Download App
47.22% I beg You.. Please Love me!! / Chapter 17: Chap 17

Chapter 17: Chap 17

Nada kembali mengusap kasar pipinya saat lelehan air matanya kembali jatuh, ia menangis terisak dibawah temaram cahaya bulan yang hanya menyinari kamarnya kini. Perasaannya hancur, sakitnya tak terbendung lagi, seluruh kesakitan yang pernah ia rasakan tak pernah sebanding dengan apa yang ia alami saat ini. Ya Tuhan, sudah cukup.. tidakkah semua yang ia alami belakangan ini sudah terlalu menyedihkan? Sampai kapan Tuhan akan menguji Nada? Nada tidak sekuat itu, jangan beri cobaan yang menyakitkan lagi seperti ini. Sekarang Nada harus bagaimana? Otaknya stagnan, tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain menangisi hidupnya. Jeritan pilunya bahkan menyayat hati siapapun yang mendengar. Tangannya yang bergetar tidak hentinya mengusap perutnya. "K-kau....kau bahkan belum be-berbentuk" gumamnya di sela isak tangisnya. Nada menelengkupkan wajahnya diatara dua lututnya yang ia tekuk. "Ya Tuhan..." gumamnya lagi dengan lirih. Ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu. Saat kedua kakinya melemas karena perkataan dokter itu. Bahkan ia merasa kakinya tak mampu lagi menompang tubuhnya yang hampir saja jatuh di kerasnya lantai jika saja Kira tidak bergegas mendekap tubuhnya..

"Nada.. tenanglah duduklah dulu" ucap Kira prihatin, matanya pun ikut berkaca seolah merasakan apa yang Nada rasakan. "Bagaimana aku bisa tenang?" Lirih Nada, tangannya mencengkram kuat lengan Kira. "Katakan padaku Kira bagaimana aku bisa tenang?" Tanyanya sekali lagi dengan derai air mata yang mengalir. Kemudian Ia menutup seluruh wajahnya sebab tidak kuat menahan isakannya yang hebat. Bahkan tubuhnya terus bergetar didalam pelukan Kira. Oh Tuhan kuatkan wanita ini batin Kira berdoa.

"Ke-kenapa bisa seperti ini?" Gumam Nada pelan. "Maafkan aku Nada, tapi aku harus mengatakannya" Dokter laras selaku dokter yang memeriksa Nada berujar. Ini memang berita menyakitkan, tapi sebagai seorang dokter ia harus mengatakan yang sejujurnya, bahwa ada masalah pada kandungan Nada, perempuan hamil itu mengidap gagal ginjal stadium lanjut, laras khawatir ini akan sangat berbahaya untuk keduanya, itulah sebabnya ia tidak mungkin mengatakan bahwa Nada baik-baik saja. "Kau harus menggugurkan bayimu Nada, dan kau harus melakukan operasi" sambungnya membuat tangisan Nada semakin pecah. "Apa??? Tidak!!! Oh Tuhan.." teriak Nada frustasi. "Nada.." Nada menoleh kepada Kira, ia menggenggam jemari Kira dengan erat, menatap dengan pandangan memohon, berharap Kira bisa menolongnya "Ki-kira kumohon katakan itu salah! Dia bahkan belum berbentuk Kira. Bagaimana mungkin aku tega membunuhnya" katanya dengan terbata-bata akibat menangis, pun Kira hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan, ikut menangis. Tidak ada cara lain, Nada harus menggugurkan janinnya atau keduanya tidak akan terselamatkan. "Tidak ada cara—"

"Sampai matipun aku tidak akan menggugurkan bayiku!!" Potong Nada cepat, tidak boleh! Memangnya mereka siapa? Mereka bukan Tuhan! Nada tidak akan menggugurkannya.

"Itu berbahaya Nada.. kau tidak akan terselamatkan, bahkan bayimu juga"

"Lantas kenapa aku harus mengorbankan bayiku Kira? Kau seorang ibu! Sanggupkah kau melakukannya?" Kira diam tercekat, sanggupkah ia? Sebagai seorang ibu, Kira tidak akan sanggup melakukannya, ia yakin jika ini terjadi padanya iapun akan seperti Nada. Tapi bagaimana ini? sebagai seorang dokter, Kira tidak akan membiarkan pasiennya dalam bahaya.

