tanya petualang lainnya.
"kalian tidak perlu tahu siapa saya, namun jika kalian berani menyentuh Rasyid maka aku tidak akan mengampuni kalian," ucap pria itu yang kembali kemejanya untuk mengambil tongkat sihirnya serta menaruh beberapa coin dimeja untuk mengganti kerusakan yang dia perbuat.
"jika kalian ingin melanjutkan maka lebih baik kita keluar dari restoran ini, gimana,???" tantang pria misterius tersebut kepada keempat petualangan sambil berjalanan meninggalkan restoran tersebut dan menuju ke suatu tempat.
"apa yang mesti kita lakukan, bos sekarang sedang pingsan, sedangkan pria itu mengajak kita untuk bertarung," tanya petualang yang lain.
"sudah!!!! jangan pikirkan hal itu dulu, lebih baik sekarang kamu keluarkan potion lalu beri ke bos," umpat Petualang yang lain.
Dengan sigap petualang yang lain mengeluarkan potion dari dalam tasnya lalu meminumkan kepada bosnya,
"glek, glek, glek," suara meminum potion.
Tak lama kemudian orang itu sadar serta mencari orang yang telah memukul dirinya.
"kemana orang itu tadi, beraninya dia memukul ku," teriak petualang yang bangun dari pingsannya.
"dia sudah keluar bos,!!!!"
"arrrrgggghhh!!!!! bodoh kalian, cepat kejar penyihir itu, bunuh dia jika perlu!!!! CEPAT!!!!!" teriaknya
Ketiga anak buahnya lantas bergegas mengejar penyihir tersebut, namun mereka tidak menemukan dimana-mana.
"kemana perginya,??" tanya bosnya yang ikut menyusul.
"kami tidak melihatnya bos,!" jawab anak buahnya.
Sebenarnya penyihir itu berada didekat mereka, dia sedang menyamar sebagai pria tua dengan menggunakan topeng miliknya.
"awas jika sampai ketemu, pasti akan aku bunuh penyihir itu,!!!!!" kesal pemimpin party petualang tersebut, saking kesalnya dia menembakkan aura yang membuat warga sekitar menjadi ketakutan.
------
Ujung jalan Hutan Terlarang, dimana Arman, Ridho serta Harpic sedang beristirahat sambil menikmati makan siang.
"ngomong-ngomong tentang paman Rasyid,!!! apakah kakak pernah bertemu dengan dirinya,?" tanya Arman yang sedang membersihkan peralatan masak miliknya.
"paman Rasyid yah,??? hmmmm sepertinya aku belum pernah bertemu dengannya man, kenapa memangnya,?" jawab ridho dengan polos sambil menggigit sebatang lidi.
"APAAA!!!! terus gimana cara kita bertemu dengannya,?" kaget Arman ketika mendengar bahwa Ridho tidak mengetahui wujud serta tampang paman Rasyid, Harpic yang sedang tertidur ikut kaget mendengar Arman berteriak, dia ketiduran karena kebanyakan makan daging panggang.
"GURUUU, RUU (ada apa)," ucap Harpic yang bangun dari tidurnya.
"maaf kawan, tidak ada apa-apa, kamu tidur aja lagi," cengir Arman melihat Harpic bangun karena teriakannya.
"guruu," angguk Harpic, dia lantas melanjutkan tidurnya.
"tenang saja man!!! guru pernah bercerita kalau paman Rasyid itu sangat terkenal di desa sepaku, jadi ketika kita bertanya tentang dirinya, maka pasti semua warga mengetahui keberadaannya," ungkap Ridho.
"oh!!!! baiklah kalau gitu,"
Arman merasa lega, ketika mendengar jawaban dari Ridho. Dia lantas melanjutkan membersihkan peralatan masak dan lainnya, sedangkan Ridho lebih memilih untuk tidur didekat Harpic karena dia merasa sangat kantuk.
Setelah membersihkan peralatan masak, Arman lalu menyortir barang-barang yang berada di cincin penyimpanannya, dia memisahkan antara cincin milik gurunya dan cincin penyimpanan yang dia temukan di reruntuhan kuno.
Arman lebih memilih selalu mengenakan cincin pemberian gurunya, sedangkan yang lain dia simpan di dalam gelang penyimpanan miliknya. Arman menemukan sebuah buku pemberian dari gurunya saat sedang memisahkan barang-barang miliknya, buku itu bertuliskan cara berkultivasi yaitu cara menaikkan tingkat ilmu kekuatan aura yang dimiliki setiap makhluk yang hidup di benua Arsyila ini.
