Download App
45.76% Bukan Wonder Woman / Chapter 27: BWW #27

Chapter 27: BWW #27

Please batu kuasanya ya

💝💝💝

Firda sedang terbahak-bahak sendiri menatap layar ponselnya yang sedang memutar vidio drama pernyataan cinta Arjuna. Ayushita dan Arjuna hanya bisa menatap tidak berdaya gadis mungil itu.

Kini mereka bertiga sedang duduk di depan meja makan Ayushita sambil menikmati kolak yang tadi dibuat oleh Ayushita.

"Fir, lihat juga dong!" bujuk Ayushita yang juga ingin melihat vidio yang sangat memalukan baginya.

"Tidak boleh. Nanti kamu hapus lagi vidionya. Ini mau disimpan sebagai kenang-kenangan," sahut Firda menjauhkan ponselnya dari jangkauan Ayushita.

"Jangan diposting di sosmed ya?" bujuk Ayushita lagi.

"Kenapa? Takut dilihat Kak Ayub ya? Seperti apa ya ekspresi dia kalau lihat vidio ini?" goda Firda. Dia memicingkan mata dengan ekspresi licik pada keduanya.

Mendengar nama Kak Ayub sontak Arjuna tegang.

"Fir, besok aku ke kota lagi. Mau pesan apa?" tanya Arjuna seketika. Mungkin dengan cara ini Firda bakal menurut tidak menyebarkan vidio itu.

"Sayangnya aku lagi tidak pengen apa-apa," jawab Firda santai. Dia masih cekikikan menatap layar ponselnya. Arjuna langsung lemas.

"Fir, besok aku buatkan brownish ya?" Kali ini Ayushita yang berusaha membujuk.

"Emang aku bocah disogok dengan makanan," sahut Firda langsung beranjak pergi. Ayushita dan Arjuna hanya bisa menatap kepergian Firda dengan pasrah.

"Nyesel deh aku ajak dia tadi," gerutu Arjuna sembari melanjutkan makan kolak.

"Memangnya kenapa tadi ajak Firda?" tanya Ayushita.

"Cuma jaga-jaga saja seandainya kamu menolak aku ya Firda yang bakal maju," jawab Arjuna santai. Ayushita lansung cemberut.

"Ternyata nyali kamu segitu saja ya. Masih juga andalkan Firda," ketus Ayushita.

"Bukan begitu Ayu sayang," balas Arjuna mengiba.

"Tidak usah panggil sayang deh!" Mulai kesal.

"Terus panggil apa? Bebeb, my love atau honey?" rayu Arjuna.

"Honey? Aku tidak suka dimadu," ujar Ayushita makin ketus.

"Ya Allah Ayu! Bukan itu maksudnya." Mulai frustasi. "Itu panggilan sayang sama kekasihku ini."

"Siapa kekasihmu?"

"Kamu," Arjuna tersenyum manis bagai kembang gula.

"Siapa bilang kita pacaran?" kilah Ayushita.

"Lha, tadi kan kamu terima pernyataan cintaku. Jadi kita sepasang kekasih kan?" tukas Arjuna.

"Aku tidak mau pacaran. Nanti banyakan pe-ha-pe saja," tandas Ayushita.

"Jadi kamu maunya langsung ijab qabul ya?" Skakmat. Ayushita langsung terdiam. Tak urung pipinya merona. Dia pura-pura mengangkat mangkuk kosong ke tempat cuci piring. Arjuna bisa menangkap gelagat salah tingkah gadis pujaannya itu. Dia senang.

"Kenapa belum pulang? Tuh Firda sudah pulang," ujar Ayushita.

"Kamu usir aku sayang?" Arjuna berlagak sedih.

"Bukan mengusir. Laki-laki dan perempuan tidak boleh berdua-duaan nanti ada setan di antaranya," jawab Ayushita sedikit melembut.

Arjuna tersenyum. Inilah yang dia suka dari Ayushita. Gadis ini pandai menjaga dirinya. Tidak mudah tergoda dengan bujuk rayu seorang pria. Dan juga tegas pada prinsipnya.

"Oke aku pulang. Kasihan Firda pulang jalan kaki." Arjuna lalu beranjak berdiri. Dia mendekat ke arah Ayushita. Gadis itu refleks memundurkan badannya.