"Ini demi kebaikanmu" katanya lirih...

Nada tercengang, ia mengatup bibirnya pandangannya semakin menyedihkan "Aku tidak akan melakuknnya. Kumohon jangan paksa aku."

"Nada—"

"Aku akan berjuang Kira, sungguh aku akan menjaganya, tapi jangan memintaku untuk membunuh bayiku"

"Nyawamu bisa tidak terselamatkan!!"

"Aku tidak peduli!"

"Bahkan kaupun akan kehilangan bayimu nantinya?"

"Tidak akan!! Dia akan tetap hidup sampai tua. Aku tidak akan membiarkannya, biar Tuhan yang menjaga kami"

Berakhir dengan ingatannya, Nada kembali menghapus air matanya. Benar, seperti apa yang dikatakannya tadi kepada Kira, ia tidak boleh menyerah, dia akan melakukan apapun demi menyelamatkan bayinya. Ia menundukan kepalanya, mengusap perutnya pelan, digigit bibir bawahnya sebelum berucap kembali "Kau akan terus hidup nak. Ibu akan menjagamu!" Katanya lalu suara deru mobil yang memasuki halamannya mengalihkan Nada, ia kemudian menuju jendela kamarnya, melihat Devian yang baru saja keluar mobil telah kembali pulang, pandangan Nada terus terpaku pada Devian, kali ini Nada bertekad, ia akan egois kali ini, hanya sampai bayi ini terlahir, ia akan mempertaruhkan semuanya

✖️✖️✖️

Devian melangkah kedalam rumah dengan lunglai, pakaiannya kini hanya kemeja putih yang digulung bagian lengannya hingga siku, jas hitam yang biasa ia kenakan sudah ia sampirkan di lengan kirinya sembari menjinjing tas dan dasinya sudah ia lepas dari tempatnya. Sedangkan tangan lainnya yang bebas ia gunakan untuk memijit antara pangkal hidung sampai keningnya sebab pening melanda pada bagian itu. Ah hari ini melelahkan sekali untuk Devian karena tiba-tiba saja perusahaannya tertimpa masalah yang untungnya bisa ia selesaikan saat itu juga. Hanya saja masalah kecil itu cukup menguras tenaga Devian hingga ia bahkan harus meninggalkan Nada yang kesakitan tadi.

Oh baru saja teringat, bagaimana perempuan itu? Dimana dia? Apakah keadaannya baik-baik saja? Lalu tepat saat ia membuka pintu rumahnya, Nada sudah berdiri dihadapannya dengan wajah pucat. Ekspresinya dingin tidak terbaca, tapi matanya bengkak seperti habis menangis. Apa yang terjadi? Apakah ia masih merasa sakit. Seketika ia jadi cemas, Nada baik-baik sajakan?

Nada terlihat menghembuskan nafasnya, ia tersenyum dengan tulus untuk pertama kalinya dihadapan Devian, membuat pria itu tertegun dan menyadari betapa cantiknya istrinya.. betapa ia tampak seperti dewi dengan balutan dress putih selutut, betapa kulitnya tampak bersinar dibawah lampu. Dan untuk pertama kalinya, rasa benci itu menghilang tergantikan dengan debaran jantung yang tak normal.

"Aku tahu ini terlambat... sebulan kau bersamaku pasti menjadi hari yang paling buruk untukmu."

Tunggu apa yang ingin dikatakannya, Devian tidak bisa memfokuskan pikirannya. Entah apa yang ingin dikatakannya rasanya Devian tidak ingin mendengarnya.

"Sekarang.." Nada menggigit bibir bawahnya, rasanya sulit untuk melanjutkan kalimatnya, tapi dia sudah bertekat bukan? "Aku menyerah, ma-maaf karenaku kau tertekan, tapi sekarang kau bebas" Nada tersenyum kembali sebelum melanjutkan kalimatnya

"Kita... kita... akan bercerai, tapi bisakah kau menungguku hingga aku melahirkan? Dan selama itu bisakah kau bersikap baik denganku?"

Saat itu juga entah mengapa seketika perasaan marah merasuki diri Devian. Rahangnya mengetat keras, ingin mengumpat dengan keras tapi tidak tahu kenapa. Maka tanpa membalas ucapan Nada ia berlalu begitu saja, meninggalkan Nada yang terpaku ditempatnya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C17
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login