POV BEY
Setting : Suasana kamar Bey yang berantakan, Bey yang sedang tenang dinrias oleh seorang MUA profesional berikut dua asistennya yang masih muda, Willa dan Dina yang tak memalingkan wajah sedetik pun, mereka berdua fokus melihat proses make up di wajah Bey
Kamar sangat berantakan saat ini, beberapa kotak dengan isinya, peralatan make up dan beberapa pakaian yang tergeletak begitu saja
-
-
-
Aku menatap sekeliling kamar, semuanya berantakan, di atas kasur penuh kotak kaca untuk calon mertuaKu nantinya. Sisa sisa potongan kain yang bertebaran hingga ke lantai kamar, suhu ruangan ini juga terasa hot, betapa hectic saat saat ini .
Triiingg...
Aku menjangkau ponsel tanpa menggeser duduk ku, Dina dan Willa masih sibuk dengan riasan wajah ku, sebenarnya mereka berdua tidak banyak membantu perihal makeup ku, justru keberadaan mereka membuat penata riasKu gugup, tentu saja .
" Oh my gosh, gue masih belom percaya kalo Bey duluin kita Din "
" sama gue juga ! tapi Reo itu super banget ga sih ? " aku melirik Dina, matanya seperti berbinar binar saat menyebut nama Reo, aku mengeryitkan dahi, dia melirik ku dan tertawa meledek.
" tenang Bey, Reo hanya untuk mu seorang ko.. " Kalimat Dina membuat tawa pecah mengisi kamar kecil ku
Ah aku sampai lupa melihat pesan singkat di ponsel ku, saat bersama kedua sahabat ku ini sering kali membuat ku lupa diri.
' Bey gimana persiapan weddingnya ? "
Aku membaca pesan singkat Ailee, ah gadis ini masih saja belum pulang, padahal weekend ini acara pernikahan ku dan Reo akan berlangsung. Pasti pekerjaanya sangat penting sampai sampai baru sempat memberikan kabar setelah beberapa hari tidak balas pesan ku. Reo sangat mengkwatirkan adik kecilnya, tapi Ailee selalu bilang dia baik baik saja di sana.
" Wah Bey cantik bangeet, bikin envy " celetuk Willa saat MUA yang merias mu mulai membereskan peralatan makeupnya.
" aah sumpaaah natural look yg super kawai.. " balas Dina dengan kedua jempolnya.
Saat Dina masih asik mengabadikan riasan mu, Willa sudah merayu perias supaya hari H bisa dpt slot untuknya.
" iya dong, gue kan juga mau pangling hehee " komilah Willa tak mau kalah
Semua persiapan sudah hampir selesai, semoga semua berjalan lancar, rasanya sulit sekali mengatur degub jantung ku, semua terbayang silih berganti, membuat ku cemas.
Aku bahkan tidak bisa menghubungi Reo seperti biasa.
Kami sangat sibuk dengan persiapan masing masing. seandainya Ailee ada disini, ah anak cerewet itu, kenapa dia belum pulang juga ? kalau dia ada bersama Reo pasti dua puluh empat jam dia akan melaporkan kegiatan Kakaknya tanpa harus ditanya terlebih dahulu. ternyata tingkah dan ocehannya membuat ku rindu.
Aku menatap diri di cermin, riasan yang simple, gaun yang sederhana, aku menyukai kilau swarowski di bagian pinggang ku, tanpa sadar aku tersenyum sendiri menatap pantulan diri.
Pada akhirnya aku akan menikah dan pasangan ku adalah Reo, kakak dari Ailee. Kapan ya pertama aku mengenalnya ? ah di kampus ! bahkan sejak awal Reo sudah baik pada ku. Dialah yang mengabari perihal Mario saat itu.
Mario.
Katanya Dia akan datang dan melamarku dengan benar, bahkan sampai saat ini sekata kabar pun tidak aku dapatkan. Apa Mario itu nyata atau hanya khayalan ku saja ?
Banyak orang bilang first love never die, ah itu membuat ku ingin tertawa, mungkinkah cinta pertama tidak akan pudar ? cinta pertama ku rasanya bisa membuat aku mati, mati sesak !
Seperti yang orang juga bilang, itu hanyalah cinta monyet. cinta yang tidak jelas akan menjadi apa, cinta dengan emosi bergejolak, saat itu aku hanyalah anak SMA yang masih polos, tidak mengerti harus seperti apa bersikap. Anggaplah Mario hanyalah sebuah halusinasi, aku akan melupakan dia.
" Sayang, aku nervous banget, semoga semua lancar ya ? ya ampun kayaknya aku demam deh "
Sontak aku menekan tombol panggilan begitu selesai membaca pesan singkat dari Reo.
" Kamu sakit yang ? " ujar ku cepat
" enggak ko yang. Aku hectic aja hehe " jawaban Reo membuat ku lega
" serius kamu? " ujar ku mencoba meyakinkan diri sendiri sekali lagu
" Engga sayang, aku cuma kangen sama kamu, gimana disana, lancar? " tanya Reo dengan nada seperti biasa, ah dia jelas tidak sakit jika djmi dengar dari suaranya
Aku menarik nafas lega mendengar suara di seberang sana yang mulai bisa mengatur emosinya, ketegangan sedikit mulai memudar, sebenarnya aku juga merasa gelisah menghadapi hari penting kami, tapi beberapa obrolan ringan, suara tawa bersama teman cukup melegakan ku. Aku merasa suara hangat Reo juga mampu membuat ku merasa nyaman dan tenang.