Selama ini yang dia pelajari hanya teknik dasar dasar dalam menggunakan kekuatan aura, dia belum diajarkan bagaimana caranya meningkatkan kekuatan Aura miliknya kelevel berikutnya.
Kekuatan Aura terdiri dari 3 tingkatan, yaitu Mero, Gundo, Cero. Setiap tingkatan memiliki 5 level untuk menerobos, Arman dan Ridho berada di Aura Mero level 3, mereka mesti naik 2 level lagi untuk menembus Aura Gundo.
Tingkat Mero sudah sangat kuat untuk kalangan masyarakat umum, apalagi mereka yang berada di desa. Di desa Semoi tempat tinggal mereka dulu sangat jarang yang bisa menembus tingkat Mero, mereka sangat miskin sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mempunyai buku petunjuk untuk mempelajari tentang cara menaikkan kekuatan.
Mereka hanya diajari oleh guru Bahar cara dasar dalam membangkitkan kekuatan Aura, namun jarang yang bisa membangkitkan kekuatan tersebut, kecuali Arman dan Ridho. Mereka sangat terampil dan disiplin dalam berlatih sehingga mereka bisa membangkitkan kekuatan Aura milik mereka, namun sangat disayangkan mereka hanya bisa menembus level 3 Kekuatan Aura Mero.
"wah ini bukannya buku mengenai cara kultivasi," bathin Arman ketika membaca buku tersebut, dia lantas melanjutkan membaca buku tersebut.
Dibuku tersebut dituliskan bahwa jika ingin menerobos tingkat selanjutnya maka yang kita perlukan hanya duduk bersila sambil berkonsentrasi, power stone juga dapat membantu menaikkan kultivasi dengan cepat. Cukup menaruh beberapa power stone di sekeliling kultivator, setelah itu power stone diaktifkan maka aura dari power stone akan keluar dengan sendirinya, maka saat itu kultivator tinggal menyerap setiap aura yang keluar dari power stone tersebut.
Arman jadi penasaran setelah membaca buku tersebut, dia lantas ingin segera mencobanya, dia lantas mengeluarkan beberapa power stone miliknya. Dia menaruh tepat disekitarnya (mengelilinginya), setelah itu dia duduk bersila untuk memulai ritual kultivasi.
"power stone aktif," ucap arman.
Power stone kemudian aktif dan mengeluarkan aura yang terkandung didalamnya, Arman segera menyerap berbagai aura yang keluar dari dalam power stone tersebut.
"rasanya sejuk, inikah rasanya berkultivasi," bathin Arman ketika merasakan aura yang masuk kedalam tubuhnya.
Aura tersebut masuk melalui pori-pori dalam tubuh Arman, lantas menuju kedalam urat nadi sebelum menuju ke ruang Aura yang berada didalam tubuh. Ruang tersebut semakin lama semakin meningkat sesuai dengan tingkatan yang dimiliki sang kultivator, untuk kasus Arman baru memiliki 3 tingkatan ruang, ketika ruang ketiga terisi penuh maka ruang keempat akan terbuka dengan sendirinya begitupun selanjutnya.
Arman terus menyerap semua aura yang keluar dari power stone yang dia taruh disekitar tubuhnya, ridho merasakan aura yang tersebar dan membuatnya bangun begitupun dengan Harpic.
"aura apa ini, kenapa bisa sebesar gini," bathin ridho merasakan aura yang keluar.
Ridho lantas bangun dan melihat Arman sedang duduk bermeditasi, dia ingin mendekat namun dihalangi oleh Harpic.
"anak bodoh, apa yang sedang dia lakukan ditengah Padang rumput itu, kalau mau kultivasi sebaiknya didalam gua atau ruang tersembunyi," kesal ridho ketika melihat Arman yang secara sembrono melakukan kultivasi di ruang terbuka.
"Guruu, ruuu, ruuu (jangan mendekat, dia sedang kultivasi)" ucap Harpic yang menghalangi ridho mendekati Arman, karena ketika orang sedang kultivasi maka sebaiknya jangan di ganggu kalau tidak itu akan merusak prosesnya dan mengakibatkan orang tersebut bisa terluka parah.
