°Kamar Rey
Rey terbangun, ia melihat langit kamarnya, terukir senyum di wajah tampan pria berusia 30 Tahun tersebut. Ia melihat jam sudah pukul 07.00 WITA, Rey mencari ponselnya untuk menghubungi Vellycia.
"Hallo Vell"
"Ia Rey ada apa?"
"Setelah dari Bali, apa aku ada rapat di tempat lain?"
"Tidak ada Rey, kenapa?"
"Ok, kalau begitu pesankan aku tiket Denpasar-Malang untuk 2 orang"
"Loh ngapain? Kamu mau sama siapa Rey?"
"Untuk ku dengan Nayya, aku mau lihat Hotel di Malang"
"Oh okey Rey"
"Ok thanks ya Vell"
Hmmmm tumben banget ni muka datar batin Vellycia menutup ponselnya. Setelah itu Rey mandi dan bersiap-siap, lalu melihat persiapan hotel dan Rey mencari pak Anggara, ia memanggil pak Anggara.
"Pak Anggara" sapa Rey
"Ia pak" membalikkan badan sambil membungkuk ke arah Rey.
"Nanti pembukaannya jam berapa?"
"Jam 10.00 WITA pak"
"Ok sekarang masih pukul 08.00 WITA, sudah siap semuanya?"
"Sudah semuanya pak"
"Dan barang dari pengrajin sudah di antarkan belum?"
"Sudah pak beberapa, sisanya nanti malam pak, sekarang masih di belakang, masih dirapikan"
"Ok, konsumsi semua sudah beres?"
"Sudah Pak"
"Tolong di cek semuanya ya pak, saya mau semuanya di event kali ini perfect" perintah Rey
"Baik pak" jawab Anggara
Tiba-tiba Ponsel Rey berdering, Rey pun permisi kepada Anggara, untuk mengangkat panggilan di ponselnya dan ketika Rey sudah selesai mengobrol di ponsel, Rey berniat menghampiri Anggara kembali namun saat itu Rey melihat Anggara sedang berjalan dengan Nay sambil membawa buku mereka berdua mengobrol sambil berjalan. Rey melihat dari kejauhan antara cemburu dan berusaha untuk bijaksana karena ini sedang jam kerja dan mereka memang akrab dan sedang bekerja, namun tetap saja di hati Rey sedang berkecamuk api cemburu yang membuatnya kesal dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya lagi.
Acara pun dimulai, waktu untuk para seniman seluruh dunia resmi di buka.
Hari itu acara berjalan dengan lancar berlangsung dengan baik, banyak pujian untuk kerjasama tim dan kekompakan seluruh karyawan, sehingga grand opening event kali ini bisa berjalan dengan sangat baik.
Setelah seharian seluruh karyawan sudah bekerja keras, setelah acara selesai Nay beserta pak Anggara dan teman kerja lain nya makan bersama di cafe dekat hotel.
Mereka pulang sangat larut. Nay yang terlihat lelah pun langsung masuk kamar dan saat menyalakan lampu, di dalam kamar sudah menunggu Rey dengan wajah seram nya sedang duduk melihat Nay. Nay yang kaget pun langsung teriak, dan berusaha mendekat sambil mencoba melihat dengan jelas ternyata itu Rey.
"Bapak, ya ampun apa yang bapak lakukan di kamar saya?"
"Menunggu kamu"
"Bagaimana bapak bisa masuk"
"Ini kan hotel saya"
"Tapi pak, tetap saja ini melanggar kode etik"
"Memangnya membuat orang menunggu selama 3 jam itu sopan?"
"Loh bapak kenapa tunggu saya?, apa saya ada janji tadi bilang ke bapak? Saya rasa saya tidak membuat janji dengan bapak"
"Tetap saja judulnya kamu buat saya menunggu"
"Loh ya ampun, bagaimana sih pak, baik-baik maaf ya pak Rey saya sudah membuat bapak menunggu, ada apa ya pak?" tanya Nay gemas
"Ini tiket pesawat kita, besok jam 9 pagi" sambil memberikan tabletnya kepada Nay
"Tiket untuk kita? tiket kemana pak?" berjalan menghampiri Rey yang sedang duduk dan mengambil tablet di tangan Rey.
