Mereka tertawa sepanjang perjalanan kembali, karena malam sudah larut dan tidak baik jika mereka terus bermain diluar mereka akhirnya kembali. Kali ini mereka masuk ke kediaman klan Yu tidak lewat pintu depan karena mereka takut jika Yu Ren ditegur sebab pulang sangat larut.
Dengan bantuan Yu Ren, ia meraih tangannya dan menaiki tembok karena ia tidak bisa naik sendiri dengan gaun yang ia kenakan.
Huppp
Mereka mendarat dengan pelan dan melirik sekitar untuk mengawasi jika ada penjaga yang sedang patroli. Ketika sudah merasa aman mereka dengan cepat berlari ke halaman Yu Ren.
"Hufffttt.... untung saja kita bisa masuk." Yu Ren mengatur nafasnya yang tersenggal senggal.
"Ngomong-ngomong kenapa klanmu agak sepi malam ini?" Gia sangat heran dengan keadaan sekitar yang cukup sepi dan jarang melihat anggota klan Yu.
"Biasanya pada festival ini anggota klanku di undang oleh istana kekaisaran untuk menghadiri perjamuan, sedangkan yang lainnya masih ada yang keluar menjalankan misi atau memilih beristirahat dikamar mereka." Memang setiap festival yang ada klannya selalu di undang oleh Kaisar.
"Kau tidak ikut? Bukankah ada makanan enak disana?"
"Ikut? Dan mengenakan pakaian rumit dengan segala kesopanan? Hahahaha terima kasih lebih baik aku tidak datang saja." Yu Ren mendengus ketika mengingat perjamuan istana yang pernah ia datangi ketika kecil dan menurutnya itu sangat membosankan apalagi harus mengenakan pakaian yang tidak nyaman dan harus menjaga kesopanan yang palsu.
"Yah aku juga setuju denganmu." Gia mengingat perjamuan perayaan ulang tahun Kaisar yang membosankan sebelum ia menggebrak dengan penampilannya.
"Malam sudah larut dan istirahatlah." Yu Ren merenggangkan tubuhnya yang lelah dan menguap.
"Kalau begitu aku kembali dulu, selamat malam."
"Selamat malam, Gia."
Mereka berjalan ke arah berlawanan untuk menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.
oOo
"Ah hari ini sangat menyenangkan namun juga melelahkan." Gia berbaring di ranjangnya dengan posisi telentang.
"Aku sangat mengantuk." Gia menguap dan membalikan tubuhnya.
Raja Hantu memandang Gia lembut dan mengulurkan tangannya untuk mengelus kepalanya. "Selamat malam, istri."
Tiba-tiba Gia membuka matanya ketika mendengar suara lirih ditelinganya, pandangannya menangkap Raja Hantu yang tengah berbaring disampingnya dengan mata tertutup. Ia tahu dia tidak tidur, karena roh tidak bisa tidur.
"Kenapa kau berbaring diranjangku?"
Raja Hantu membuka matanya dan melihat Gia yang menatapnya tajam. "Istri, kenapa tidak tidur?" Bukannya menjawab dia malah berbalik bertanya.
"Siapa yang bisa tidur dengan pria lain diranjangnya!" Gia menggeram kesal melihat Raja Hantu menatapnya tidak bersalah.
"Istri, kita sudah tidur bersama selama ini, kamu tidak perlu malu." Memang Raja Hantu selalu disamping Gia ketika ia tengah tidur selama perjalanannya dan ia sudah merasa terbiasa.
Gia melemparnya dengan bantal namun hanya melewati tubuh rohnya. ���Enyah kau! Siapa yang menjadi istrimu?!?!"
Raja Hantu dengan santai berbaring miring dan menompang kepalanya dengan tangan, ia sangat suka segala ekspresi yang di keluarkan Gia. "Kamu adalah istriku."
Gia berteriak rendah tidak ingin orang lain mendengarnya, karena ia sudah frustrasi menghadapi pria tak tahu malu yang selalu mengikutinya selama ini. Mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik bahkan ia tidak pernah tahu siapa namanya.
Gia meraih tempat lilin yang berada di atas meja dan melemparkannya pada Raja Hantu walaupun ia tahu tidak bisa mengenainya tetapi setidaknya bisa melampiaskan emosinya.
Prangggg
Tentu saja Raja Hantu tidak mengelaknya dan membiarkan tempat lilin itu melewati tubuh rohnya. Ia melayang mendekati Gia dan mengurungnya dengan kedua tangannya, kali ini ia telah mendapatkan sedikit kekuatan dari tubuh aslinya yang bisa memperpadat tubuh rohnya sebentar.
