Waktu pertemuan berlalu begitu saja, dan Samael juga tidak meminta jawaban secepatnya kepada Blackpink ataupun BTS.
Semakin dia memaksa, itu akan semakin jauh dari apa yang dia inginkan.
Dan sekarang, mengambil waktu "senggang" atas kepergian Raja Tua itu, Samael yang diwajibkan membebaskan pikirannya saat ini sedang duduk di gazebo taman yang indah, dan disampingnya adalah Victoria yang menggunakan pundak Samael sebagai bantal kepalanya.
Samael sendiri saat ini menaburkan beberapa remah roti kepada lusinan burung merpati di depan yang kebetulan ada disana.
Sembari melakukan ini, Victoria tiba-tiba bertanya: "Apakah benar bahwa Yang Mulia akan pergi ke Korea Selatan?"
"Freya? Mulutmu bocor lagi."
Freya yang ada samping belakang gazebo hanya menjawab, "Saya adalah pelayan, dan Madam Victoria adalah atasan saya. Dia bertanya dan saya menjawab, tidak ada yang salah dengan ini Yang Mulia."
"....Kau benar-benar pelayan yang sempurna sehingga aku harus sakit kepala memikirkannya." ucap Samael dengan pahit.
Lalu dia menengok ke arah Victoria yang saat ini menutup matanya.
Setelah memikirkan sesuatu, Samael akhirnya menjawab: "Sejujurnya, alasan aku ke Inggris pada awalnya hanya demi Sophie. Tapi demi harapan itu saja, aku memang harus duduk di posisi ini."
"Ngomong-ngomong, aku masih belum mengumumkan identitas kelahiran Sophie ke Inggris bukan? Hey, merepotkan. Masih harus menunggu beberapa hari lagi karena tidak sopan mengeksposnya sekarang."
Victoria tertawa kecil, "Fufufu, Sophie, kah...Siapa sangka juga kalau Sophie sebenarnya adalah cucu dari seorang Duke. Hidupnya terlihat seperti Heroine."
"....Kau juga bisa berpikir seperti itu."
"[Demi Membantu Mimpiku, Duke yang Kucintai Menjadi Raja yang Kejam], cerita yang bagus Yang Mulia."
"Diam Freya." kata Samael kosong dengan tiga garis hitam di wajahnya.
Victoria tertawa mendengar ini, lalu setelah dia membuka matanya dia bertanya: "Lalu apa hubungannya antara Sophie dengan keinginan Anda untuk pergi?
"Itu karena sebelum aku ke Inggris, aku dan keluargaku sedang berlibur. Perjalanan seharusnya ada di Eropa sekarang, tapi sepertinya tidak perlu karena aku sudah bertemu dengan orang tua Tivania."
Samael membuang remah roti lagi dan berkata, "Tapi aku masih harus ke Dubai atau mungkin bisa dibilang ke Kerajaan Arab Saudi. Dan masih harus ke Korea Selatan untuk mencuri, maksudku menarik bakat disana."
"Tapi sekarang identitas Anda membuatnya sangat susah untuk bertindak bukan? Ini malah akan menjadi perjalanan politik jika Anda pergi ke Negara itu."
Gerakan Samael terhenti, lalu setelah menyingkirkan tas berisi remah roti di tangannya, dia langsung menarik kedua pipi Victoria dengan kejam!
"Jadi sayangku, apa yang sebenarnya kau ingin aku lakukan, Hah?"
Victoria yang wajahnya dirusak hanya tertawa, "(Itu memang kenyatannya, Anda hanya bisa duduk di Inggris!)"
Samael melepaskan pipi Victoria, lalu dia melipat kedua tangannya di depan dadanya saat mengatakan: "Siapa menurutmu aku ini? Aku bukanlah Raja Sean, urusan Negara bisa aku lakukan dengan mudah dengan sedikit usaha dan pengorbanan waktu."
Victoria di sisi lain membelai kedua pipinya putihnya beberapa kali dan akhirnya berkata, "Tidak tidak, Yang Mulia, yang saya maksud adalah Anda sendiri akan membuat liburan itu menjadi hal politik."
"Maka menyamar."
