Sementara para bajak laut terus mencari kota emas, pertempuran antara para pasukan Enel dan Shandian sedang terjadi. Perang kecil itu sama sekali tidak ada apa-apanya dengan apa yang akan terjadi, tetapi kedua belah pihak juga memusuhi para bajak laut dan orang yang memiliki posisi tinggi di kubu mereka bisa menantang para bajak laut dengan kekuatan yang setidaknya setara.
God Enel berkeliling, menyerang orang-orang yang membuatnya tertarik, tidak menemui perlawanan yang berarti karen buah iblis logianya yang sangat kuat. Meskipun dia telah kehilangan dua dari pendetanya di hari sebelumnya, dia tidak peduli, memperlakukan semuanya sebagai permainan sempurna untuk mengurangi kebosanannya.
Luffy terus mengikuti Robin, meskipun Luffy secara pribadi tidak terlalu tertarik pada reruntuhan. Mereka menemukan beberapa reruntuhan dan prajurit enel yang berani menyentuh reruntuha dengan cara yang tidak cukup hati-hati, di bereskan dengan cepat dan menyakitkan oleh lengan yang tidak bertubuh.
"kau tahu, aku tidak tahu kenapa kau terus mengikutiku jika kau kesal denganku, Kapten-san." Robin bertanya setelah mereka mencapai reruntuhan kecil lain yang bersejarah.
"Aku tidak kesal, Robin." Luffy menjawab. Robin berbalik dan menatapnya.
"kau tampak seperti kesal." Robin memberitahunya. Luffy kemudian menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya memikirkan sesuatu." Luffy memberitahunya.
"Masa lalumu?" Robin bertanya. "Aku minta maaf jika aku menybabkan beberapa kenangan menyakitkan muncul ..."
"Tidak." Luffy menjawab. "Toh aku selalu memikirkan itu."
Robin menaikkan alisnya mendengar ini, tetapi percakapan mereka terganggu karena mendengar langkah kaki mendekati mereka.
"Wah, wah, wanita muda yang cantik." sebuah suara muncul. Keduanya berbalik. Di belakang mereka berdiri seorang pria seperti gunung. Dia memiliki rambut hitam panjang serta beberapa buah dagu, yang dengan cepat disadari oleh Luffy.
"Apakah kau salah satu dari pasukan Tuhan?" Robin bertanya. Pria besar itu lalu tampak tersinggung dengan perteanyaan ini, karena dia mengambil langkah maju dan berteriak.
"Tutup mulutmu yang kurang ajar itu." dia mengancam dengan nada menegur. "Aku kepala pasukan pelayan God Enel. Namaku Yama."
"Dan apa yang kau inginkan di sini, Kepala Pasukan-san?" Robin bertanya dengan nada ramah.
"kau akan segera melihatnya!" Yama berteriak dengan seringai jahat. "Meeeh!"
Luffy berkeringat, sementara Robin hanya menatapnya. Beberapa burung terbang menjauh dari pepohonan di dekatnya.
'Serius ...' pikir Luffy, tetapi kemudian dia menyeringai.
"Jadi, akankah kau memberi tahu kami apa yang kau inginkan, perut Gunung?" Luffy berkicau dengan suara ceria. Robin menatapnya dengan bingung.
"Adakah yang pernah memberitahumu bahwa kau terlalu blak-blakkan?" Robin bertanya. sementara Luffy hanya menyeringai.
"Oh, sudah." Luffy menjawab. "Berkali-kali."
Robin hanya menggelengkan kepalanya sambil sedikit tersenyum. Namun, Yama tidak senang dengan ucapan Luffy.
"kau akan membayar kata-kata kurang ajar itu, Nak!" Yama berteriak dan melompat ke udara. Dia ternyata cukup cepat dan gesit untuk ukuran pria segemuk itu.
"DROP MOUNTAIN!" lelaki gemuk itu mengumumkan dan seperti nama teknik yang dia teriakkan, ia langsung jatuh ke arah Luffy. Bajak laut topi jerami itu dengan cepat mengarahkan ibu jari tangan kanannya ke mulutnya dan menggigitnya.
"Gear Third." dia mengumumkan dan meniupkan udara ke tangannya dan tangannya langsung berubah menjadi besar. Setelah membesar, Luffy hanya menangkap pria gunung yang jatuh dengan cepat dan menahannya dengan tangannya.
