Download App
96.66% Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 58: Taktik Jitu

Chapter 58: Taktik Jitu

Editor: Wave Literature

Ji Xiaonian lagi-lagi tersenyum ringan sambil berkata, "Tidak ada. Oh iya, apa ketika kamu ke ruangan guru, kamu mengetahui bagaimana keputusan sekolah mengenai masalah Lu Yifei?" 

Tadi, Ji Xiaonian sempat bertanya pada dosen pengawas, namun dosennya itu malah mengabaikannya. Sehingga sampai saat ini, dia tidak tahu bagaimana kelanjutan permasalahan Lu Yifei. Namun bagaimanapun juga, dia telah bertekad untuk mencari cara agar dapat meringankan hukuman pria itu.

"Sekolah tidak mengeluarkan pengumuman apa pun juga. Para petinggi juga tidak terlihat melakukan rapat untuk membahas masalah itu, jadi seharusnya tidak akan ada masalah besar baginya," sahut Yu Shengjie. 

Sebenarnya, tadi Yu Shengjie mendengar bahwa ada seseorang yang diam-diam telah menyelesaikan masalah itu dengan petinggi universitas. Orang itu meminta agar kampus segera menghentikan rumor tentang Lu Yifei secepat mungkin dan menghukum beberapa siswa yang menjadi dalang keributan pagi tadi. Saat ini, semua berita yang ada di koran kampus maupun yang ada di website kampus semuanya telah bersih dari pemberitaan itu.

Yu Shengjie yakin, pasti Ji Chen lah yang meminta sekolah untuk menyelesaikan permasalahan itu dengan segera. Jika tidak, orang lain mana ada yang memiliki kemampuan seperti itu.

"Sudah tidak apa-apa?" tanya Ji Xiaonian tidak percaya. Matanya menatap mata Yu Shengjie mencari kepastian. "Mana mungkin seperti itu. Kampus kita ini kan sangat menjunjung tinggi reputasinya. Jika ada masalah sebesar itu, mana mungkin pihak kampus tidak mencari tahu lebih lanjut dan menutup kasus ini begitu saja?"

"Mungkin mereka tidak mau masalah ini menjadi besar dan runyam nantinya," ucap Yu Shengjie sambil menepuk-nepuk punggung Ji Xiaonian. "Sudahlah. Kalau kampus tidak bereaksi apa-apa seperti ini bukannya bagus? Kalau kamu benar-benar meresahkan keadaan Lu Yifei, lebih baik kamu cari dimana keberadaannya sekarang. Tanyakan padanya barangkali dia membutuhkan bantuan kita."

"Benar juga. Aku sebaiknya segera menghubunginya sekarang juga," kata Ji Xiaonian sambil sibuk merogoh ponsel dari saku celananya.

Setelah mendapatkan ponselnya, Ji Xiaonian cepat-cepat menghubungi Lu Yifei. Sebelumnya dia juga sudah mencoba menghubungi pria itu, tapi panggilannya sama sekali tidak tersambung. Namun tidak disangka, kali ini terdengar dering nada sambung tanda teleponnya terhubung. Tidak lama kemudian, terdengar bunyi telepon diangkat dari seberang sana.

"Yifei, kamu baik-baik saja? Kamu ada dimana sekarang? Bagaimana dengan suasana hatimu saat ini? Apa sudah lebih baik dari sebelumnya?" cecar Ji Xiaonian sebelum orang di seberang sana sempat berkata-kata.

Dari seberang sana terdengar suara lembut dari Lu Yifei berkata, "Aku tidak apa-apa. Kamu tidak usah terlalu mengkhawatirkan aku. Aku akan tinggal di luar selama beberapa hari baru kembali pulang, oke?" 

"Tapi kamu mau kemana? Kamu tidak berniat mengikuti pelajaran? Hingga saat ini sekolah sama sekali tidak mengumumkan pengumuman apa pun. Seharusnya kamu tidak akan dihukum apa-apa. Jadi tidak perlu takut dan kembalilah kemari," pinta Ji Xiaonian yang berusaha membujuk Lu Yifei.

"Aku berencana untuk tidak melanjutkan pendidikanku. Xiaonian, terima kasih karena dirimu telah begitu perhatian padaku. Kalau kita bisa bertemu lagi, aku akan membalas budi baikmu. Sampai jumpa. Aku tutup dulu teleponnya," sahut Lu Yifei yang langsung memutuskan sambungan teleponnya.

"Eh? Berhenti kuliah? Ta… Tapi..." Belum sempat Ji Xiaonian menyelesaikan perkataannya, terdengar nada telepon terputus dari seberang sana.

Ji Xiaonian menatap Yu Shengjie dengan ekspresi terkejut. "Dia bilang dia mau berhenti kuliah," ucapnya dengan wajah yang terlihat pucat.

