Mentari pun mengintip di langit pulau dewata, kicau burung menambah indahnya pagi itu. Hotel sudah ramai banyak karyawan yang sedang melakukan tugas-tugasnya. Rey yang sedang jogging pagi di dekat pantai, yang menjadi view utama hotel, melihat Nay yang masih berada di dalam kamar sedang melihat laptop di dekat jendela kamar.
Rey langsung berhenti ia bergumam "entah apa istimewanya gadis ini, kenapa setiap hari kepalaku penuh tentangnya, ada apa sebenarnya dengan diriku ini" gumamnya dalam hati ia meneruskan jogging nya, hingga 2x putaran selanjutnya dia menghubungi Nay.
"Hallo Nay"
"Hallo ia pak, selamat pagi"
"Pagi, Nay tolong kamu pesankan saya jus Alpukat ya, sama sandwich isi tuna, dan tolong langsung bawa di kamar saya, saya sedang jogging mungkin 30 menit lagi baru selesai, kamu masuk saja pakai kunci cadangan"
"Baik pak"
Setelah itu Rey langsung menutup telephonenya, dan Rey kembali melanjutkan larinya dan tersenyum.
Jelang beberapa menit kemudian, Nay sudah membawa pesanan Rey dan siap untuk membawanya ke kamar Rey, Nay membuka pintu kamar menggunakan kunci cadangan lalu menaruh makanan tersebut, ketika Nay ingin keluar berpas-pasan dengan Rey yang masuk ke kamar, Nay melihat tubuh Rey yang kekar, ideal, seluruh keringat bercucuran membasahi wajah dan tubuh Rey, nafas Rey yang terengah-engah terdengar hingga di telinga Nay.
Membuat muka Nay merah, ia langsung menundukkan pandangan.
"Mau kemana kamu Nay?" tanya Rey
"Saya mauu..."
"Sudah disini saja temani saya makan, saya mau mandi dulu"
"Tapi pak..." Belum selesai Nay berbicara Rey sudah memotong perkataan Nay
"Temani saya makan, ada yang mau saya bahas dengan kamu" jelas Rey
"Oh ia pak, saya akan tunggu di Balkon, makanan bapak akan saya bawa ke Balkon"
"Iya" Rey masuk kedalam kamar mandi, dia mandi, dan berdandan merapikan dirinya.
Setelah itu Rey yang tampak menggunakan kaos putih dengan celana pendek hitam, memakai arloji hitam di tangannya, dan sepatu santai berwarna putih, harum tubuh serta rambut Rey yang tercium hingga hidung Nay membuat Nay terkesima terkagum kagum oleh ketampanan Rey, namun ia mencoba untuk menutupinya dan berusaha untuk menyembunyikan perasaan nya tersebut.
"Kamu sudah sarapan Nay?" tanya Rey, sambil menarik kursi yang berada di depan Nay, dan duduk dengan tenang.
"Sudah pak" jawab singkat Nay
"Kenapa kamu menolak ku semalam?" tanya Rey sambil memakan sandwich yang ada di atas meja
"Pak, bapak dan saya adalah 2 orang yang berbeda dari segi kelas sosial, kepribadian, bahkan agama"
"Apa agamamu?"
"Saya Islam pak"
"Yasudah saya tinggal menyamakan agamaku dengan agamamu saja"
"Maaf sekali pak, tidak semudah itu pak. Bagi saya kita seperti 2 mata koin yang berbeda 2 frekuensi yang berbeda 2 warna yang berbeda"
"Apa kamu sudah memiliki pacar?"
"Tidak pak"
"Yasudah jangan bertele-tele, saya tipikal orang yang tidak terbiasa mengikhlaskan sesuatu yang tidak bisa saya dapatkan, saya katakan sekali lagi saya mau menikahimu Auristella Nayyara Kamayel"
"Maaf pak saya tetap tidak bisa menikah dengan bapak"
"Hmmmm baik kedua kalinya sudah kamu menolak saya, baik saya terima, nanti temani saya keluar"
"Maaf pak, jika tidak berhubung dengan pekerjaan saya tidak bisa"
"Yang bilang ini urusan pribadi siapa? Saya mau kamu temani saya ke pusat pengrajin cinderamata khas Bali, untuk di berikan kepada Client kita di event ini, yakni beberapa souvenir "
"Oh ia baik pak, maaf sebelumnya pak"
"Hm berangkat sekarang juga"
"Iya pak baik"
"Apa saran kamu tentang cindera mata ini?"
