Download App
34.28% Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 60: Janji Hans

Chapter 60: Janji Hans

Ben kembali ke tempat Valen setelah mengantar mama Valen ke apartement Valen.

" Bagaimana keadaan mama?" tanya Valen.

" Baik, Bos!" jawab ben.

" Mama pasti sangat terpukul dengan semua ini!" ucap Valen.

" Sepertinya Nyonya besar biasa saja, Bos!" sahut Ben.

" Apa maksud kamu?" tanya Valen menatap Ben.

" Nyonya Besar tadi malah menelpon temannya dan bisa tertawa lepas!" jawab Ben.

" Benarkah?" tanya Valen bingung.

" Iya, Bos!" jawab Ben.

" Tertawa lepas?" ucap Valen membeo.

" Iya, Bos! Kata Nyonya Besar dia bahagia karena Bos sudah nikah!" kata Ben.

" Serius?" tanya Valen masih tidak percaya.

" Serius, Bos!" jawab Ben. Valen termenung di kursinya, dia bingung harus sedih atau bahagia.

" Apa kita istirahat dulu, Bos?" tanya Ben.

" Tidak! Semua sudah siap! Aku hanya bingung apa yang akan kukatakan pada Tata jika dia bangun!" kata Valen dengan wajah sedih.

" Serahkan pada kita, Bos! Nyonya pasti membutuhkan Bos besok!" kata Ben.

" Iya, Bos!" sahut Hans.

" Ok! Tapi aku ingin dia hidup dan kalian bawa padaku!" ucap Valen dengan wajah yang menggelap.

" Siap, Bos!" jawab Ben lagi.

" Aku percayakan nyawa anakku pada kalian! Aku harus ke RS!" ucap Valen.

" Siap, Bos!" jawab Ben dan Hans bersamaan. Valen bangkit dari kursinya dan meraih jasnya, dia memakainya lalu berjalan ke arah pintu.

" Bos!" panggil Hans.

" Hmm?" sahut Valen melihat Hans.

" Maaf, saya mengecewakan semua orang!" ucap Hans menundukkan kepalanya.

" Sudahlah! Semua telah terjadi! Kamu hanya manusia biasa!" jawab Valen. Hans tidak menyangka jika Valen akan berkata seperti itu padanya, dia sangat terharu dengan sikap Bosnya itu, meskipun masih muda dia adalah pemimpin yang bijaksana.

" Trima kasih, Bos! Saya berjanji akan membawa Non Reva dengan utuh!" ucap Hans tegas.

" Aku pegang janjimu!" jawab Valen sambil tersenyum. Valen pergi ke RS diantar oleh Ben. dia tertidur di mobil akibat kelelahan. Ben tidak tega membangunkan Valen saat sampai di RS, tapi dia harus karena dia takut jika Tata bangun Valen tidak disampingnya akan membuat Tata sedih.

" Bos! Bos!" panggil Ben. Valen perlahan membuka matanya dan melihat ke arah Ben.

" Sudah sampai, Bos!" ucap Ben.

" Hmm!" jawab Valen. Ben membuka pintu mobil dan Valen keluar sambil membawa buah-buahan.

" Kamu balik saja!" ucap Valen.

" Iya, Bos!" jawab Ben sambil menutup pintu mobil. Valen berjalan masuk ke dalam RS, dia menuju ke IGD dan duduk diruang tunggu. Astaga! Beruntung sekali Tata, dia rela tidur disini hanya untuk menunggu istrinya! batin seseorang yang menatap Valen.

" Valen!" seseorang menyentuh lengan Valen untuk membangunkannya.

" Vanya!" ucap Valen.

" Istri lo sudah dipindah ke ruang VVIP!" ucap Vanya.

" Trima kasih! Kamu kembali?" tanya Valen.

" Ada operasi mendadak! Gue harus datang!" jawab Vanya.

" Dimana istri gue?" tanya Valen.

" Suster!" panggil Vanya saat ada suster keluar dari IGD.

" Ya, suster!" jawab Perawat itu.

" Antar Pak Valen ke ruang istrinya di VVIP Mawar!' kata Vanya.

" Mari, Pak!" ajak perawat itu.

" Gue pergi dulu, Nya! Thanks!" ucap Valen.

" Sama-sama!" jawab Vanya. Vanya menatap punggung pria yang dicintainya itu dengan wajah sedih. Valen telah sampai di ruangan Tata, dia lupa jika dia menyuruh anak buah Ben menjaga Tata, harusnya dia menelpon mereka saja, nggak perlu tidur di kursi tunggu IGD. Valen masuk dan melihat istrinya terbaring di brankar dengan wajah sedikit pucat. Maafin aku sayang! Aku tidak bisa menjaga anak-anak kita dengan baik! batin Valen sedih, sebenarnya batinnya terpukul dengan peristiwa ini. Dia memiliki kekuasaan dan uang yang banyak, tapi menjaga keluarga kecilnya saja dia tidak bisa. Tanpa terasa airmata Valen menetes dikedua pipinya, dia duduk disisi brankar Tata dan memegang tangannya.

