Download App
28.46% Athanasia dan Pangeran Jayden / Chapter 37: Kitab YinYang

Chapter 37: Kitab YinYang

"Sebenarnya apa yang kau cari di kerajaan Empire, sampai kau mempertaruhkan nyawamu?" Sembari mempertanyakan tujuan Jayden, Duke Ergy sibuk dengan mengunyah apel yang ada di tangannya. Dia duduk dengan santai sambil menyilangkan kakinya dan menghirup udara segar.

Kelihatan bahwa ia lebih tertarik dengan buah apel itu daripada jawaban yang akan Jayden keluarkan dari mulutnya. Duke Ergy benar-benar bukan tipe pria yang serius untuk diajak bicara serius, karena dia terlalu santai.

Di teras balkon dimana mereka sedang melihat pemandangan ibukota kerajaan Empire, Jayden berdiri sambil melihat ke arah istana yang megah. Di dalamnya terdapat putri Lunark yang melagenda... Sayangnya karena terdengar desas-desus bahwa putri itu menjadi gila, Jayden tak bisa mendekatinya.

Sorotan mata tajam Jayden yang mengarah ke arah istana, membuat Duke Ergy menyadari arti tekadnya tanpa perlu mendengar jawaban Jayden.

Duke Ergy lalu bangkit dari kursinya dan menghampiri Jayden yang berdiri tepat di depan matanya. "Jika kau ingin tahu dimana letak tumbuhan lagendaris itu dengan cara mendekati putri Lunark, maka usahamu akan sia-sia saja!" Duke Ergy menyarankan dengan santai.

Jayden tak bergeming. Tangannya semakin kuat meremas pagar kayu balkon itu, mengetahui bahwa hal yang dikatakan Duke Ergy benar adanya.

"Tapi aku memiliki solusinya!" Sambung Ergy.

Pandangan Jayden segera terahlikan hanya dengan satu kalimat itu. "Katakan padaku?" Singkat Jayden dengan tatapan membara.

Ergy melangkah menjauh dari Jayden dengan mengambil posisi bersandar di atas meja, yang disiapkan khusus untuk mereka berdua di balkon itu.

Krek... Ia mengambil 1 buah apel lagi dan menggigitnya. "Itu mudah saja. Kau sudah memiliki kitab Yin... Kau hanya perlu mencari kitab Yang! Kau sendiri tahu kedua kitab itu adalah satu." Tatap Ergy dengan santai.

Jayden datang dan mengangkat kerak baju dari Ergy. Dengan bola mata yang sepertinya akan keluar, ia menatap kedua mata Ergy yang santai. "Dari mana kau tahu aku memiliki kitab Yin?" Jayden tak menduga bahwa ternyata diam-diam Duke Ergy menyelediki aktivitasnya. Bagaimana mungkin Ergy mengetahui sesuatu yang bahkan tidak diketahui oleh pengawal setia Jayden sekalipun?

"Tenanglah Jay... aku tidak menginginkan kitab Yin yang kau miliki. Sebaliknya jika kau mau aku bisa memberitahukan mu di mana letak kitab Yang!"

"!" Jayden terbelalak. Ia tahu bahwa Ergy tidak bisa dipercaya, namun dia tidak memiliki waktu untuk neko-neko dengan pemikirannya sekarang. Ia merenggangkan cengkraman tangan yang tadinya erat menarik kerak baju Ergy.

"Apa kata-katamu barusan bisa dipercaya?" Tanya Jayden mengintimidasi.

"Tentu saja. Akan kulakukan apapun untuk kawanku. Tapi kau ingatkan bahwa aku memiliki syarat!" Ujar Ergy sambil memperbaiki pakaiannya yang sempat kusut akibat ulah Jayden.

"Jangan sebut aku kawanmu. Kita hanya bersekutu sesaat demi keuntungan masing-masing. Dan aku tidak akan pernah melupakan kejadian 3 tahun yang lalu!" Tegas Jayden.

"Baiklah... aku mengerti." Tutur Ergy dan menghilang di balik pintu.

'Aku seharusnya membunuhmu 3 tahun yang lalu!' Geram Jayden menahan amarah yang mungkin saja akan meluap.

Sosok Jayden yang terkenal dapat mengendalikan perasaannya, juga dapat meluap-luap jika harus berhadapan dengan Ergy. Kepahitan hatinya akibat kejadian 3 tahun yang lalu, masih membekas begitu dalam di alam bawah sadarnya. Walaupun demikian, ia tampak baik-baik saja.

