Zizi memandangi wajah adik iparnya yang tertidur lelap. Di balik tubuh bongsornya, Alba masih anak remaja pada umumnya. Terlalu muda baginya melewati kejadian semengerikan semalam. Trauma masa kecil Zizi akibat tersesat di pantai terus menghantuinya hingga dewasa. Zizi khawatir Alba akan mengalami trauma. Zizi tidak ingin kejadian semalam mengubah apapun darinya. Jangan sampai Alba menjadi pendiam dan pemurung, apalagi penakut seperti dirinya.
Zizi memeluknya lebih erat. Dalam hati dia berdoa semoga Alba diberi kekuatan. Meski bahasa Spanyolnya jelek, Zizi sangat yakin bisa menangkap inti pembicaraan Andres dengan orang-orang yang ditemuinya semalam. Pisau. Pistol. Darah. Penculiknya mati. Sebuah keajaiban Alba tidak terluka. Sejujurnya Zizi penasaran dengan kejadian yang sebenarnya, namun dia tidak sampai hati mendesak Andres menceritakan semuanya. Toh dia masih bisa menunggunya.