"Ke Malang, saya mau cek hotel di Malang, saya mau kamu temani saya"
"Oh ia pak, kira-kira berapa hari ya pak di Malangnya?"
"Memangnya kenapa?" pura-pura tidak tau
"Saya berniat untuk menghampiri keluarga saya pak, kemarin saya sudah membuat janji dengan orangtua saya pak"
"Oh ok"
"Wah terimakasih banyak pak"
"Ya sama-sama, yasudah saya mau istirahat" Jawab Rey berdiri dan meninggalkan Nay, terukir senyum di bibir manis Rey sesaat setelah menutup pintu kamar Nay. Nay yang terlalu lelah ia langsung tertidur lelap.
*keesokan harinya
Hari itu berlangsung dengan cepatnya hingga tiba hari esok Rey dan Nay berpamitan dengan karyawan hotel, dan langsung pergi ke Bandara, di Bandar Udara Ngurah Rai. Nay dan Rey sedang makan roti bersama mereka tidak sempat makan pagi, karena jadwal pesawat yang akan mereka naiki itu pagi, jadi mereka lebih memilih sarapan di Bandara sembari menunggu jam keberangkatan mereka. Pesawat mereka pun segera terbang menuju Bandar Udara Abdul Rahman Saleh, Malang Jawatimur.
Setibanya disana Rey dan Nay sudah di jemput oleh karyawan Hotel Aster, dan mereka menuju ke Hotel. Setibanya disana Rey dan Nay beristirahat sejenak. Setelah itu Nay melakukan semua tugas yang diberikan oleh Rey.
Pukul 18.00 WIB Nay menghampiri Rey yang sedang santai di dalam kamarnya.
Tok tok tok
"Siapa"
"Saya Nay, pak"
"Hm ada apa" tanpa membolehkan Nay masuk ke dalam kamar
"Pak jika boleh, saya izin keluar kerumah orangtua saya pak, dan ini sudah jam istirahat saya juga pak"
"Apa semua tugas yang saya beri sudah kamu selesaikan"
"Sudah semua pak"
"Ya silahkan, naik mobil hotel saja, akan ada supir yang antar kamu"
"Baik pak terimakasih banyak"
"Ya" jawab ketus Rey
Nay yang kesal dengan sikap ketus Rey, berjalan dengan wajah cemberutnya,
"Hih dasar Big Boss seolah-olah sedang menghukum ku, karena membuatnya menunggu saat itu, apa ini balasan nya menyebalkan sekali" gumam Nay sambil berjalan dan masuk kedalam mobil.
Di dalam kamarnya Rey sedang bersama beberapa orang yang membantunya ada Nona Lidya seorang manager dari sebuah outlet berlian ternama, dan juga Nona Lintang seorang perancang busana pengantin, dengan para asisten nya yang tanpa disadari oleh Nay (seharian tadi Rey memberi tugas Nay untuk membantu asisten-asisten Nona Lidya dan Nona Lintang atas permintaan Rey), agar mereka mengetahui ukuran dan kulit serta tubuh Nay.
Setelah semua urusan selesai Rey meminta supir untuk di antar kerumah Nay mengikuti GPS dari mobil yang tadi mengantar Nay kerumah nya, dan saat ini mobil tersebut sudah berada di rumah Nay.
°Rumah Nay
Nay yang keluar dari mobil berjalan dengan sedikit keraguan ia meneruskan langkahnya.
"Bunda, ayah" salam Nay mengetuk pintu
"Nay, pergi dari rumah buruan" teriak Abighail sambil berlari menghampiri Nay
"Loh kakak, Nay baru sampek mau disuruh kemana?" tanya Nay bingung
"Pergi buruan" perintah Abighail
Belum sempat Nay menjawab. Bunda nya datang dari dalam rumah berjalan kearah Nay, dan Nay pun membuka kedua tangan nya untuk memeluk sang bunda, namun bunda justru mendorong Nay hingga terjatuh,
"Anak pembawa sial kamu, anak nggak tau diri"
"Bunda..." kata Nay bingung, mencoba berdiri karena ia terjatuh di tanah.
