Rose menahan air matanya saat melihat Rayhan melamun di depan jendela kamarnya. William baru saja pergi mengantarkan anak-anaknya ke sekolah sekaligus berangkat bekerja.
Dengan hati-hati ia mengetuk pintu kamar Rayhan dan menunggu sampai Rayhan menoleh kepadanya dan mengijinkannya masuk.
Terlihat jika Rayhan baru saja menyeka air matanya dengan cepat sebelum menoleh, dia tersenyum tapi Rose tahu jika Rayhan hanya sedang berpura-pura tegar.
"Apa aku boleh masuk?" Tanya Rose yang masih berdiri di ambang pintu.
Tapi sepertinya Rayhan tidak mengijinkan Rose memasuki kamarnya karena ia lebih memilih melangkah keluar dari dalam kamarnya dan menghampiri Rose.
"Ada apa?" Tanya Rayhan, binar mata yang semula terang sekarang telah redup kembali membuat hati Rose terasa tersayat.
"Tuliskan saja..."
Rayhan menatap Rose bingung karena ucapannya terdengar ambigu.
"Apa yang harus aku tuliskan? Wasiat?"
"Siapa yang meminta mu mati dalam waktu dekat!"