**

Tidak ada yang aneh dengan Bao Yu, tapi Athanasia tetap merasakan suatu kejanggalan dari setiap tindakan yang Bao Yu keluarkan.

Makanan yang seharusnya sulit untuk didapatkan di musim dingin, nyatanya begitu mudah untuk mereka nikmati. Bao Yu juga tidak membiarkan Athanasia untuk meninggalkan gua dan pada akhirnya tugas mengumpulkan makanan jatuh ke tangan Bao Yu.

Gua juga menjadi lebih hangat jika Bao Yu kembali dan akan terasa lebih dingin jika dia meninggalkan gua ini. Asumsi Athanasia adalah jika udara semakin dingin, maka Bao Yu berburu semakin jauh dari gua. Hanya itu kemungkinan yang bisa ia pikirkan! Akan tetapi, mengapa hal itu terjadi Athanasia masih belum bisa memastikannya.

"Aku rasa sudah saatnya kita melanjutkan perjalanan." Athanasia membuka pembicaraan ditengah-tengah mereka menyantap makanan mereka.

Bao Yu juga tahu dengan pasti bahwa kondisi Athanasia telah pulih seutuhnya dan tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. "Kemana tujuan kita?"

"Gunung Firerex Empire!" Ujar Athanasia santai sambil memasukkan biji labu ke dalam mulutnya.

Segera Bao Yu bangkit dari tempatnya dan menantang keinginan Athanasia. "Tidak. Kita tidak boleh ke sana!"

Athanasia menoleh ke atas untuk berpapasan dengan mata hitam Bao Yu. Ia mengedipkan matanya, lalu kembali mengambil beberapa biji labu yang disajikan di atas sehelai daun. Agaknya ia tidak meladeni pertentangan yang Bao Yu suarakan.

"Kak apa kau mendengarkan ku? Pokoknya aku menentang." Bao Yu memalingkan tubuhnya, berpikir bahwa mungkin saja Athanasia akan segera terbujuk jika ia merajuk.

"Pakailah tongkat itu untuk menopang mu berdiri. Karena mungkin kau akan berdiri lama!" Ujar Athanasia tak peduli.

Bao Yu kembali jongkok dan memperingatkan Athanasia, "Kakak tahukan resiko jika kita ke sana?"

"Aku juga sudah bilang padamu untuk jangan mengikuti ku kali ini. Jika kau tidak ingin pergi aku tidak akan memaksamu..." Athanasia sama sekali tidak menatap Bao Yu dan pura-pura sibuk dengan biji-bijian labu yang terasa lezat untuk lidahnya.

"Kakak, aku..." Perkataannya terhenti saat Athanasia memasukkan biji labu ke dalam mulut Bao Yu yang sedang terbuka lebar.

Kali ini dia menatap Bao Yu dengan penuh keyakinan. Mata kecoklatan yang menjadi warisan identik Athanasia sebagai putri Duke Karen, terlihat berbinar sangat indah. "Apa aku pernah mundur dari apa yang hendak ingin aku capai?"

Bao Yu menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara untuk menjawab pertanyaan Athanasia.

"Lalu apa kau pikir kau bisa menghentikan ku?" Athanasia bertanya lagi.

Bao Yu lalu menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia memang bisa menghentikan ide gila Athanasia untuk pergi ke gunung Firerex. Athanasia membuka lebar matanya dan memukul kepalanya Bao Yu! "Tentu saja kau tidak bisa menghentikan ku. Jadi jangan mengangguk! Ah rasa biji labu ini menjadi tidak enak lagi..."

Athanasia berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari gua. Belum sempat sampai di ujung gua, kakinya terhenti.

"Jika kakak benar-benar ingin ke sana, maka lewati dulu mayat ku!" Bao Yu tahu dengan pasti bahwa kelemahan Athanasia adalah dirinya.

"Bao Yu, bukankah kau sudah keterlaluan?" Tanpa membalikkan tubuhnya, Athanasia bisa tahu bahwa Bao Yu mengatakan hal itu dengan serius.

"Makanya, kumohon jangan pergi ke sana." Melas Bao Yu.

"Maaf kali ini, biarkan aku kali ini saja!" Tutur Athanasia tak mau mengalah. Dengan cepat Athanasia menarik belati kecil dari saku celananya dan segera melemparkan belati itu ke arah Bao Yu!

Crek... Darah mengalir keluar!

~To be continued


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C37
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login