"Lalu bagaimana dengan keluarga yang lain? Kemunculan mereka menandakan kemunculan Anda bagi mereka, itu sangat mudah dibedakan."
Samael mendecakkan lidahnya dan berkata, "Kau menemukan titik butanya bukan? Tapi tidak masalah, selama aku menghubungi kedutaan kami di Negara itu dulu, para media tidak akan heboh."
"Lalu bagaimana dengan Inggris Anda? Hanya akan melemparkannya ke samping setelah semua usaha?"
Samael tertawa saat mendengarnya, "Kau salah paham Victoria. Inggris tidak akan kubuang, itu tentu saja. Tapi aku hanya akan pergi dulu, dan agar orang lain tidak curiga akan keberadaanku, maka akan kubiarkan beberapa malaikat cantikku berubah menjadi diriku untuk sementara."
"....Ah, saya lupa Anda masihlah Penguasa Surga." Victoria tiba-tiba menutupi mulutnya dengan anggun saat tertawa.
Tapi sorot matanya sedikit sedih pada saat ini, karena bahkan jika dia tahu ini akan terjadi, dia, Victoria dan bahkan Charlotte tidak mungkin bisa ikut dengan kelompok Samael.
Tidak ada yang tahu identitas keduanya sebagai milik Samael saat ini kecuali mereka yang sangat dekat dengan Samael itu sendiri.
Jadi jika keduanya pergi dengan kelompok Helina, itu akan membuat prestise keduanya dihina oleh masyarakat Inggris.
Lagipula baru beberapa hari "suami" mereka meninggal, dan keduanya sudah siap berfoya-foya lagi? Siapa yang akan tahan dengan perilaku ini.
Samael yang melihat wajah kusut Victoria segera melingkarkan kedua tangannya ke sisi wanita ini dan memeluknya untuk duduk di pangkuannya.
Victoria sedikit terkejut, tapi dia akhirnya diam dan menatap Samael dengan mata nakal: "Apakah Yang Mulia ingin tubuh ini sekarang?"
"Hmm, pikiranmu terlalu terbuka. Masih pagi, kita tahan saja nanti." Samael tersenyum biasa dan mengecup dahi Victoria ringan.
Setelah itu dia membiarkan pipinya bermalasan di pundak Victoria saat mengatakan: "Jika kau ingin pergi, ayo lakukan setelah sebulan berlalu."
"Eh, tapi bagaimana dengan yang lain?" Victoria terkejut.
Samael tersenyum malas saat menjawab, "Apakah menurutmu, Inggris itu tidak menarik bagi saudarimu yang lain? Lihat Ririca dan Tilina, keduanya entah pergi kemana sekarang."
"Kecuali Tivania dan Sophie yang entah kenapa sangat tidak bisa akur dengan baik dan selalu ada di Istana, yang lain sekarang tengah mengelilingi Inggris."
"Sebulan adalah waktu yang singkat pada waktu itu!"
Victoria menatap Samael sambil mengedipkan matanya beberapa kali, lalu dia akhirnya tersenyum dan berbisik: "Kau sangat lembut, Samael."
"Apa, sudah tidak mau menyebutku Yang Mulia lagi?" tanya Samael nakal saat menundukkan kepalanya.
Victoria hanya tertawa, "Apakah kau keberatan jika Ratumu ini memanggil suaminya dengan nama panggilannya?"
"Ohoho, kau mengatakan Ratu disana. Sophie akan mengamuk saat dia tahu kau tahu?"
"Hmm~ Itu agak merepotkan jika gadis itu tahu, jadi..." Victoria langsung mendekatkan tubuhnya ke sisi telinga Samael saat berbisik: "Bagaimana jika aku menjadi Ratu saat hanya ada kita berdua saja?"
"Kau harus tahu, Teresa dan Latifa tidak akan setuju tahu?"
Victoria menempelkan pipinya ke pipi Samael saat mengatakan, "Kenapa? Kau takut mengambil kita bertiga, sedangkan kau sendiri sudah mengambil Helina dan dua adik perempuanmu?"
"Bagaimana? Baik aku, Teresa ataupun Latifa...Bukankah menarik? Bermain foursome seperti itu?"