Download App
16.62% VOLDER / Chapter 69: Chapter 69

Chapter 69: Chapter 69

Menurut sumber informasiku, Carleon sedang menginap di salah satu suite di hotel The Plaza.

Aku tidak heran saat bagian resepsionis mengatakan Carleon dan rombongannya menyewa satu lantai hotel tersebut. The Plaza adalah salah satu hotel paling mewah di Manhattan. Volder dari Rusia memang terkenal dengan gaya hidupnya yang sangat mewah.

Handphoneku bergetar di dalam saku celanaku tapi aku tidak menghiraukannya. Kurasa Lana sudah bangun saat ini.

Kupencet tombol lantai dua puluh lalu menunggu lift berjalan. Aku yakin Carleon sudah menungguku saat ini, tidak mungkin Ia tidak tahu aku akan datang.

Dentingan pintu lift terbuka di lantai yang kutuju. Aku berjalan melewati lorong panjang yang terasa sepi... terlalu sepi.

Langkahku berhenti di depan pintu ganda yang terletak di ujung lorong. Aku mencoba mendengarkan tapi tidak ada suara yang tersengar dari balik pintu.

Saat aku mengangkat tanganku untuk mengetuk pintunya tiba-tiba pintu ganda itu terbuka lebar sendiri.

"Selamat datang, Gregory!"

Kedua mataku berkedip bingung beberapa kali saat melihat Dostov berdiri di depanku dengan senyuman lebarnya. Ia mengenakan hoodie merah bertuliskan Universitas Harvard.

"Apa... Apa yang kaulakukan disini, Dostov?" tanyaku sebelum menatap ke balik punggungnya untuk mencari wajah si brengsek Carleon. Tapi aku tidak menemukannya. Yang ada hanya beberapa pengikut klannya yang kelihatannya sedang membersihkan mayat dari lantai kamar.

"Oh... Carleon membuat masalah hari ini. Jadi aku memintanya untuk kembali ke Rusia untuk sementara waktu." jawab Dostov sambil mempersilahkanku masuk lalu menutup pintu di belakangku.

"Seperti yang kau lihat... Kelihatannya Ia tidak bisa menahan nafsunya sebentar saja." ucap Dostov sambil mendesah kecewa.

Dulu saat Dostov masih menjadi penerus tunggal Vlad, Ia berteman cukup dekat dengan Carleon. Tapi sekarang keduanya saling membenci, walaupun di depan mereka masih terlihat ramah dengan satu sama lain.

Vlad membesarkan Carleon untuk digunakan sebagai pelayan setia Dostov, tapi akhirnya Ia malah menggunakannya sendiri sebagai tangan kanannya.

Aku hanya berdiri di tempatku sementara anggota klan Dostov memasukkan mayat wanita berseragam staff hotel itu ke dalam kantong mayat. Kelihatannya wanita itu sudah mati sejak pagi ini karena bau darahnya sudah tidak terlalu segar lagi.

Dalam sejarah mereka yang sangat panjang, bisa dibilang Carleon adalah mantan rekan satu klan Dostov juga. Mungkin karena itu Ia bersedia membereskan masalah ini.

Volder di Rusia memang masih mengkonsumsi darah segar langsung dari manusia, walaupun mereka melakukannya secara tersembunyi. Tapi seharusnya Carleon tahu cara itu tidak boleh dilakukan lagi di sini. Ia sengaja melakukannya untuk membuat kami kesal.

Kutarik nafasku dalam-dalam sambil mengepalkan tanganku.

"Oh, Carleon titip salam untukmu." sambungnya dari sebelahku. "Ia bilang... Jangan lupa selesaikan tugasmu...?"

"Kau tahu tentang masalah ini juga?" tanyaku dengan dingin padanya.

"Tahu apa?" balasnya pura-pura tidak mengerti. "Aku tidak akan ikut campur dalam masalah Vlad selama Ia tidak menggangguku dan orang-orang yang kulindungi."

Jadi Dostov sudah tahu.

Aku menoleh padanya lalu mengamati topeng ekspresi ramah di wajahnya saat ini. "Dostov... apa Alice masuk ke dalam daftar yang kau lindungi?"

Ia mengangguk tanpa ragu. "Tapi Luke Lancaster tidak."

"Apa kau sudah tahu cara memutuskan hubungan Leech dan Volder yang mengubahnya?" lanjutnya lagi.

"Nick pernah menceritakannya padaku."

