Download App
58.33% Please, Love Me.. / Chapter 91: Ulang Tahun Dariel

Chapter 91: Ulang Tahun Dariel

Setahun berlalu dan Dariel akhirnya pasrah saja dengan nasib kelanjutan hubungannya. Dia memilih menunggu keputusan Kenan saja dan fokus menyiapkan segala sesuatu yang berurusan dengan pernikahannya nanti, yang jelas menikahi Ara akan butuh modal yang besar. Suara dering telepon terdengar membuat tangan Dariel beralih ke Handphonenya.

- Halo Pak..

- Hari ini jangan lupa loh Riel, ibu udah masak.

- Iya pak, Dariel ga lupa kok. bentar lagi Dariel otw ya, Mau dibawain apa?.

- Ga usah bawain apa-apa, ini makanan udah banyak siapa yang mau ngabisin?.

- Bapaklah.

Canda Dariel.

- Sama Ara kan?.

- Iya pak, aku udah ajak dia kok.

- Ya udah hati-hati dijalannya, Rena juga udah nungguin.

- Iya pak.

Dariel mengakhiri panggilannya dan tidak lama teman-temannya tiba-tiba masuk sambil membawakan kue lengkap dengan lilinnya.

"Happy birthday to..... you... happy birth....day to you...., happy birthday... happy... birthday, happy birthday....to you...." Orang-orang bernyanyi sementara Dariel senyum-senyum sendiri sambil berjalan kearah teman-temannya itu.

"Duh..kalian ngapain sih?." Dariel malu dengan perayaan yang dilakukan teman-temannya.

"Ada apaan nih?" Seseorang bergabung.

"Udah jam 5 loh Ra.." Mia sambil menunjukkan jamnya.

"Tiup lilinnya Riel.." Gio bersemangat sambil menyodorkan kuenya dan setelah Dariel berdoa dia segera meniup lilinnya.

"Makasih loh, gw ga ngarepin sebenernya.."

"Lu suka gitu kalo ulang tahun ga mau dikasih beginian, kali-kali aja Riel. Selamat ulang tahun ya.." Sonya lalu menyalami Dariel begitupun yang lain termasuk Ara.

"Happy Birthday.." Ara berbisik sambil memeluk Dariel.

"Makasih sayang.."

"Aku kadonya nyusul.."

"Ga usah.." Dariel kini merangkul bahu Ara.

"Ayo makan-makan gw traktir." Dariel dengan senyuman.

"Duh gw ga bisa hari ini Riel, ada janji..." Sandi mencari alasan bersama Farah.

"Gw harus lembur bikin laporan Riel.." Mia juga mencari alasan.

"Gw sih bisa tapi kalo ga ada yang lain mana seru.." Gio mencoba bersikap tenang.

"Ya besok aja kalo ga kapan-kapan pas kalian ga sibuk aja, kalo sekarang gw juga ada janji sama bapak, udah lama ga nongkrong-nongkrong kan?"

"Iya Riel siap.."

"Ya udah nih kuenya bawa, kita mau balik ke kerjaan."

"Makasih ya sekali lagi." Dariel segera menerima kue bawaan temannya lalu meletakkannya diatas meja sementara teman-temannya langsung kembali melaksanakan aksi mereka.

"Makin tua aja..." Ledek Ara membuat Dariel senyum-senyum.

"Nanti kamu juga ngalamin tua loh.."

"Kamu pingin kado apa dari aku?."

"Engga, ga usah sayang.."

"Kenapa?."

"Kamu ngucapin selamat ulang tahun aja aku udah seneng..."

"Sesederhana itu?."

"Iya makannya ga usah kasih apapun."

"Ya udah engga akan kalo gitu."

"Nanti kita makan malam berdua yuk malam Minggu."

"Tumben.."

"Pingin quality time aja sama kamu, kenapa?, ga mau?."

"Mau, cuman aneh aja."

"Aneh gimana?segitu suka aku ajakin juga. Udah yuk takut kesorean kerumah bapaknya."

"Sebelum kerumah pak Stefan anter beli mainan dulu dulu yuk bentar.."

"Mainan?."

"Iya buat Kris, aku ga pernah beliin dia apa-apa."

"Nanti aja besok sayang sekalian weekend jalan-jalan.."

"Bentar doang kok, kemarin aku udah janji beliin dia mainan."

"Ya udah iya.." Dariel membungkus kuenya lalu pergi bersama Ara kesebuah toko mainan.

"Aku beli pingin beli satu set meja makan baru, nanti kamu pilihin ya?."