"Kau tahu, hari ini kamu sangat cantik dan aku berharap bisa memilikimu sepenuhnya." Raja Hantu menatapnya tepat dimatanya agar ia memahami perasaannya.
"Sebenarnya aku tidak suka kau berdekatan dengan orang lain, tetapi jika itu membuatmu bahagia maka aku akan membiarkannya selama itu masih baik untukmu." Raja Hantu mengingat gadis bernama Yu Ren yang berteman dengan istrinya, gadis itu cukup baik dan pantas berteman dengannya.
"Jika tubuh asliku disini maka aku akan memelukmu setiap tidurmu." Ujarnya pelan ketika mengingat tubuh aslinya tidak bisa meninggalkan hutan terlarang.
Gia tidak bisa bergerak ketika melihat pandangan matanya yang dalam, tanpa mengatakannya pun Gia bisa mengerti keadaannya hanya lewat pancaran matanya.
"Kenapa kau tidak bisa keluar?" Inilah yang selalu membuatnya penasaran, kenapa ia hanya mencul dengan tubuh rohnya saja, ada apa dengan tubuh aslinya?
"Tubuhku terkurung selamanya dihutan terlarang karena sebuah kutukan." Ia mengatakan dengan jujur.
Gia mengerutkan dahinya mendengar hutan terlarang dari bibirnya. "Hutan terlarang? Kau... kau adalah Raja Hantu?" Gia sudah mendengar legenda Raja Hantu yang mengguncang Benua Tianzi.
"Yah mereka menyebutku seperti itu." Sebenarnya ia cukup geli mendengar rumor yang beredar tentangnya, menurutnya itu terlalu dilebih-lebihkan.
"Kenapa kau terkena kutukan?"
"Seingatku, aku tidak sengaja menemukan batu yang membuatku menjadi penerus keempat dan membuatku terkena kutukan ini." Sebenarnya ia merindukukan kebebasan yang pernah ia rasakan sebelum menemukan batu tersebut, walaupun ia memiliki kekuatan yang kuat bukankah itu omong kosong jika terjebak selamanya dalam sebuah hutan.
"Menurut ingat yang kuwarisi jika kita berkultivasi ganda maka kutukanku akan terhapus."
"APAAAA?!?!?!" Gia berteriak keras dan mendorongnya menjauh ketika mendengar ucapannya, ia akhirnya mengerti tujuannya mendekatinya ternyata untuk merayunya melakukan kultivasi ganda dengannya.
"Ternyata ini tujuanmu mendekatiku." Bentaknya keras.
Raja Hantu gelagapan menghadapi kemarahannya, ia tidak menyangka Gia akan sangat marah ketika tahu cara melepas kutukannya. "Istri aku tidak bermaksud seperti itu, aku telah menyukaimu pada pandangan pertama bahkan sebelum aku mengetahui kamu bisa menghapus kutukanku."
"Aku tidak percaya!" Gia memilih menutup hatinya dan membalikan tubuhnya agar tidak melihat Raja Hantu, kali ini ia merasakan rasa sakit hati yang telah lama ia tidak rasakan.
"Istri aku mendekatimu karena aku mencintaimu." Raja Hantu terus berusaha menyakinkan Gia akan tujuan tulusnya.
"Diam! Dan keluarlah!"
"Tapi aku-"
"Aku bilang keluar!" Dia berteriak keras dan menunjuk pintu menyuruhnya keluar.
"Baiklah aku akan keluar." Raja Hantu memilih keluar dulu dan menghadapi Gia ketika ia sudah mendinginkan kepalanya.
oOo
Gia bangun dan tidak melihat sosok transparan yang selalu mengikutinya, ia hanya diam dan melakukan aktivitasnya seperti biasa dan tidak lupa memoles wajahnya untuk menutupi identitasnya sebagai Jialin.
Tok Tok Tok
Gia mendengar suara ketukan pintu dan bangkit dari tempat duduknya untuk membuka pintu. Ia melihat Yu Ren yang menyapanya. "Selamat pagi, apakah tidurmu nyenyak?"
"Selamat pagi." Jawab Gia sedikit lesu.
"Kenapa denganmu? Kau tidak memiliki suasana hati yang baik?" Yu Ren dapat melihat ekspresi murung diwajahnya.