Arjuna menunduk menyamakan tinggi badannya dengan Ayushita dan menatap intens wajah oval nan cantik itu.

"Terima kasih kolaknya. Manis dan enak," Arjuna tersenyum tampan lalu berbisik, "I love you my Ayushita Ramadhani."

Arjuna langsung keluar dari rumah Ayushita menuju mobil sedannya.

Sedangkan Ayushita masih mematung di tempatnya. Dia baru tersadar setelah mendengar deru mobil Arjuna disertai bunyi klakson. Ayushita mengerjapkan mata untuk mengembalikan seluruh kesadarannya.

"Ya Allah, itu dokter playboy ngomong apa sih." Ayushita menggerutu tidak jelas. Dia langsung masuk ke kamarnya. Membanting tubuhnya di atas ranjang dan memeluk boneka beruang cokelat gemes. Dia tidak menepis kalau saat ini hatinya sedang diliputi musim semi yang sangat indah. Dia megelus bulu halus sang boneka sambil senyum-senyum sendiri.

Ayushita bukanlah gadis polos yang baru mengenal cinta. Meski selama hidupnya dia baru mencintai satu pria tetapi bukan berarti dia buta dengan hal-hal yang melibatkan perasaan. Berapa banyak teman kuliahnya yang sering mengungkapkan rasa suka padanya. Dan berapa banyak baris kata-kata manis yang telah didengar dari mulut mereka. Namun baginya kata-kata manis mereka hanya seperti permen kapas, yang hanya manis sesaat di mulut lalu menguap tak bersisa saat di telan.

Baginya Danuar dan Arjuna berbeda. Danuar begitu penuh perhatian dan sangat melindunginya. Tetapi dia tidak tahu kalau bentuk perhatiannya itu bukan cinta karena asmara. Sedangkan Arjuna pandai mengungkapkan kata-kata indah dan manis. Sikap ramah dan terbukanya membuat dia disukai banyak orang. Hanya saja dia melihat kesungguhan dan keseriusan di mata pria itu. Semoga kali ini dia tidak salah lagi.

Bukan hal mudah berurusan dengan pria tampan apalagi mapan seperti Arjuna. Tentu saja akan banyak gadis yang menginginkannya dan berusaha mendekatinya seperti semut yang tertarik pada gula. Bersama Arjuna dia harus menyiapkan mental kuat menghadapi penggemar pria itu. Dia akan mencoba memberi kesempatan pada dirinya dan Arjuna.

"Tsk, dasar playboy cap teri. Pandai betul berkata-kata manis. Awas saja kalau nanti dia bermulut manis sama cewek lain dia bakal kena jurus tendangan yoko geri," rutuk Ayushita sambil mengepalkan tangan.

***

Hari sudah beranjak siang. Arjuna baru muncul di puskesmas setelah pulang dari syuting drama romantis di rumah Ayushita. Dian dan Bu Narti heran melihat sang dokter datang siang tidak seperti biasanya.

"Baru datang, Dok?" Seperti biasa penyakit kepo Dian kambuh.

"Tadi ada urusan sedikit?" jawab Arjuna biasa saja. "Dian, masih berapa pasien yang bertahan di bangsal?"

"Masih ada dua, Dok. Satu pasien dewasa hipertensi dan satu pasien anak yang DBD," jawab Dian.

"Oke. Ayo kita visit pasien dulu." Arjuna langsung menuju bangsal pasien diikuti Dian.

Setelah melakukan pemeriksaan terhadap dua pasien, Arjuna mengizinkan kedua pasien pulang karena kondisi mereka sudah lebih baik.

"Dian, besok saya ke kota kabupaten lagi. Bapak Kapolda akan melakukan kunjungan ke RSUD dan saya diminta Dokter Hendry untuk hadir juga," ucap Arjuna sambil memeriksa dan menandatangani laporan medis pasien.

"Kunjungan Kapolda?" beo Dian bingung. Apa hubungannya Kapolda dan rumah sakit?

