"Dokter bilang sudah lima minggu," ujar Anya sambil berbaring miring dengan wajah sedihnya.
Namun sebaliknya dengan Artha yang malah bahagia mendengarnya. Karena ia akan punya bayi dengan Anya. Walau pun saat ini hubungan mereka bisa dikatakan hubungan gelap karena status Anya masih dalam proses perceraian.
Kini yang ada dalam pikirannya adalah ia akan jadi bapak!
"Sorry," ujar Anya lirih dengan posisi masih sama.
"Untuk apa?" balas Artha dengan hati was-was. Seakan ia dapat mencium aroma firasat buruk di balik ucapan maaf Anya.
"Untuk jangan cepat-cepat bahagia," ujar Anya lagi membuat Artha tak mengerti.
"Kenapa gue nggak boleh cepat-cepat bahagia?" Artha protes keras. Padahal baru saja ia merasa bahagia, kini Anya malah melarang hak asasinya untuk bahagia.
Katanya soal kondisi awal kehamilan setiap wanita berbeda-beda ya? Dan sebenarnya Octo juga nggak terlalu tahu. Karena Octo belum mengalaminya. Tapi di sini Octo menulis sesuai dengan kondisi kehamilan yang pernah dialami seorang teman yang Octo pakai sebagai bahan referensi. Jadi semoga chapter ini tidak dijadikan perdebatan dan dijadikan ajang sharing satu sama lain antar pembaca.