"Sini biar kamu ngerti." kata bunda menarik rambut Nay menyeretnya masuk kedalam rumah. Abighail melerai sambil menangis.
Di dalam mobil, sang supir tidak berani keluar, ia takut salah ambil langkah, sehingga ia memutuskan untuk menghubungi Rey (yang saat itu sedang berada di jalan, menuju rumah Nay) "Pak nona Nay, dipukuli oleh ibunya dirumah" Rey yang saat itu sedang tersenyum sambil memegang kotak cincin di tangannya raut wajahnya berubah menjadi masam sesaat setelah membaca pesan yang dikirim oleh supir. Rey seketika memerintahkan supir nya yang sedang membawa nya kerumah Nay agar menambah kecepatan agar lekas sampai di rumah Nay.
°kembali kerumah Nay
"Bund, sudah bund itu Nay bund sudah bund kasihan Nay bund" tangis Abighail
"Diem kamu, masuk kamar" bentak bunda.
Datang dari dalam rumah, tante Nay datang dengan wajah yang kesal dan melemparkan air dari sebuah wadah plastik ke arah muka Nay, dia datang dan ikut membantu bunda Nay untuk menarik rambut Nay menyeretnya untuk masuk kedalam rumah.
Nay kesakitan sambil menangis terseret tubuh Nay mengikuti rambut nya yang di tarik oleh bunda dan tantenya. Sambil menangis Nay bertanya.
"Tante Nay salah apa? sakit te, bunda Nay minta maaf, Nay salah apa?"
Saat sudah berada di dalam rumah, Nay disuruh duduk oleh ayahnya, yang sudah duduk menunggu diruang tamu, di temani oleh kedua pamannya.
"Ayah, Nay salah apa?" sambil menangis,
Plaaak tamparan keras di pipi kiri Nay dari ayahnya sendiri, sang ayah berkata,
"Di keluarga Kamayel tidak ada yang pernah mencoreng nama baik keluarga, kamu berani sekali mencoreng nama baik ayah dan bunda, kamu tau keluarga Kamayel adalah keluarga yang terpandang. Dimana fikiran mu sampai bisa melakukan hal yang menjijik kan seperti itu" bentak sang ayah
"Apa kamu hamil? makanya kamu minta menikah lebih dulu?" bahkan mendadak, mau ditaruh dimana wajah keluarga kita,"sambung sang Tante.
"Nay nggak hamil ayah bunda, Nay sungguh-sungguh Nay hanya mau menikah cepat saja bunda ayah, biar tidak jadi fitnah antara Nay dengan calon Nay" mencoba menjelaskan.
"Dasar penipu, kamu itu penipu pembohong, nggak mungkin kamu kira kami ini bodoh bisa kamu bohongi haaaa" cetaaaak, suara sapu yang patah di pukul kan tepat di betis Nay. Nay langsung terjatuh dia spontan teriak kesakitan, sambil menangis.
Rey yang saat itu sudah tiba di kediaman Nay mendengar suara teriakan Nay langsung keluar mobil sambil berlari menghampiri Nay, ia kaget melihat keadaan Nay yang terduduk menangis di lantai. Seluruh keluarga pun kaget mendadak Rey muncul di tengah-tengah mereka.
"Siapa kamu?" tanya ayah Nay dengan tenang
"Saya Rey" jawab Rey sambil membantu Nay berdiri
"Jangan ikut campur urusan keluarga kami nak, sebaiknya kamu pergi?" perintah om Nay
"Saya ingin meminta izin orangtua Nay, untuk menikahi Nay"
Sang ayah diam sambil melihat Rey, Nay pun melihat wajah Rey dia berdiri dengan dipapah oleh Rey. Nay tersenyum lega mendengar jawaban Rey. Tante Nay tidak senang melihat Nay tersenyum, ia segera menarik Nay dari tangan Rey, dan menariknya paksa untuk dibawa ke kamar mandi, Rey yang melihat Nay di tarik seperti itu, ingin segera menahan namun di hentikan oleh paman Nay, dan sang paman menyuruh Rey untuk duduk di kursi.