"Iya, hanya kunjungan formal biasa. Mereka hanya memantau RSUD sebagai salah satu tempat perawatan dan pencegahan wabah C19. Hanya pemberian apresiasi saja." Arjuna menutup laporan dan menyerahkan kembali pada Dian. Dia lalu menuju ke ruangannya dan berdiam diri di sana sampai jam makan siang. Dian maupun Bu Narti tidak berani mengusik sang dokter. Akhir-akhir ini mereka melihat Dokter Arjuna lebih banyak diam saat di puskesmas. Kecuali saat bertemu pasien.

Dian merenung. Mungkin Dokter Arjuna masih marah masalah dia menjawab panggilan telepon Ayushita saat itu. Apakah dia harus menyerah mengejar sang dokter? Tapi rasanya dia tidak rela kalau perasaan Dokter Arjuna berlabuh pada sang ibu guru.

***

Wabah virus perlahan mulai bisa teratasi. Pemerintah telah mengumumkan bahwa jumlah pasien terdampak virus mulai menurun di sejumlah titik zona merah. Kota P dan sekitarnya yang tidak termasuk dalam zona merah sudah dinyatakan sebagai daerah bebas pandemi. Semua orang menjadi lega dan pelan-pelan melakukan aktifitas di luar rumah meski masih harus dibatasi.

Siang itu Nyonya Rosita sedang ingin menghirup udara segar demi merilekskan saraf-saraf yang tegang. Dia mengajak menantunya Elena untuk menemaninya. Tentu saja Elena bersorak senang.

Pasangan mertua dan menantu itu menyusuri mall yang tampak mulai ramai dikunjungi. Mereka mampir di salon langganan Nyonya Rosita untuk mencoba beberapa perawatan tubuh. Setelah dari salon kecantikan mereka berbelanja beberapa kebutuhan.

Layaknya seorang menantu yang baik, Elena berusaha bersikap baik dan perhatian pada mertuanya. Dia tidak membiarkan mertuanya membawa kantung belanjaannya sendiri. Nyonya Rosita tidak keberatan. Toh Elena sendiri yang memintanya. Jadilah Nyonya Rosita melenggang bebas sementara Elena harus terseok seok dengan tangan penuh paper bag.

Mereka tiba di sebuah restoran yang menyediakan berbagai makanan sehat untuk vegetarian maupun non-vegetarian. Elena menaruh kumpulan paper bag di lantai dekat meja. Tangannya terasa sudah sangat kebas.

"Duduklah dan pesan makanan yang kamu suka. Di sini menyediakan makanan sehat baik untukmu jika ingin program kehamilan," ucap Nyonya Rosita sambil memandang wajah menantunya yang terlihat lelah.

"Terima kasih, Ma. Baiklah saya pesan untuk Mama juga ya. Makanan non kolesterol kan?" jawab Elena senang. Nyonya Rosita mengangguk. Elena lalu menyebutkan beberapa jenis makanan yang ingin dia pesan untuk mertua dan dirinya pada pelayan yang sudah menunggu untuk mencatat pesanan mereka. Setelah memesan, mereka berdiam diri dengan canggung. Nyonya Rosita tampak asik membalas chat di ponselnya.

"Ma, saya ke toilet dulu ya," tukas Elena. Sang mertua hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Elena bergegas ke salah satu bilik toilet. Akhir-akhir ini perutnya sering terasa nyeri dan mual. Elena membasuh wajahnya yang sedikit pucat dan lelah kemudian kembali memperbaiki riasannya untuk menyamarkan wajah pucatnya.

Ketika keluar dari toilet wanita tanpa sengaja Elena memyerempet lengan seseorang yang baru keluar dari toilet pria. Elena menoleh hendak meminta maaf. Namun dia malah dibuat terkejut.

"Handi?" pekik Elena perlahan.

"Elena!" balas Handi dengan raut senang karena bertemu Elena. "Apa kabar?"

"Baik. Ngapain di sini?" tanya Elena dengan nada tidak suka.

"Aku menemani bosku makan siang. Kalau kamu?" tanya balik Handi.

"Mmm ... menemani mertuaku. Aku duluan ya!" ujar Elena berusaha menghindari Handi.

"Tunggu El. Aku masih mau menanyakan sesuatu sama kamu," cegat Handi memegang lengan Elena.

"Apa lagi Han? Jangan usik aku lagi. Kita sudah putus," hardik Elena seraya mengempaskan tangan mantan kekasihnya.