Dostov menatap langit-langit kamar suite hotel selama beberapa saat, "Oh iya, aku lupa Nicholas pernah ingin melakukan hal yang sama pada Alastair." lalu pandangannya beralih padaku lagi.

"Apa rencanamu, Gregory?" tanyanya dengan sedikit ekspresi penasaran. "Apa kau akan membunuh Luke Lancaster atau Carleon?"

Dostov sudah tahu tentang resiko dua pilihan itu. Jika aku membunuh Lancaster sama saja dengan memancing kemarahan Alice, sedangkan jika aku membunuh Carleon sama saja dengan mengajak Vlad berperang.

Kuangkat bahuku pura-pura tidak peduli. "Memangnya kau akan membantuku?" tanyaku sinis.

"Mungkin."

Jawabannya membuatku kembali menoleh ke arahnya. Dostov adalah salah satu orang paling licik yang kukenal. Ia kembali tersenyum saat melihat ekspresi skeptis di wajahku.

"Membunuh Lancaster akan membuat adikku sedih." jelasnya seakan-akan Ia peduli pada perasaan Alice. Hubungan Dostov dan Alice bukan hubungan saudara yang bisa dikatakan normal. Keduanya terlihat seperti orang asing, mereka bahkan baru bertemu lagi selama tujuh puluh tahun terakhir saat Nick bermasalah dengan Alastair dan klan Dostov.

"Jadi, maksudmu sebaiknya aku membunuh Carleon dan memancing kemarahan Vlad?"

"Ikuti kata hatimu, Gregory." jawabnya dengan ambigu.

Kuhela nafasku lagi untuk yang kedua kalinya, salahku sendiri karena meladeninya. "Terima kasih untuk kata-kata mutiara tidak bergunanya, Dostov."

Aku berdiri dari tempatku untuk kembali. Tidak ada gunanya berlama-lama disini, Carleon sudah pergi sejak tadi. Mungkin karena itulah Ia berani menunjukkan wajahnya terang-terangan di depank kantorku siang ini.

Dasar brengsek.

"Bagaimana kabar anak-anakku?" tanya Dostov dari belakangku yang membuat langkahku terhenti lagi.

"Anak-anak?" balasku setelah berbalik menghadapnya.

"Elliot dan Rosie." terangnya dengan ekspresi polos.

"Hati-hati, Dostov. Nick akan membunuhmu jika Ia mendengarnya."

Dostov mengangkat salah satu tangannya lalu menunjuk dirinya sendiri. "Tapi aku adalah wali legal Elliot dan Rosie... Bisa dibilang mereka anak-anakku juga, kan?"

Selama beberapa detik aku hanya menatapnya dengan pandangan bingung. "Wali legal?" ulangku, berharap aku tidak salah mendengarnya. "Apa Nick sudah tahu?"

Dostov mengangguk sekali. "Aku yang memintanya sendiri, dan Nicholas bilang iya. Apa Ia tidak memberitahumu?"

Nick pasti sudah gila... pikirku, masih tidak percaya.

"Bagaimana kabar Elliot dan Rosie? Sayangnya Nick tidak mengijinkanku untuk bertemu mereka sama sekali."

Pertanyaannya membuatku mengerutkan keningku dengan curiga. "Kenapa kau tertarik sekali pada anak-anak Nick?"

Kali ini Dostov tersenyum penuh misteri. "Karena aku wali mereka?"

"Dostov..." bisikku dengan nada ancaman, "Aku bersumpah, jika kau berani menyentuh keponakanku aku sendiri yang akan datang dan membekap wajahmu dengan bantal saat kau tidur."

Aku tidak bisa mengancam akan membunuhnya di depan pengikutnya sendiri. Memancing kemarahan Vlad dan minionnya sudah cukup merepotkan untukku, apalagi jika harus ditambah klan yang disini.

Dostov tertawa kecil sebelum menelengkan kepalanya, "Kenapa kalian selalu berpikiran buruk tentangku?"

"Dasar tidak tahu malu." gumamku dengan kesal sebelum membuka pintu dan keluar.

Suara tawanya mengikutiku hingga pintu suite di belakangku tertutup lagi.


CREATORS' THOUGHTS
ceciliaccm ceciliaccm

Hai! Manteman besok ijin libur sehari ya, mau pindah rumah duluuu

Hari Selasa kita lanjut ;)

Terima kasih sudah baca!

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C69
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login