Castor menatap Namara dengan penuh permusuhan. Bahkan kalimat pertama yang terlontar dari mulut wanita itu terdengar sangat menjengkelkan di telinga. Bagaimana dia bisa memiliki keponakan seperti itu?
Dia mendengkus mengejek. "Jadi, benar. Kau pasti akan datang ke sini."
Sudut bibir Namara langsung tertarik. Dia tersenyum, tetapi tidak ada kehangatan sama sekali dalam senyumnya. "Bagaimana mungkin aku tidak memenuhi undangan dari pamanku ini?"
"Berhenti memanggilku paman! Aku tidak sudi mendengarnya!" teriak Castor. Dia menatap Namara dengan marah.
Namara masih belum turun dari kuda. Dia mengedarkan pandangannya ke segala arah. "Ck, ck. Bukankah sambutan kepulanganku terlalu mewah? Bagaimana Paman bisa membuat semua orang berkumpul seperti ini?"
"Siapa yang sedang menyambutmu?! Berhenti berbicara omong kosong!" teriak salah satu tetua yang merasa tidak sabar.