"iya aku paham Harpic, namun dia telah sembrono melakukan hal itu, aura itu bisa mengundang hewan buas dan monster," kesal ridho.
"Guruu, ruuu (kita bisa melindunginya)" pinta Harpic yang terus menghalangi ridho.
"baiklah kalau gitu, kita melindunginya hingga dia selesai berkultivasi," ucap ridho yang tidak lagi berusaha menerobos Harpic untuk membangunkan Arman, dia dengan sigap menjaga dan mengawasi setiap pergerakan monster dan hewan buas yang datang.
Ridho dan Harpic lantas mengawasi daerah sekitar sambil memberikan waktu kepada Arman untuk menyelesaikan menyerap aura yang keluar dari dalam power stone.
"tunggu Harpic, aku mempunyai sebuah penghalang yang bisa digunakan agar auranya tidak tersebar keluar," ucap Ridho yang mengingat bahwa dia memiliki semacam penghalang untuk memblokir agar aura tersebut tidak keluar.
"Guruu," angguk Harpic.
Ridho lantas mengeluarkan penghalang tersebut dan memasangnya disekitar Arman, ketika telah terpasang ridho lantas mengucapkan kata,
"penghalang aktif," tak lama kemudian sebuah lingkaran muncul mengelilingi Arman dan seakan membungkus dirinya seperti bola, setelah terbentuk penuh maka aura itu tidak tersebar lagi seperti semula.
"dasar anak bodoh, kalau mau kultivasi bilang-bilang, jangan menyusahkan kami," keluh ridho ketika merasa aman melihat aura itu terkurung bersama Arman didalam sebuah penghalang.
Kini mereka bisa bersantai lagi, namun tetap mengawasi keadaan sekitar, Ridho dan Harpic bergantian menjaga daerah sekitar karena butuh waktu yang lama untuk berkultivasi. Tidak terasa waktu sudah malam, bulan sudah menampakkan wujudnya namun Arman belum juga selesai kultivasi.
"sepertinya kita mesti berkemah disini Harpic," ucap ridho.
"guruuu," angguk Harpic.
"baiklah kalau gitu, kita bergantian saja menjaga dirinya, aku istirahat dulu, setelah itu baru giliran ku menjaganya," usul Ridho.
"Guruu," angguk Harpic.
Malam kian larut namun Arman belum juga menunjukkan akan selesainya berkultivasi, dia masih saja terus menyerap power stone yang dia letakkan disekitar tubuhnya.
Tak lama kemudian Ridho bangun dari tidurnya, dia melihat disekitarnya apakah Arman masih berkultivasi atau sudah selesai, namun ternyata dia mendapati Arman masih duduk bermeditasi sambil menyerap aura yang keluar dari power stone. Ridho lantas mendekat kearah Harpic, dengan mata yang masih berat dia berjalan sambil mengucek-ngucek matacnya seraya b1erkata,
"maaf Harpic, aku tertidur cukup lama,"
"guruu," ucap Harpic melihat Ridho yang menghampiri dirinya.
"dia belum juga selesai,?"
"guruu," geleng Harpic.
"hmmm aku penasaran apakah dia akan menerobos atau tidak," ucap ridho yang penasaran.
"guruu ruu," ucap Harpic seraya mengangkat bahunya yang menandakan bahwa dia juga tidak tahu.
"yah sudah kamu istrahat saja dulu sana, besok kita akan melakukan perjalanan jauh, jadi lebih baik menyimpan tenaga untuk berjalan jauh besok," usul ridho.
"guruu," angguk Harpic, dia lantas duduk sambil memejamkan matanya, dia memilih tidur didekat mereka agar bisa tersadar jika terjadi sesuatu.
Ridho lantas bergantian dengan Harpic menjaga Arman yang sedang berkultivasi,
"kamu sudah besar adikku, guru pasti sangat bangga padamu,!!!! apakah anda melihat dirinya sekarang guru, aku akan menjaga dirinya dan mewujudkan impianmu guru," bathin ridho yang seketika mengenang akan mendiang guru Bahar yang tewas dibunuh oleh badik merah.