" Kamu harus kuat sayang! Kita akan memiliki anak lagi sebanyak yang kamu mau!" ucap Valen mengecup tangan Tata lembut. Tidak lama kemudian Valen tertidur bersandar di pinggir brankar dengan duduk di kursi.

Bola mata Tata bergerak-gerak dalam keadaan matanya yang terpejam. Perlahan dibukanya mata bulatnya dan dia memandang ke sekeliling ruangan. Dimana gue? Akhhh! Kenapa perut bawah gue nyeri? batin Tata. Matanya terpaku pada sosok di samping brankarnya yang sedang tertidur dengan nyenyak. Suamiku! Kenapa kamu sangat tampan? Seandainya aku boleh, aku akan menguncimu di dalam kamar hanya untuk diriku saja! batin Tata. Tata tersenyum lembut, dibelainya rambut ikal suaminya yang sedikit terlihat berantakan tapi tidak mengurangi ketampanannya. Valen merasa sedikit terganggu dengan usapan lembut di rambutnya. Dibukanya matanya yang terasa sedikit berat akibat kelelahan, sebuah wajah cantik dengan senyumnya yang menawan sedang menatatapnya lembut. Valen masih belum sadar jika wajah yang ditatapnya adalah Tata.

" Kenapa wajahmu seperti wajah istriku?" ucap Valen dengan setengah sadar. Tata tersenyum dan ingin rasanya dia tertawa lebar melihat kelucuan suaminya.

" Ini memang aku sayang!" jawab Tata lembut mengelus pipi Valen lalu bibirnya.

" Sayang? Reyn! Kamu sudah sadar!" ucap Valen dengan mata yang terbuka lebar.

" Kamu nggak pa-pa? Dimana yang sakit? Disini atau disini? Dimana?" tanya Valen sambil memegang beberapa bagian tubuh istrinya dengan panik.

" Sayang! Valentino Abiseka!" panggil Tata yang merasa jika suaminya terlalu berlebihan.

" Ya?" jawab Valen seperti orang yang kebingungan.

" Kemarilah!" panggil Tata lagi sambil tersenyum mesra pada suaminya. Valen mendekati Tata.

" Majulah!" kata Tata lagi yang masih berbaring dibrankarnya dan Valen memajukan wajahnya hingga wajah mereka berdekatan. Cup! Tata mengecup lembut bibir suaminya.

" Morning Kiss!" ucap Tata dengan wajah merona. Valen terkejut dengan sikap Tata, sepertinya dia belum menyadari kenapa dia ada di RS ini.

" Apa kamu tidak menyukainya?" tanya Tata cemberut. Valen segera menyadari jika Tata sedang cemberut, dengan cepat dia membalas kecupan istrinya. Cup! Tata terkejut melihat Valen yang mengecupnya balik.

" I love you, Reyn!" ucap Valen lembut di telinga Tata.

" I love you more!" jawab Tata.

" Permisi! Selamat Pagi, Bu Renata! Bagaimana keadaan Ibu pagi ini?" tanya seorang perawat yang mengantarkan makanan untuk Tata.

" Baik! Trima Kasih!" jawab Tata.

" Jangan sedih, ya, Bu! Ibu harus kuat! Saya juga pernah keguguran!" ucap perawat itu.

" Kau..." ucap Valen menatap perawat itu tajam. Perawat itu terkejut dengan tatapan Valen yang menurutnya mengerikan.

" Keguguran? Apa maksud kamu? Siapa yang keguguran?" Tata memegang perutnya.

" Val! Siapa yang keguguran?" tanya Tata lagi sambil menggoyang-goyang tubuh Valen.

" Kamu tenang dulu, Ok! Pergi!" teriak Valen pada perawat itu. Perawat itu ketakutan dan pergi sambil menangis.

" Val! Tatap aku!" pinta Tata. Valen memejamkan matanya.

" Valentino Abiseka!" teriak Tata, dis mengganti posisi tidurnya menjadi duduk.

" Ahhh!" Tata meringis merasakan nyeri di perutnya.

" Sayang! Kamu nggak pa-pa?" tanya Valen yang mendengar Tata meringis kesakitan.

" Jawab aku! Siapa yang keguguran?" tanya Tata dengan mata sayu, perasaannya kacau, dia takut.

" Sayang! Kamu yang sabar ya! Kita bisa membuat lagi sebanyak yang kamu mau!" hibur Valen.

" Apa maksudmu?" tanya Tata mengerutkan dahinya.

" Kamu...kita...kehilangan calon anak kita!" ucap Valen pelan, tapi Tata bisa mendengarnya dengan jelas.

" Nggak! Kamu bohong! Kamu bercanda kan? Nggak mungkin!" ucap Tata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Sayang..."

" Tidakkkkkkk!" teriak Tata lalu tubuhnya tiba-tiba lemas dan terjatuh kebelakang.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C60
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login