Rey pun langsung duduk sambil bertatapan dengan ayah Nay, ia mendengar Nay disiram air, disiram paksa, ia mendengar Nay kesulitan nafas. Rey merasa marah sekali namun ia tahan, ia tahan semampunya, ia mencoba diam ia diam sambil mengumpat dalam hati.
°Dikamar mandi.
Tante Nay terus saja menyiram Nay pakai air sampai Nay kesulitan nafas Nay sudah merontak namun rambutnya di tarik sangat kencang ia kesakitan, dan Nay pun tak memiliki tenaga untuk melawan, Bunda Nay masuk ke kamar mandi membawakan alat test kehamilan dan berkata,
"Pakai ini, buktikan kepada kami jika kamu tidak hamil dan dugaan kami salah" perintah sang bunda sambil memberikan sebuah alat test kehamilan kepada Nay
"Bunda Nay tidak bohong, Nay sudah berkata jujur, Nay tidak hamil. Tolong percaya Nay" jelas Nay yang lemas bersandar di dinding kamar mandi.
Plaaaaak suara tamparan di wajah Nay kali ini bibir Nay berdarah karena kerasnya tamparan.
"Kesalahan terbesar keluarga Kamayel adalah sudah mempercayaimu" sambil menarik rambut Nay menyeretnya agar tidak bersandar di dinding, tante Nay pun keluar dari kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi.
Nay yang terus saja menangis dikamar mandi, ia menangis bersedih ia pun menggunakan alat test kehamilan tersebut, dan hasilnya negatif.
Nay tertatih-tatih keluar dari kamar mandi dan memberikan bukti test kehamilan kepada bunda dan tantenya di ruang keluarga, sementara Rey bisa melihatnya dari ruang tamu.
"Bunda ini bund" tangan Nay gemetaran ia berjalan sambil menyeret satu kakinya menghampiri bunda dan tantenya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga. Ia melihat Abighail dan Attar yang menangis tidak bisa membantu apa-apa, Nay tersenyum manis ke arah mereka dan membuka bibirnya namun tak bersuara.
"aku tidak apa-apa" Nay tersenyum agar kakak dan adiknya itu tidak bersedih.
Bunda dan tante Nay pun melihat hasilnya negatif, merekapun diam. Tante Nay yang memang dari dulu membenci Nay pun meluapkan kekesalan nya kepada Nay hari itu. Setelah melihat hasil test negatif, ia melemparkan gelas kaca yang isinya air ke betis Nay.
Nay sudah tidak teriak lagi dia sudah hafal dengan perilaku seperti ini, dia menahan sakit karena dia sedang dilihat kakak dan adik serta calon suaminya, dia mencoba duduk di lantai ia membersihkan kaca yang menggores kakinya tersebut ia membersihkan dan mencoba berdiri ia berjalan menuju belakang untuk membuang sampah.
Setelah itu Nay mandi, dan membersihkan badannya, ia memakai bajunya yang basah lagi, karena ia tidak menemukan bajunya sama sekali di rumah itu, semua baju sudah dibuang oleh bundanya. Ketika ia mencari baju ganti sudah tidak ditemukan bajunya walau 1 buah, ia takut untuk bertanya, setelah mandi ia menghampiri Abighail dan meminjam bajunya, Abighail pun membawa Nay ke kamarnya.
"Maafin kakak ya Nay, kakak nggak bisa belain kamu" sambil mengambilkan baju di lemari
"Nggak apa-apa kak, sedari sekolah waktu aku masih kecil, aku masih inget waktu kakak belain aku, kakak di hukum sama bunda, Nay nggak kenapa-kenapa kok kak"
"Berdandanlah Nay calon suamimu sangat tampan pakailah baju ini, sini kakak bantu berdandan" jelas Abighail
"Kak, Nay sayang banget sama kakak sama Attar, maafin Nay ya kak, selalu bikin kalian malu waktu sekolah, sampai kerja Nay tetep ajah bikin kalian malu, maafin Nay ya kak" tangis Nay
"Kamu nggak bikin malu kakak dek, kakak sama Attar malu karena kebiasaan keluarga kita yang memukul mu dari kamu masih kecil Nay, sampai kamu mau nikahpun kamu masih dipukul" tangis Abighail merasa kasihan melihat nasib adiknya.