"Hm saran saya pak, karena kita di pulau Bali yang terkenal dengan pahatan dan ukiran di patung dan kayu pak bahkan aksesoris, cocok untuk buah tangan atau hadiah pak" jawab Nay
"Oh gitu, kalau saya sih mikirnya mau kasih jam tangan keluaran terbaru biar mewah gitu"
"Hmm pak, menurut saya yang membuat berarti sebuah hadiah itu bukan seberapa mahal dan seberapa mewahnya pak, melainkan kisah atau filosofi yang ada dalam sebuah barang yang akan dijadikan hadiah pak, terlebih setiap pahatan dan ukiran baik di patung maupun di kayu pak itu semua memiliki nilai seni yang tinggi pak, karena pengerjaan menggunakan sentuhan tangan. Penggarapan dan proses pengerjaan yang tidak mudah "jelas Naya
"Oh begitu, okey sekarang kamu searching tempat pemahatan kayu atau pembuatan patung atau tembikar terbaik di pulau ini, dan kita cari hari ini Nay"
"Oh iya pak baik" Nay sedang sibuk mengotak atik laptop di meja, sedangkan rey sedang menghabiskan makanannya sambil melihat Nay.
"Ketemu pak, di Kabupaten Gianyar pak,"
"Baik kita kesana?"
"Tapi itu lumayan jauh pak dari Denpasar"
"Tidak apa, makanya saya ajak kamu"
"Saya panggilkan supir atau bagaimana pak?"
"Tidak usah saya mengendarai sendiri"
"Baik pak, berangkat jam berapa pak?"
"Setelah ini, kamu cepat siap-siap saya tunggu di mobil"
"Baik pak" pergi sambil membawa laptopnya dan bergegas menuju kamar hotelnya.
Rey menyelesaikan makannya, dan berganti baju, dia menggunakan kemeja putih dan celana panjang, serta sneaker putih. Sementara Nay yang sedang buru-buru tidak sempat makan dan memilih bajunya, dia menggunakan kaos putih yang besar dan celana pendek jins di atas lutut setinggi paha serta menggunakan sneaker putih, Nay membawa tas berisi laptop dompet dan ponselnya ia berlari ke mobil Rey takut Rey menunggu lama.
Setibanya di mobil Rey, ia kaget melihat Rey memakai kemeja putih dan celana panjang, Nay fikir Rey menggunakan baju santai, Nay terlanjur mengenakan baju santai nya.
"Bapak, maaf mau menunggu sebentar tidak pak?"
"Ada apa?"
"Saya mau ganti baju pak, sepertinya saya salah kostum pak"
"Sudah tidak apa-apa cepat naik saja, nanti kesiangan takutnya sampai sana malam"
"Baik pak" Nay masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil Nay duduk di samping Rey dia duduk dengan tidak nyaman nya, karena merasa salah kostum, namun Rey yang terlihat cuek sibuk menyetir mobil dan melihat jalan, Nay pun melihat jendela mereka sangat canggung 1 jam lamanya sudah di perjalanan mereka diam tak saling bicara suasana canggung pun terasa, hingga Nay pun tertidur dengan pulasnya, Rey yang mampir di SPBU sambil menunggu pengisian bahan bakar, Rey melihat Nay yang cantik putih bersih tanpa make-up tubuhnya yang mungil dan ramping menambah kecantikan nya, setelah itu Rey melanjutkan perjalanan sesekali Rey melihat ke arah Nay, Nay yang tertidur pulas pun akhirnya terbangun, dan ia berkata:
"Maaf pak saya ketiduran,"
"Ia nggak apa-apa, sudah jam berapa sekarang?"
"Sudah jam 3 siang pak, ada apa pak?"
"Seharusnya kita sudah sampai, tapi dari tadi kok belum sampai-sampai ya, dan kita posisi ada di tengah hutan begini"
"Sebentar pak coba saya cek rutenya"
"Di Map kita hanya tinggal terus ajah pak, nanti ada perempatan jalan kita belok kanan itu jalannya naik ke atas karena rumahnya beliau itu di kaki gunung pak"
"Sepertinya kita belum lihat perempatan, okey terus aja ya,,"
"Ia pak,"
Setelah perjalanan yang begitu lama dan melelahkan, akhirnya mereka sampai dirumah besar yang berpagar kayu khas Bali dengan pure di halaman depan rumahnya, Naya pun masuk dan mengetuk pintu.
