"Kangmas...," sapa Manis, saat kami berada di meja makan. Manis melayaniku menyajikan beberapa lauk kesukaanku yang sengaja ia masak sendiri. Memang seperti itu dia. Kalau aku marah, senjata andalannya adalah memasak semeja penuh makanan-makanan kesukaanku, agar aku mau dia ajak bicara. Sebab dia yakin, cintanya suami selain karena jatuh hati dengan paras istri, suami juga pasti akan luluh dengan masakan kesukaannya, yang dibuat langsung oleh istrinya sendiri. Dasar, pasti dia dapat senjata berbahaya itu dari Biung. Pantas saja aku ndhak bisa marah dengannya lama-lama. "Maaf jika kemarin aku marah-marah karena Hasnah. Sebenarnya aku ndhak bermaksud marah, Kangmas. Hanya saja, aku benar-benar lepas kontrol, tatkala Kangmas berkata yang endhak-endhak perkara Hasnah."