Mendengar hal itu, Yu Shengjie ikut terperanjat dan tidak mampu berkata apa-apa. Mungkin saja, meninggalkan tempat ini adalah jalan keluar yang dianggapnya terbaik bagi Lu Yifei. Entah apa yang ada di benak pria itu.

Ji Xiaonian kini hanya dapat menundukkan kepalanya dengan lemas. Hatinya terasa begitu sedih mendengar keputusan Lu Yifei barusan. Dia benar-benar menganggap bahwa pria itu adalah seorang yang baik. Baru saja mulai akrab dengannya, namun pria itu malah memutuskan untuk pergi meninggalkannya karena masalah yang dihadapinya.

Ji Xiaonian pun merasa sangat kesal saat ini kepada laki-laki bajingan yang telah membuat Lu Yifei menderita seperti sekarang. Dia sangat ingin tahu siapa sebenarnya pria itu. Kalau saja tahu siapa orangnya, dia pasti akan mengambil pisau dapur dan memotong orang itu menjadi beberapa bagian.

"Aku kembali ke asrama dulu. Kamu juga beristirahatlah," ujar Ji Xiaonian dengan tidak bersemangat. Dia lalu terlihat berjalan menuju ke asramanya dan meninggalkan Yu Shengjie sendirian di sana.

Setelah melihat gadis itu berjalan menjauh, Yu Shengjie juga pergi meninggalkan tempat tersebut.

***

Tidak terasa, satu minggu telah berlalu begitu saja.

Di kediaman keluarga Bai saat ini terdengar suara ribut-ribut dari arah ruang tamu. Bai Yan yang baru saja pulang dari kantor, mendengar kedua orang tuanya sedang berkeluh kesah di ruang tamu.

"Aku sudah tidak tahan lagi. Setelah susah payah membawa Fang Miaoling masuk ke rumah ini, Bai Yan malah mengirimnya belajar ke luar negeri. Xiaonian juga sudah lama tidak pernah datang lagi ke rumah kita. Rumah ini benar-benar terasa sepi seperti rumah hantu! Kalau begini terus, lama kelamaan aku bisa menjadi seperti hantu sungguhan," ucap ibu Bai Yan mengeluh.

"Salah siapa kamu melahirkan anak laki-laki yang begitu dingin dan pendiam seperti itu. Anak laki-laki lain seharian berada di luar bermain ke sana kemari dan memiliki sederet wanita untuk dipacari. Bagaimana bisa kita memiliki anak lelaki yang terlalu acuh tak acuh seperti itu?" balas ayah Bai Yan tidak mau kalah.

"Hei, jadi sekarang kamu menyalahkanku karena tidak membesarkannya dengan baik? Bai Qilin, aku lihat memang ada yang tidak beres dengan anakmu itu. Siapa yang menyuruhmu dulu membiarkannya sewaktu kecil hampir setiap hari bermain bersama Ji Chen? Sekarang aku ingin tahu apa yang akan kamu lakukan jika dia menyukai sesama lelaki," sahut Bai Yun dengan kesal sambil menatap tajam ke arah suaminya.

Namun, Bai Qilin tidak menunjukkan reaksi apa-apa walaupun ditatap seperti itu oleh istrinya. Dengan tenangnya dia berkata, "Kalau memang dia benar-benar menyukai Ji Chen, memangnya apa yang dapat aku lakukan? Bukannya mau tidak mau aku hanya bisa membiarkannya untuk bersama Ji Chen? Lagi pula kita dapat mengangkat Xiaonian sebagai anak perempuan kita. Bukannya ide itu juga tidak buruk?" kata Bai Qilin dengan santainya.

"Ka… Kamu! Kamu tidak memikirkan jalan keluar tidak apa-apa, tapi bisa-bisanya kamu menyetujui anakmu sendiri menyukai sesama jenis?!" seru Bai Yun dengan kesal. Darahnya terasa mendidih saat ini, sementara tangannya mulai meraih cangkir teh dan hendak menyiramkan isinya ke arah suaminya.

Melihat hal itu, Bai Yan segera mendatangi ibunya dan berdiri di antara kedua orang tuanya itu. "Ayah, Ibu, kalian itu sebenarnya sedang apa?" ucap Bai Yan dengan dingin. 

Menyukai sesama jenis dari mana? Lagi pula, kalau benar dirinya menyukai Ji Chen, memangnya kedua orang tuanya bisa apa? Namun permasalahannya bukan di situ. Hal yang terpenting adalah dia bukanlah penyuka sesama jenis, melainkan lelaki normal! Guman Bai Yan dalam hati dengan kesal. Dia sama sekali tidak mengerti mengapa dua orang di hadapannya ini bisa meributkan hal tidak jelas seperti itu.