"El ..." seru Handi.

"Elena, kamu baik-baik saja?" Tiba-tiba Nyonya Rosita sudah berdiri di depan mereka.

"Eh, Iya Ma. Saya baik-baik saja," jawab Elena dengan wajah pias. Dia berharap mertuanya tidak mendengar perkataannya barusan.

"Siapa ini?" tanya sang mertua menunjuk Handi.

"Kenalkan Tante saya ..."

"Dia teman kuliah saya dulu Ma. Kebetulan kita ketemu di sini jadi saling tanya kabar tadi. Maklum sudah lama tidak ketemu," potong Elena cepat.

"Ooo!" Nyonya Rosita manggut-manggut.

"Han kami duluan ya. Ayo Ma!" tukas Elena lalu menghela tangan mertuanya menuju meja makan mereka. Handi hanya memandang kepergian Elena dengan perasaan tak menentu.

Elena dan Nyonya Rosita mulai makan. Hanya ada keheningan di antara mereka. Elena merasa sudah kehilangan selera makannya. Dia hanya menyuap makanannya beberapa sendok. Nyonya Rosita yang memperhatikan perubahan sikap menantunya pun heran.

"Kenapa makanannya tidak dihabiskan?" tegur sang mertua.

"Eh, sudah kenyang, Ma. Tadi pagi saya makan banyak," jawab Elena asal. Nyonya Rosita semakin mengernyit. Seingatnya tadi pagi Elena sama sekali tidak sarapan. Namun dia hanya diam menghabiskan makanannya lalu menandaskan segelas air putih.

"Kamu kurang sehat?" tanya Nyonya Rosita melihat wajah pucat menantunya.

"Hanya sedikit pusing dan mual," jawab Elena.

"Mau ke rumah sakit?" tawar sang mertua lagi.

"Tidak usah Ma. Paling juga habis tidur sebentar bakal segar lagi," elak Elena dengan senyum manisnya.

"Oke. Kalau gitu kita pulang saja," ajak Nyonya Rosita. Mungkin belum saatnya untuk mengajak menantunya memeriksakan kesehatannya. Dia perlu tahu mengapa menantunya akhir-akhir ini terlihat tidak sehat dan semakin kurus saja. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.

Mereka kembali pulang ke rumah sebelum sore. Elena sedikit bernapas lega karena mertuanya tidak bertanya panjang lebar tentang Handi. Dia sebisa mungkin harus menghindari mantan kekasihnya itu.

***

Hari berikutnya Arjuna tiba di RSUD agak pagi. Seluruh pimpinan dan staff sudah bersiap menyambut kedatangan Bapak Kapolda. Katanya ini hanya kunjungan singkat dan silaturahmi dengan para petugas medis yang telah berjuang dalam penanganan wabah. Seperti memberikan sebuah apresiasi atas kerja keras mereka yang turut menjaga keselamatan warga.

Pukul sembilan iring-iringan mobil rombongan tiba di pintu depan rumah sakit. Direktur dan jajaran staff dan para dokter berjajar menyambut sang pimpinan kepolisian daerah. Direktur RSUD berjabat tangan dengan hangat dan akrab dengan Bapak Kapolda dan seluruh orang yang hadir di sana.

Arjuna terkejut saat seseorang menepuk bahunya pelan. Saat dia menoleh tampaklah sosok pria yang tingginya sepantaran dengannya dengan tubuh tegap dan wajah tegas.

"Kak Ayub?" ucap Arjuna kaget.

Bersambung ...

💝💝💝

Akhirnya Arjuna ketemu calon kakak ipar. Gimana ya sikap Arjuna menghadapi kakak Ayushita. Apakah dia akan jujur kalau dia sudah menjadi kekasih Ayushita? Dan bagaimana tanggapan Ayub?

Cek episode berikutnya.

NB: Makasi atas apresiasi kalian untuk BWW. Banyak yang mengirim batu kuasa menjadi semangat bagi author untuk memperbaiki karya.

Silahkan kunjungi juga novel author yang lain:

1. Sekretarisku Pengawalku

2. Suaramu Mengalun Lewat Mimpiku (Fiksi Fantasy)

See you next chapter 😘


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C27
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login