****** ******
POV AILEE
Setting : Ailee berdandan layaknya artis Eropa 70an, dengan topi pendora dan kacamata cat eye, dia mengintip dari balik dinding kaca rumah sakit, dia sudah mengantongi izin sebagai relawan di sini, hanya saja dia belum berani memulai pekerjaanya
-
-
-
Aku mengunjungi rumah sakit ini lagi, ini kali ketiga aku berada disini, jika kemarin aku melihat Mario dibantu wanita itu (entah siapa) terapi berjalan, tidak dengan hari ini.
Mario mencoba berjalan dengan kesusahan, kedua tangannya berpegang dua besi penyangga di lajur lajur jalannya. Aku masih sedikit ragu untuk mendekat dan memperlihatkan diri, aku berpikir hanya akan menatap dari jauh saja.
Mario mencoba menjangkau langkah demi langkah, keringatnya mulai bercucuran, wajahnya sering sekali mengeryit, dia seperti menahan sakit, bahkan untuk menyeret kakinya terasa amat sulit sekali. Aku melihat beberapa kali Mario terjatuh dan berusaha bangkit.
Bruukk!!
Tubuhnya tumbang lagi, kali ini punggungnya hampir menyentuh lantai yang beralaskan karpet, ingin aku berlari menghampiri dan membantunya berdiri, tapi lagi lagi aku harus bisa menahan diri.
Dia berusaha bangkit tapi raut wajah Mario mengeryit, sangat terlihat sekali menahan rasa sakit, ekspresinya membuat dada ku bergemuruh, aku tidak sanggup hanya melihatnya saja seperti ini.
Aku menjulurkan tangan, mencoba membantunya berdiri, dia menatap wajah ku sebentar, sepertinya dia memang membutuhkan bantuan, tidak lama dia menerima uluran tangan ku. Selain telapak tangannya yang hangat ternyata badannya sangat berat hiksss, rasanya tubuh ku akan ikut tumbang.
Aku berusaha membantunya menjangkau pegangan di kiri dan kanan, mengambil kursi rodanya dan membantu dia kembali duduk di wheel chairnya.
" terimakasih " ucapnya singkat, aku tersenyum kecil sambil mendorong kursi rodanya. Aku mendorong kursi roda Mario tanpa ragu, beberapa hari ini membuat ku hapal jadwal kegiatan dia.
" namamu siapa ? " tanya Mario datar
Aku berhenti sebentar, tidak kusangka dia akan menanyakan nama ku, apa dia mengingat mu dengan jelas ya? kejadian di cafe waktu itu.
" mmm.. nama ku Princess " gurau ku
" Princess ? " Dia menoleh sebentar ke arah ku. Aku memasang senyum lebar, sambil merapikan topi yang aku kenakan.
" Princess Fendi? " Aku mengeryitkan dahi
" Fendi? " tanya ku tak paham
" hehehe, aku lihat kamu sangat menyukai brand itu " kudengar suara tawa kecil dari bibir Mario, hah dia bisa tertawa juga ? pasti wajahnya lebih menarik kalau sedang tertawa, cuma sayang dia bukan tipe ku
Eh, tapi apa tadi dia bilang ? Princess Fendi? Aku menatap bayangan diri di kaca, celana dan blouse dengan print fendi, topi fendi tas fendi, aaah pantas saja !
" Aku melihatmu beberapa hari ini, apa keluargamu ada yang sakit ? " aku sedikit bingung mendengar pertanyaan Mario, dia beneran gak mengenal ku? dia tidak tau aku teman Bey? yang benar saja pria ini, dia selain cengeng juga pelupa, amu cuma bisa menggelengkan kepala, dia cuma menang tampang doang ternyata.
" iya, aku rasa teman ku sedang sakit di sini, aku ingin membantunya " jawab ku asal, tentu saja yang ku maksud dia sendiri
" Kamu baik sekali Princess " ya ampun, ada-ada saja, masa dia percaya itu namaku ? Mario ini seperti apa sih, masa dia tidak tau kalau itu hanya lelucon, pasti hidupnya sangat kaku, aku rasa begitu
Ck ckkkk Bey kau harus berterima.kasih padaku, beruntunglah kau dengan kak Reo, hidupmu akan datar seperti papan kalau bersama dia
" menurut mu, teman.ku sakit apa? " Aku melangkah menghadap Mario dengan pertanyaanku. Dia menengadahkan kepalanya menatap wajah ku, raut wajahnya berubah bingung, tapi aku membalasnya dengan senyum dan wajah yang kubuat seceria mungkin.
" teman ku itu selalu terapi berjalan, dan mengunakan kursi roda " wajahnya semakin bingung, aku hanya tersenyum lebar
" Maksudmu? "
" Maksud ku .. " Aku mendorong Mario memasuki ruangannya.
" jadi maksud ku.. maukah kau jadi teman ku ?"
Aku menatap dalam mata Mario yang menoleh ke arah ku, bayangan senyum ku tertangkap jelas dalam bola matanya, mata yang sendu seperti menyimpan banyak luka disana. Aku tidak pernah mengenal mu, dan Aku tidak ingin terjun ke dalam masalah orang lain tapi aku tidak ingin orang lain juga memiliki bola mata penuh luka seperti bymu. apalagi orang yang aku cintai.