Rasanya agak salah karena merasa semarah ini pada Alice. Tapi saat ini bukan aku yang mengendalikan perasaan gila darah yang menyelubungi kepalaku. Alice berlutut di sampingku, lengannya menahan tubuhku hingga tetap menempel di dinding sedangkan tangan satunya lagi masih menggenggam katana sialan itu.
Meskipun Ia sudah memerintahku untuk tidak bergerak tapi aku tetap menoleh padanya. Tatapan tajamku dibalas oleh kedua mata abu-abu kebiruannya yang dingin. "Ia milikku," geramku karena dari sudutku aku bisa melihat Grisha dan Paman Luke yang sedang menyeret Ilya yang menggelepar dan merintih menjauh dariku.
"Ilya!"