Sudah selama satu minggu terakhir pak Gibran selalu saja menghampiri dan sering sekali nongkrong di restoran ersebut. Terkadang dia sengaja membawa beberapa rekan kerjanya, baik di perusahaan maupun di tempatnya mengajar di sekolah. Hampir semua teman kerja Khanza di restoran tersebut jadi mengenalnya, terkadang beberapa dari mereka juga mengolok-olok Khanza. Karena setiap kali pak Gibran datang selalu melempar senyuman dan tatapan yang hangat pada Khanza.
"Za, sepertinya… Tuan itu menaruh hati padamu," ujar salah satu teman Khanza yang kebetulan mereka cukup dekat sejak awal KHanza bekerja sebagai pelayan di Restoran itu.
"Icha, jujur padaku! Kamu kan yang memberinya nomorku?" sahut Khanza menyelidik.
"Hem, iya. Aku yang memberinya, oh ya ampun…" tampak dia terkejut seraya menutupi mulutnya.
Khanza mendelikkan kedua alisnya melihat temannya itu berekspresi demikian.
"Apakah dia membohongiku?"
"Bohong?" tanya Khanza semakin heran.