"Tumben.."

"Itu ada jelek dan kursinya juga rusak jadi kayanya butuh baru..."

"Cat ulang dong rumahnya jadi keliatan lebih baru, dari tahun kemarin sampe tahun sekarang sama-sama aja."

"Iya nanti aku cat, kamu pingin warna apa?."

"Warna kuning mustard bagus."

"Kuning?."

"Iya, lucukan rumahnya terang."

"Emang rumah mainan pake dilucu-lucuin.."

"Kan unik gitu loh Riel, orang-orang yang lewatkan jadi penasaran.."

"Iya-iya sayang, nanti aku cat warna kuning." Dariel menurut lagi. Apapun yang diinginkan Ara pasti Dariel wujudkan. Bagaimanapun itu akan menjadi tempat tinggal mereka nanti.

*****

Ara sedikit gugup karena Dariel sudah memasuki komplek perumahan pak Stefan. Matanya tak henti menatap ke depan seolah memastikan semuanya berjalan lancar. Dia tak mau kejutannya diketahui Dariel, mudah-mudahan saja teman-temannya yang lain bisa melakukannya sehalus mungkin.

"Akhirnya sampe juga.." Dariel menghentikan mobilnya lalu bersiap keluar disusul Ara yang segera berjalan di belakang kekasihnya. Dariel mulai menekan bel namun belum ada sautan dari dalam.

"Kemana sih bapak?, tumben lama tadi katanya udah pulang." Dariel melihat-lihat kearah kaca untuk mengintip keadaan di dalam tapi sama sekali tak terlihat apapun.

"Coba kamu telepon.." Ara memberi saran membuat Dariel kini meraih Handphonenya.

"Ga aktif lagi.." Dariel memasukkan kembali Handphonenya.

"Loh kenapa pintunya ga ke kunci gini sih?." Dariel ketika mencoba mendorong pintu dan ternyata langsung terbuka. Ini aneh. Dariel sedikit curiga, perlahan dia melangkahkan kaki dan hanya kegelapan disana namun dalam detik selanjutnya suara sorak sorak terdengar bersamaan dengan lampu menyala ditambah suara nyanyian ulang tahun. Dariel terkejut sambil senyum-senyum sendiri lagi melihat kejutan yang dibuat oleh orang terdekatnya. Ya ampun....dia padahal tadi sempat khawatir ada sesuatu yang terjadi dengan orang tuanya.

"Happy birthday to you.....Happy birthday to you.....Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you....." Semua orang menyanyi dengan riang begitupun si kecil Kris yang tampak senang dengan suasana ramai sekarang.

"Ye... berhasil lagi.." Sorak Gio senang.

"Makasih..."

"Kak..kak make a wish dulu dong terus tiap lilinnya." Jay yang tampak semangat juga membuat Dariel meniup lilin untuk kedua kalinya.

"Sekarang potong kuenya dong bagi-bagi.." Chandra tak sabar menyicipi kue yang dibuat sendiri oleh Tante Vani. Dariel memotong dengan hati-hati lalu membagikannya pada orang-orang yang berada disana.

"Ini buat bapak sama ibu, makasih bapak sama ibu sampe Dariel 27 tahun masih mau ngerawat Dariel." Dariel dengan sedikit haru memberikan potongan pertamanya pada orang tua angkatnya itu.

"Selamat ulang tahun, anak ibu." Tante Vani tak segan mencium pipi Dariel dan memeluknya.

"Kakak happy birthday." Serena tampak manis dengan dres putihnya.

"Makasih adik kakak yang paling cantik, ini buat Rena..." Dariel memeluk Serena dalam dekapannya dan memberikan potongan kue untuknya.

"ini buat om sama Tante yang udah baik nerima Dariel. Makasih.."

"Happy birthday Dariel.." Jesica memeluk calon menantunya itu begitupun Kenan.

"Buat Ara engga nih?." Goda Gio membuat teman-temannya bersorak riuh.

"Engga, nanti aja.."

"Wah Bu kasih SP bu..." Canda sonya disambut tawa Kenan sementara Dariel masih sibuk memotong kue dan membagikannya kepada teman-temannya.

"Ayo-ayo makan dulu yuk.." Tante Vani membuat mereka berjalan kearah meja makan yang sudah siap dengan hidangan yang terlihat cukup lezat.

"Makasih sayang.." Dariel yang berjalan paling belakang diam-diam meraih tangan Ara dan menciumnya.

****To be continue


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C91
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login