"Akhirnya kamu pulang juga," tutur Bai Yun yang menoleh ke arah Bai Yan. "Bai Yan, jika kamu tidak segera menemukan kekasih, ibu akan benar-benar mengatur perjodohan untukmu."

Bai Yan mengambil cangkir teh yang ada di tangan ibunya dan meletakkannya di meja. Setelah itu dia membuka kancing teratas kemejanya, lalu duduk bersandar dengan santai di atas sofa. Tidak lama kemudian tangannya terlihat sibuk menuangkan secangkir teh untuk membasahi tenggorokannya. Setelah selesai menyisip seteguk teh, dia mengangkat kepala dan menatap ke arah ibunya itu. 

"Perjodohan? Bukannya ibu dari awal sudah menentukan seorang gadis untuk menikah denganku? Kenapa? Apa sudah berubah pikiran?" ujar Bai Yan dengan penuh makna.

Mendengar perkataan anaknya itu, Bai Yun cepat-cepat duduk dan memandang ke arah Bai Yan, lalu bertanya dengan hati-hati, "Kamu bukannya tidak menyukai Xiaonian?"

Bai Yan tidak menjawab. Dia hanya kembali meminum secangkir teh yang ada di tangannya.

Melihat reaksi anak lelakinya itu, Bai Qilin bersemangat dan bertanya dengan penasaran, "Bai Yan, apa kamu akhirnya menyadari perasaanmu? Atau kamu akhirnya mau mengakui perasaanmu terhadap Xiaonian?"

Sunyi senyap, Bai Yan masih saja terdiam tidak menanggapi pertanyaan kedua orang tuanya. Tiba-tiba dia berdiri dari duduknya dan berkata, "Aku masih ada rapat video call. Aku naik duluan ya."

Mendapati kedua orangtuanya tidak memberi reaksi apa-apa, Bai Yan menghentikan langkahnya dan menoleh. "Kalau mau rumah ini lebih ramai tanpa kalian harus bertengkar, mengapa kalian tidak menghubungi seseorang dan menyuruhnya untuk datang kemari? Lagi pula sebentar lagi hari libur. Dia pasti ada waktu untuk menemani kalian," sahutnya berusaha memberi tanda pada kedua orang tuanya. 

Bai Yan sengaja tidak mengatakan secara jelas siapa yang dirinya maksud. Dia hanya mengingatkan kedua orang tuanya sekilas, lalu terus berjalan menaiki tangga.

Bai Qilin dan Bai Yun saling memandang beberapa saat, lalu mereka segera menangkap maksud dari perkataan Bai Yan itu. Wanita itu segera mengangkat kepalanya dan menatap anaknya yang tengah menaiki tangga. 

"Tapi kamu sendiri yang memperbolehkan Xiaonian untuk datang kemari ya. Kalau aku menyuruh Xiaonian datang kemari, jangan coba-coba kamu memperlihatkan wajah dinginmu pada gadis itu. Apa kamu mengerti?" ucap Bai Yun berusaha memperingatkan Bai Yan.

Sementara Bai Yan sama sekali tidak menanggapi perkataan ibunya dan meneruskan langkahnya menuju ke kamar tidurnya. Bai Yun tahu, jika anak lelakinya itu memang memiliki sifat acuh tak acuh seperti itu. Jika tidak mengatakan apa-apa, itu artinya anaknya itu menyetujui akan perkataannya.

Bai Yun pun dengan semangat meraih ponselnya dan menghubungi Ji Xiaonian.

Di saat yang sama, Ji Xiaonian sedang asyik bersantai di rumahnya menikmati makanan penutup yang dibuatkan Yu Shengjie untuknya. Begitu mendengar ponselnya berdering, dia mengambil ponselnya dan melihat nama ibu Bai Yan di layarnya. Dia awalnya sempat terlihat ragu-ragu selama beberapa saat, hingga akhirnya menekan tombol pada ponselnya dan menjawab telepon tersebut.

"Halo, Bibi," sapa Ji Xiaonian.

Bai Yun yang awalnya sehat dan baik-baik saja mendadak berpura-pura sakit di hadapan Ji Xiaonian. Suaranya dibuat-buat seolah-olah dirinya sedang begitu lemas dan tidak bertenaga sama sekali. 

"Xi… Xiaonian. Bibi sudah beberapa hari ini jatuh sakit, jadi tidak ada waktu untuk mencarimu. Kamu tidak marahkan?" tanya Bai Yun yang berpura-pura.

Begitu mendengar bahwa ibu Bai Yan itu jatuh sakit, hati Ji Xiaonian merasa sedih seketika. Dia segera bangkit berdiri dari duduknya. "Bibi tidak apa-apa? Kenapa bisa sampai sakit? Sudah ke rumah sakit? Dokter bilang apa?" tanyanya dengan cemas.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C58
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login