Karena merasa jenuh ridho lantas mengeluarkan pedang miliknya, ridho kebetulan adalah seorang blacksmith, dia berlatih menjadi blacksmith, karena dia sangat suka akan senjata terutama pedang. Dia berharap suatu saat bisa menjadi blacksmith yang terkenal dan bisa membuat berbagai perlengkapan sihir serta senjata sihir, ridho mengeluarkan pedang pertama pemberian mendiang Gurunya. Pedang tersebut termasuk dalam kategori pedang kelas B yang diberi nama 'ocean sword' yang berasal dari kekuatan Aura Unsur Air, pedang tersebut memiliki kelebihan (Attack : 277, Matk +6%, Matk UP (DEX100%), Tambahan Sihir 50%, Kebal Api +20%).
Ridho ingin menaikkan Matk level pedangnya jadi dia membutuhkan power stone tipe air, kebetulan dia mendapatkan beberapa power stone tipe air saat memeriksa Reruntuhan kuno didalam hutan terlarang. Ridho lantas mengeluarkan power stone tipe air dan menggabungkannya kedalam pedang miliknya.
Tak perlu waktu lama untuk mengupdate sebuah pedang, apalagi jika yang melakukanya adalah seorang blacksmith, dalam waktu singkat statistik pedang ridho berubah, terutama di Matk (damage sihir naik menjadi 10%) kini kekuatan sihir ridho bisa naik ketika menggunakan pedang tersebut.
"keren kini kekuatan sihir ku bisa naik 10% ketika menggunakan pedang ini, sayang aku tidak memiliki power stone lainnya untuk menaikkan ketajaman serangan dan sebagainya,
"mungkin Arman memilikinya, nantilah aku akan tanyakan dia ketika dia sudah selesai berkultivasi, sekarang lebih baik aku memperbaiki senjata yang kutemukan di reruntuhan kuno, lumayan nanti bisa dijual," ungkap Ridho yang langsung mengeluarkan beberapa senjata yang telah dia temukan, Ridho lantas ketiduran setelah memperbaiki beberapa senjata yang telah dia temukan.
Ternyata malam sudah berganti menjadi pagi, bintang dan bulan beranjak meninggalkan tempatnya dan berganti dengan senja pagi yang menerangi benua Arsyila. Lambat laun Armanpun bangun dari meditasi nya, dia telah berkultivasi kurang lebih 18 jam.
"akhirnya aku berhasil naik satu tingkat,!!! loh kenapa ada penghalang milik guru disini," kaget Arman melihat dirinya berada didalam sebuah penghalang milik gurunya, dia tidak menahu apa yang telah terjadi sehingga pelindung itu dipasangkan disekitarnya. Arman berusaha untuk membuka penghalang itu namun tidak, karena penghalang itu hanya bisa dibuka oleh sang pemiliknya.
Karena merasa tidak bisa membuka penghalang itu, Arman lantas duduk menunggu sambil terus memanggil Ridho dan Harpic.
"KAKAK!!!!! HARPIC!!!!! tolong buka penghalang ini," teriak Arman.
"TOLONG!!!!!" teriak Arman lagi, namun ridho dan Harpic tetap tidak mendengar teriakan itu, karena penghalang itu juga meredam suara yang berasal dari dalam sehingga orang yang diluar tidak bisa mendengar teriakan Arman.
Karena tidak didengar oleh Ridho dan Harpic, Arman lantas memutuskan untuk menunggu saja mereka bangun sambil membaca buku tentang tata cara kultivasi yang dia peroleh dari guru Bahar.
Tak lama kemudian Harpic bangun dari tidurnya dan melihat Arman telah selesai kultivasi,
"Guruuu ruuu" teriak Harpic yang merasa senang karena Arman telah bangun.
Melihat Harpic yang sudah bangun, Arman lantas memberi kode kepada Harpic untuk membangunkan ridho yang sedang tertidur.
"kawan tolong bangunkan kakak untuk melepaskan penghalang ini," ucap Arman seraya memberi kode tangan untuk Harpic agar membangunkan Ridho.
"guruu," angguk Harpic yang mengerti akan isyarat kode dari Arman, dia lantas membangunkan Ridho dengan cara mematuk kepalanya, Arman tertawa melihat cara Harpic yang membangunkan Ridho.
"arrrrgggghhh!!!!! apa yang kamu lakukan Harpic,!!!! sakit tahu,!!!!" teriak Ridho yang kaget dipatuk oleh Harpic.
"guruu, ruuu (maaf)" ucap Harpic sambil menundukkan kepalanya, dia lalu menunjuk kearah Arman seraya memberitahu bahwa Arman telah bangun.