Nay serta Rey bertamu dirumah tersebut untuk memperkenalkan diri, serta menyampaikan tujuan dan maksut mereka, namun sang istri mengatakan jika suaminya sedang pergi dan baru pulang besok pagi, maka Nay serta Rey pun memutuskan untuk mencari hotel terdekat. Di pencarian mereka tinggal naik lagi ke atas maka mereka akan menemukan hotel, awalnya Nay tidak mau, namun Rey memaksa karena ini adalah hotel terdekat dengan rumah orang tersebut, serta ini sudah mau petang, mereka berada di tempat yang tidak mereka kenal. Akhirnya Nay pun memutuskan untuk menginap di hotel tersebut, bersama Rey. Namun karena akhir tahun hotel tersebut penuh hanya ada 1 kamar saja, dan Rey memesan nya,.
Iagr4 mengajak Nay untuk bersamanya, Rey masuk dan langsung berbaring di kasur, dan Nay duduk di sofa, dia enggan tidur di ranjang yang sama dengan Rey, ia masih takut dan seolah teringat oleh kejadian yang lalu.
"Nay, apa kamu tidak lelah, mari kita istirahat"
"Saya tidur di kursi panjang ini saja pak"
"Loh kenapa?"
"Tidak apa-apa pak"
Rey Berdiri dan mengambil bantal serta selimut sambil berjalan ke arah Nay, dan berkata,
"Nay kamu saja yang tidur di kasur, saya nggak mau calon istriku sakit karena tidur di kursi" sambil duduk di sebelah Nay
"Loh pak jangan, biar saya saja yang tidur di sini, dan maaf pak saya bukan calon istri bapak"
"Nggak Nay, laki-laki mana yang membiarkan pasangannya kedinginan sementara ia tidur dengan nyenyak di kasur yang luas"
"Hmm pak saya bukan pasangan bapak, tapi terimakasih sebelumnya"
"Ia sama-sama" Nay berdiri dan berjalan ke kasur, diluar turun hujan, Nay tidak bisa tidur, hujan semakin deras petir menggelegar, Nay semakin takut dan dia melihat Rey yang sudah tertidur, ia bimbang mau membangunkan Rey atau tidak. Akhirnya ia memutuskan untuk membangunkan Rey.
"Pak,,,,Pak,,,Pak,,," Panggil Nay, yang sedang duduk di lantai menggoyang goyangkan tangan Rey yang sedang tertidur.
"Hmmm, ada apa" jawab Rey sambil setengah sadar.
"Saya takut pak, saya tidak bisa tidur"
"Kenapa?"
"Diluar hujan deras, petir nya kencang sekali"
"Hmm,,,," Rey membuka matanya dan dia kaget ketika membuka mata dia melihat wajah Nay tepat di depan matanya sambil duduk di lantai sambil kedinginan.
"Loh dari tadi kamu duduk disini Nay?"
"Ia pak saya nggak bisa tidur"
"Aiih kamu ini, kenapa nggak dari tadi bangunin saya" sambil menarik Nay dan di tidur kan di kursi panjang terbuat (dari kayu dengan banyak ukiran) bersamanya, Rey memeluk Nay dari belakang, sambil menyelimutinya.
"Pak.." kata Nay
"Disinilah bersamaku, agar takutmu hilang, tenang aku tidak akan melakukannya sebelum kamu menjadi istriku"
"Tapi saya tidak akan menjadi istri bapak" jawab Nay berusaha berdiri untuk kembali ke kasur.
"Jangan mendahului takdir, di agamaku diajarkan seperti itu" sambil menyuruh Nay tidur di kasur dan Rey menarik kursi kayu itu untuk di taruh di samping ranjang, sehingga Nay tidur di Kasur, dan Rey tidur di kursi.
Rey memejamkan mata karena sudah sangat lelah, ia menghadap Nay, sementara Nay tersenyum sambil melihat wajah Rey. Nay tersenyum tenang, sesekali Nay mendengar suara petir dia kaget, seketika Rey langsung menaruh tangannya di telinga Nay.
Haruskah ku menerimanya
Mungkinkah ini nyata?
Pertahanan ku nyaris roboh?
Untuk pertama kalinya aku tersenyum bahagia karena pertahanan ku nyaris hancur.
Mungkinkah ini sebuah harapan?
Aku berharap dia adalah takdir ku
Salahkah aku jika aku mendahului takdir seperti yang dia bilang?
Bukankah takdir ini adalah suratan-NYA
Mungkinkah ini saatnya aku menerimanya?
🍁Nayy