"Udah ah, kakak mah gitu pasti ikutan nangis, yaudah Nay ganti baju dulu kakak keluar dulu" pinta Nay.
Nay didalam kamar pelan-pelan bersiap-siap ia memakai bajunya, berdandan, sambil menyamarkan bekas lebam pada tubuhnya.
^Ruang Tamu
"Om perkenalkan nama saya Liiu Yaoshan Reynaldo Afsheen saya ingin menikahi putri bapak" ucap Rey kepada ayah Nay
"Agamamu apa?"
"Saya non islam pak"
"Kamu harus masuk Islam dulu baru bisa menikahi Nay"
"Jika bapak tidak keberatan besok saya akan menyiapkan semuanya"
"Tidak usah, sebentar lagi teman saya membawa ustadz dan penghulu akan datang untuk menjadikan kamu seorang mua'laf dan menikahkan kalian berdua. Setelah itu kalian langsung menikah disini saja malam ini"
"Tapi surat-surat belum selesai kami urus pak, saya masih kewarganegaraan Milan"
"Saya tidak mau lama-lama yang penting kalian sah saja dulu" kata Ayah Nay.
Belum sempat Rey bertanya, suara pintu di ketuk pun mengalihkan semua pandangan, tiba-tiba datanglah seorang pria paru bayah bersama dengan seorang bapak tua mengenakan baju koko dan peci hitam.
"Assalamu'alaikum" suara dari bapak tua tersebut
"Wa'alaikumussalaam" jawab seluruh keluarga Kamayel yang sedang duduk di ruang tamu dan ruang keluarga.
"Mana anak yang mau masuk islam itu" tanya si bapak Tua tersebut
"Dia Ustadz" tunjuk Ayah Nay
Saat itu Rey sedang duduk di kursi bersama dengan sang ustadz, dan Rey di tanya banyak hal tentang alasan keputusan nya untuk memeluk agama Islam, Rey pun mengatakan yang sejujurnya jika dia ingin menikahi Nay, yang Nay sendiri merupakan seorang muslim. Rey mengatakan hal tersebut dihadapan keluarga Nay.
Akhirnya tiba waktu untuk Rey mengikuti perintah ustadz untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat.
" Bismillahirrahmannirrahiim, Tuan Liiu Yaoshan Reynaldo Afsheen ikuti apa yang akan saya ucapkan,
*Asyhadu an-laa Ilaaha Illallah wa Asyhadu an-na Muhammadarrasullullah* (ucap ustadt Lukman)
"Asyhadu al-laa Ilaaha Illallah wa Asyhadu an-na Muhammadar rasullullah" (ucap Rey mengikuti kalimat tersebut sesuai contoh)
Dengan terbata-bata iapun bisa mengucapkan nya, seketika ruangan yang semula penuh panas mencekam amarah dimana-mana berubah menjadi tenang dan sunyi.
" Alhamdulilah " (Ucap Ustad Lukman, membacakan doa)
Ayah Nay pun berkata,
"Pak, apakah sekarang sudah bisa menikahkan anak saya dengan saudara Rey" tanya ayah Nay kepada seorang bapak paruh baya yang datang bersama dengan ustadz tersebut, beliau adalah penghulu yang juga teman dari ayah Nay.
"Apa semua perlengkapan surat-suratnya sudah siap?"
"Nikah siri saja pak, karena mereka belum sempat mengurus surat-suratnya, yang penting mereka sah saja dulu"
"In Shaa Allah bisa pak, di mulai kapan, bisa tolong panggil kan saudari Nay?''
"Saat ini juga, iya sebentar pak" kata Ayah Nay, sambil menyuruh Abighail memanggil adiknya.
Nay pun mengenakan dress putih milik Abighail berjalan di tuntun oleh sang kakak, ia di dudukan di sebelah Rey. Rey melihat Nay dan tersenyum, Nay pun menundukkan kepalanya takut keluarga nya marah lagi. Nay yang menyembunyi kan kesedihan nya itu mencoba untuk tidak takut dan mencoba untuk kuat. Ia menyaksikan Rey mengucap ijab Qobul.