"Tidak apa-apa, mungkin aku terlalu lelah karena kemarin." Elak Gia.
"Ayo pergi minum teh di gazebo dekat kolam teratai." Yu Ren mengajak Gia agar memperbaiki suasana hatinya yang buruk.
"Baiklah."
Mereka akhirnya berjalan menuju tempat yang dibilang Yu Ren, tempatnya tidak terlalu jauh dari halamannya dan hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk sampai disana. Mereka memilih gazebo yang menampilkan pemandangan kolam teratai dengan baik dan Yu Ren meminta pelayan untuk membawakan teh untuk mereka.
"Ini makanlah." Yu Ren memberikan kue osmanthus pada Gia.
Gia menerimanya dan memakannya, ia merasakan rasa sangat enak dan memanjakan lidah. Ia tidak bersikap sopan dan mengambilnya sendiri dari piring.
"Kurasa kau sudah lebih baik setelah memakan kue ini." Ketika Yu Ren murung atau sedih biasanya ia akan memakan kue osmanthus untuk memperbaiki suasana hatinya yang buruk.
Mereka akhirnya mengobrol sambil menunggu pelayan membawakan teh, Yu Ren berusaha mencari topik yang akan membuat suasana hati Gia membaik dan ia terkadang menceritakan pengalamannya ketika mengambil misi. Gia menanggapinya dan tidak keberatan membagi pengetahuannya pada Yu Ren dan memberitahu teori teori baru yang ia temukan dari dunia ini, Yu Ren sangat kagum mendengarnya dan dengan hati hati mengingatnya jika suatu hari ia membutuhkan pengetahuan Gia.
Pelayan akhirnya datang membawakan teh, dan Yu Ren sendiri yang meraciknya tanpa bantuan pelayan. Walaupun terkadang ia bersikap seenaknya tetapi ibunya selalu mengajarkan kesopanan apalagi cara meracik teh yang wajib menjadi keahlian perempuan sehingga ia lumayan ahli melakukannya. Gia meminum teh racikan Yu Ren dan meminumnya perlahan, walaupun ia tidak tahu mengenai teh tetapi teh hasil racikan Yu Ren sangat baik dan ia menyukainya.
"Akhirnya aku menemukanmu." Tiba-tiba seorang pemuda menghampiri mereka.
"Shen gege." Yu Ren berseru ketika saudara laki-lakinya yang terpaut dua tahun menghampirinya.
"Ah Gia aku belum memperkenalkanmu pada gege, dia adalah gege ku namanya Yu Shen dan ge dia adalah temanku namanya Gia." Yu Ren memperkenalkan mereka karena belum pernah bertemu.
"Halo namaku adalah Gia dan aku berasal dari Kekaisaran Xue Ying." Gia memperkenalkan dirinya dengan sopan.
"Namaku adalah Yu Shen, salam kenal Gia." Ia memperkenalkan dirinya singkat, kemudian mengalihkan perhatiannya kembali pada Yu Ren.
"Fuqin memintamu untuk ke aula tengah."
(Fuqin = Ayah)
"Kenapa mencariku?" Tidak biasanya ayahnya memintanya pergi ke aula tengah yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu.
"Ada tamu penting yang ingin bertemu denganmu, dan jangan lupa mengganti pakaianmu." Yu Shen menatap pakaian yang dikenakan adiknya yang cukup sederhana dan tidak pantas untuk menyambut tamu.
"Baiklah." Yu Ren mengalihkan perhatiannya pada Gia. "Aku ke aula tengah dulu untuk menemui ayahku, kamu bisa disini untuk menikmati pemandangan dengan teh dan kue."
"Jangan khawatirkan aku, kau bisa menemui ayahmu." Gia sedikit mendorong Yu Ren ke arah Yu Shen.
Yu Ren mengangguk dan beralih pada Yu Shen. "Aku akan mengganti pakaianku dulu, gege bisa pergi kesana dulu."
"Baiklah jangan lama-lama." Kemudian ia menghadapi Gia. "Kuharap guniang dapat menikmati pemandangan kediaman kami."
"Shaoye, kediamananmu memiliki pemandangan sangat indah dan aku sangat menikmatinya." Gia tersenyum ketika membalasnya.
"Kalau begitu saya permisi dulu."
Yu Shen akhirnya meninggalkan mereka dan Yu Ren berjalan berlawanan arah untuk pergi ke halamannya untuk mengganti pakaian, ia tidak bisa membuat malu wajah ayahnya.
-TBC-