Namara dan Eros berdiri berhadapan dengan jarak yang cukup jauh. Keduanya saling menatap selama beberapa saat sebelum akhirnya Namara mulai melemparkan senyum manis.
Eros mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu kenapa, tetapi sepertinya dia harus berhati-hati pada senyuman yang memabukkan itu.
"Tuanku, biar kutunjukkan apa yang kiranya aku bisa," ucap Namara yang kemudian mulai merapalkan mantra. Baris yang dipelajarinya selama seharian ini akhirnya bisa keluar dengan lancar dari mulutnya.
Kedua tangannya mulai berputar sampai akhirnya kabut awan muncul di udara. Kabut itu berputar-putar dari intensitas yang kecil sampai berubah menjadi pusaran yang besar.
Namara mengendalikan pusaran itu hingga bergerak mendekati Eros. Pria itu segera melesat menghindar. Bisa dilihatnya jejak tanah yang dilewati pusaran membentuk lubang kerusakan yang memanjang.