"Saya nikah dan kawinkan engkau saudari Liiu Yaoshan Reynaldo Afsheen bin Adeeva Fransh Afsheen dengan Auristella Nayyara Kamayel binti Razi Al-Farabi Kamayel dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai"
kata sang penghulu menikahkan Rey sambil menjabat tangan Rey
''Saya terima nikah dan kawin nya Auristella Nayara Kamayel binti Razi Al-Farabi Kamayel dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai" ucap Rey pelan-pelan takut salah ucap.
"Bagaimana saksi?" tanya sang penghulu
Kedua paman Nay pun menjawab
"Sah"
"Alhamdulillah sekarang saudara Rey dan saudari Nay sudah sah menjadi suami istri secara agama, sah di hadapan Allah SWT" sang Penghulu bergantian dengan Ustadz Lukman membacakan doa untuk pengantin baru tersebut, dan di aamiin kan oleh seluruh keluarga, setelah itu Ustadz dan penghulupun berpamitan untuk pulang.
"Baik, Rey bisa langsung bawa Nay sekarang juga, dan segera bawa pergi anak itu" kata bunda
"Bunda, Nay mau minta restu ayah dan bunda dulu sebentar saja" pinta Nay
"Tidak usah kalian bisa segera pergi dari rumah ini" bentak bunda Nay
"Hati-hati" kata Ayah Nay dan langsung masuk kedalam kamar.
"Ayah" tangis Nay.
Rey yang melihat Nay bersedih pun menggenggam erat tangan Nay, dan Nayy pun melihat Rey, lalu Rey mengisyaratkan untuk 'ayo pergi'
"Cepat pergi dari sini sebelum tetangga pada datang, bikin malu aja, dasar anak pembawa sial, pantes kamu dibuang oleh orangtuamu, dasar anak haram" kata tante Nay mengolok-olok Nay
Rey menoleh ke arah Nay, ia mengerti maksut ucapan tante Nay, itu berarti Nay bukan anak kandung orangtuanya saat ini, namun Rey memutuskan diam menunggu hingga Nay sendiri yang menceritakan kepada nya.
"Mari Nay" ajak Rey.
Mereka berdua meninggalkan rumah, Rey menuntun Nay untuk berjalan, karena kedua kaki Nay terluka.
"Iya" Nay pun berdiri dan membungkuk kepada seluruh keluarganya, Nay pun memeluk kakak dan adiknya mereka bertiga berpelukan dan menangis, namun oleh bunda, mereka langsung di pisahkan agar tidak terlalu lama.
Nay dan Rey berjalan hingga masuk mobil dan mobilpun meninggalkan Kediaman Nay yang selama ini ia tempati sedari kecil, dan kini ia pergi dari rumah tersebut mengikuti suami sirinya yakni Rey.
Ku Terima IKRAR Ini
Aku pernah bermimpi jika suatu hari nanti ketika aku akan menikah aku akan menggunakan gaun putih yang panjang di kelilingi mawar putih.
Aku pernah berkhayal jika suatu hari nanti terpasang di jariku cincin sederhana yang dipakaikan oleh suamiku di hadapan keluargaku.
Aku pernah memiliki daftar keinginan di hidup ku salah satunya pesta pernikahan yang sederhana di tengah-tengah kebun bunga.
Aku dengan impian, harapan, dan hayalanku memilih menyerah dan mengikhlaskan yang sudah terjadi.
Aku kini sudah menjadi istri dari orang yang aku kagumi dengan sebuah ikrar yang tak berbadan hukum.
Aku kini sudah menjadi bagian dari hidup orang lain tanpa ada sesuatu yang menjaminku.
Dan aku menerimanya dengan ikhlas. Karena aku mencintai laki-laki ini.
Dan aku menghormati keinginan keluargaku ini.
Maka dengan ikhlas dan berlapang dada aku terima ikrar ini.
Pernikahan ini dengan segenap jiwa dan ragaku.
🍁Nayy