"Hei!" Yama berteriak dari genggaman Luffy, menggeliat dalam genggamannya. "Lepaskan aku!"
Luffy menoleh ke temannya.
"Kupikir kau tidak akan terlalu senang jika dia menghancurkan reruntuhannya." Luffy memberitahu Robin. "Di mana aku harus meletakkan orang ini?"
Robin berkedip beberapa kali dan kemudian menunjuk ke kejauhan dari reruntuhan. Mereka berjalan ke arah itu. Setelah mereka meninggalkan reruntuhan, Luffy menoleh ke Robin.
"Apa yang harus aku lakukan dengannya?" Luffy bertanya padanya. Keduanya lalu memandang Yama yang menggeliat di tangan Luffy.
"Aku ingin tahu berapa lama untuk membersihkan darahnya dari tanganmu jika kau meremasnya sampai mati?" Robin bertanya dengan nada yang benar-benar tanpa emosi. Mata Luffy melebar mendengar pertanyaan robin.
"Serius, Robin!" Luffy berteriak padanya. "Itu menjijikan!"
Robin hanya tertawa melihat ekspresinya. Luffy cemberut dan menurunkan pria gemuk itu ke tanah. Yama terengah-engah selama beberapa saat dan kemudian menatap marah pada Luffy, yang tidak bergeming oleh tatapannya.
"Sekarang, minta maaf kepada Robin karena mencoba menghancurkan reruntuhannya!" Luffy memerintah dengan suara kekanak-kanakan. Robin tertawa di belakangnya.
Yama bertambah marah mendengar ucapan Luffy.
"DROP MOUNTAIN!" dia berteriak dan melompat ke udara lagi, mencoba untuk mendarat tepat di atas Luffy. Namun, bajak laut itu bisa menghindar dengan muddah dan ketika Yama melompat untuk ketiga kalinya, lengan-lengan tumbuh dari pohon di dekatnya dan menangkapnya.
Setelah itu, kekuatan gabungan dari ratusan lengan menghantamkan pria itu ke batang pohon di depannya dan yama kemudian meluncur dari batang pohon ke tanah. Setelah beberapa menit tulang patah, terbanting dan jatuh, kepala pasukan Enel itu berhasil di bereskan.
Luffy tidak ikut campur, meskipun Luffy berpikir jika dia yang melakukannya, itu tidak akan begitu menyakitkan untuk pria gemuk itu.
"Aah, senang rasanya menjadi karet!"
Robin dan Luffy kemudian menemukan sebuah bangunan besar yang hancur, dengan tangga menuju ke suatu tempat. Robin tampak sangat bersemangat saat menemukannya dan segera berlari ke tangga, sementara Luffy mengikuti di belakangnya. Robin membersihkan awan pulau yang menghalangi jalan ke lantai yang lebih rendah.
Ketika mereka mencapai level yang lebih rendah dan keluar dari pintu masuk, mereka menyadari. Mereka telah mencapai Shandora, city of gold. Kecuali tidak ada satu pun emas yang terlihat.
Sementara itu, Chopper telah mengalahkan pendeta bernama Gedatsu dan memanjat pohon kacang raksasa yang juga dikenal sebagai Giant Jack. Namun begitu tiba di sana, Chopper dengan cepat dikalahkan oleh pendeta yang tersisa, Ohm.
Setelah beberapa saat, Zoro, Wiper, Gan Fall serta banyak prajurit dari kedua pihak yang bertikai juga tiba di lokasi itu, kemudian pertempuran tiga arah antara Zoro, Wiper dan Ohm dimulai. Wiper serta Ohm memusuhi semua orang yang ada kecuali tentara mereka sendiri, Zoro fokus pada Ohm, tetapi terpaksa melawan Wiper juga, sementara Gan Fall mencoba melawan Ohm juga, sampai di kemudian ditelan oleh pendatang baru lainnya di tempat itu, ular raksasa berwarna biru.
Setelah pertempuran yang keras dan destruktif, Zoro berhasil mengalahkan Ohm. Wiper bersiap untuk melawan Zoro, sementara Ular raksasa itu terus menganggu mereka semua, tidak diragukan lagi menjadi makhluk yang paling kuat di medan perang itu.
Ketika Robin dan Luffy menjelajahi reruntuhan, derak listrik terdengar di sekitar mereka.