"oh!!!! ternyata kamu sudah bangun man, maaf aku tadi ketiduran, hehehe," canda Ridho, dia lantas melepaskan penghalang yang dia telah pasang.
"buka!!!" teriak Ridho, tak lama kemudian penghalang itu mulai menghilang secara perlahan. Ridho lantas mendekati Arman ketika penghalang itu menghilang secara utuh.
"kamu ini man,!!! lain kali kalau mau kultivasi jangan diruang terbuka, bisa bahaya,!!!" ungkap Ridho sambil mengumpulkan kembali penghalang yang dia letakkan disekitar Arman.
Setelah penghalang terlepas, Arman lalu berdiri dari duduknya sambil membersihkan pasir yang menempel pada celana dan bajunya. Arman kaget ketika mendengar ucapan dari ridho, dia lantas bertanya karena menurut dia hal itu biasa saja terjadi.
"Hah,!!! memang apa yang terjadi jika diruang terbuka kak,?"
"Apa!!!! hal seperti itupun kamu tidak tahu man," teriak ridho.
Mendengar Ridho yang teriak lantas membuat Arman menjadi panik, dia lalu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"ehh,!! maaf kak, aku baru kemaren mempelajari buku pemberian guru Bahar tentang kultivasi jadi aku belum terlalu paham akan hal itu,"
"oh, pantas saja kamu melakukan hal itu,!!! kultivasi itu tidak boleh dilakukan diruang terbuka seperti ini man, karena itu akan mengundang hewan buas atau monster yang lain,"
"-kok bisa mengundang hewan buas atau monster kak,???" selah Arman.
"iya itu bisa mengundang mereka untuk mendekat bahkan menyerangnya, karena mereka merasakan aura yang keluar dari power stone yang digunakan, maka dari itu kita dianjurkan untuk berkultivasi disebuah ruangan khusus atau didalam goa dan memasang sebuah penghalang"
"-penghalang untuk apa kak,?"
"penghalang untuk memblokir jalur aura yang tersebar, agar tidak memancing para hewan buas atau monster yang lain, gitu man," ungka Ridho.
"oh!!!! maaf kak, aku telah menyusahkan kalian,!!! terimakasih yah kawan telah menjaga dan mengawasi selama aku kultivasi," ucap Arman yang merasa telah bersalah atas kecerobohan yang dia lakukan.
"tidak apa-apa man, itu menjadi pelajaran buat kamu, lain kali jika ingin kultivasi sebaiknya dibicarakan dulu yah," saran Ridho.
"Iya kak,"
"Guruuu, ruuuu (aku lapar)" ucap Harpic yanf mendekati Arman dengan wajah melas karena belum makan dari siang kemaren.
"tuh lihat man Harpic lapar tuh, dari kemaren kami belum makan setelah kamu mulai kultivasi," ucap Ridho yang melihat wajah Harpic yang melas dan manja minta makan.
"Astaga!!!! maaf kak, maaf kawan, tunggu sebentar yah, sebagai permintaan maaf, aku akan memasak yang spesial hari ini untuk kalian," ungkap Arman yang segera bergegas mengeluarkan beberapa daging dan peralatan masak miliknya.
Arman lantas segera memasak makanan buat mereka, sedangkan Ridho memilih untuk duduk bersantai sambil kembali memeriksa barang berharga yang dia temukan, dan Harpic hanya duduk dihadapan arman dengan wajah yang kelaparan.
"sabar yah kawan, sebentar lagi sudah selesai,"
"guruuu" angguk Harpic.
"eh ngomong-ngomong!!! kamu tahu gak dimana desa sepaku,??" tanya Arman kepada Harpic.
"guruuu" angguk Harpic seraya tangannya menunjuk ke arah barat.
"loh bagaimana kamu tahu ada disana,?? apakah kamu pernah berkunjung kesana,??" tanya Arman yang penasaran kenapa Harpic bisa mengetahui lokasi desa sepaku.
"guruuu" angguk Harpic.
"syukurlah kalau gitu, berarti kamu bisa tunjukkan jalan menuju kesana kan,???" harap Arman dengan wajah berseri-seri yang menanti Jawaban dari Harpic.
"guruu," angguk Harpic.
"yes,!!!! makasih banyak kawan," haru Arman sambil memeluk Harpic dengan erat.
"guruu, ruuu,"
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT