Download App
76.66% Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 46: Permintaan Maaf Bai Yan

Chapter 46: Permintaan Maaf Bai Yan

Editor: Wave Literature

Ji Xiaonian sama sekali tidak mengira jika Bai Yan akan datang ke rumah sakit. Apakah itu demi diriku? Batinnya tidak percaya. Dia sama sekali tidak percaya bahwa pria itu masih mempunyai hati. Jika tidak, mana mungkin pria itu membentaknya tanpa pandang bulu seperti tadi.

"Ayo kita pulang," ajak Ji Xiaonian pada Yu Shengjie. Dia bertindak seolah-olah tidak melihat keberadaan Bai Yan di sana.

Setelah mendengar perkataan Ji Xiaonian, Yu Shengjie memandang Bai Yan sekilas. Lalu kembali memapahnya berjalan melewati pria itu.

Bai Yan hanya berdiri di sana, berusaha mempertahankan harga dirinya. Kini dia terlihat begitu angkuh bagaikan seorang kaisar dari sebuah kerajaan besar. Kenapa mukanya terlihat pucat? Apa dia sakit? Apa itu sebabnya dia bisa berada di rumah sakit saat ini? Jadi apa aku telah salah paham terhadapnya? Gumamnya dalam hatinya.

Ketika Bai Yan kembali tersadar dari lamunannya, dia semakin terkejut melihat Ji Xiaonian melewatinya begitu saja. Baru kali ini dia diabaikan oleh orang lain. Walau merasa telah kehilangan mukanya, namun dia segera membalikkan tubuhnya, lalu mengejar dan menghentikan gadis itu. Dia pun menahan lengannya.

"Apa kamu tidak enak badan? Kenapa bisa ada di rumah sakit?" tanya Bai Yan pada Ji Xiaonian. Kini tidak lagi terdengar nada ketus pada cara bicaranya seperti sebelumnya.

Ji Xiaonian terkejut ketika tangannya tiba-tiba ditahan oleh Bai Yan. Dia memalingkan wajahnya, seketika juga terlihat matanya yang sembab dan merah sehabis menangis. Pancaran matanya menyiratkan kesedihan mendalam dari hatinya.

"Aku sakit atau tidak, memangnya apa hubungannya denganmu?" ucap Ji Xiaonian dengan ketus sambil menyentakkan tangan Bai Yan.

Meskipun Ji Xiaonian sangat menyukai pria yang ada di hadapannya ini, namun setelah apa yang diperbuat Bai Yan kepadanya, dia tidak lagi dapat bersikap baik padanya. Bagaimana mungkin tanpa sebab yang jelas membentaknya seperti itu, bahkan kakaknya sendiri tidak pernah membentaknya.

Di rumahnya, Ji Xiaonian adalah seorang tuan putri. Dia adalah kesayangan semua orang, bahkan pembantu rumahnya juga sangat menghormati dan menyayanginya. Apalagi kakaknya, Ji Chen yang selalu memanjakan dan menjaganya dengan sepenuh hati.

Namun, di hadapan Bai Yan, tampaknya Ji Xiaonian bahkan lebih rendah dibandingkan dengan butiran debu. Dia sendiri mulai tidak paham apa yang membuat dirinya begitu mengagung-agungkan pria itu selama ini.

Ji Xiaonian, kamu harus tahu, pria yang sungguh-sungguh menyukaimu tidak akan terus menerus melukai hatimu. Terlebih lagi tidak mungkin akan menelantarkanmu begitu saja. Dan apabila terjadi sesuatu, dia pasti akan terlebih dahulu mendengarkan penjelasan darimu, batin Ji Xiaonian mengingatkan dirinya sendiri.

Ji Xiaonian tahu jelas bahwa saat ini dia tidak lagi memiliki harga diri di hadapan Bai Yan. Dan kini dia tidak akan lagi membiarkannya menginjak-injak harga dirinya dengan semaunya. Saat ini dia hanya ingin cepat-cepat pergi dari situ.

"Apa hubungannya denganku?" tanya Bai Yan mengulangi perkataan Ji Xiaonian yang baru saja didengarnya. Dia menatapnya dengan terkejut karena baru kali ini gadis itu benar-benar terlihat dingin dan ketus padanya.

Bai Yan memicingkan matanya dan mengerutkan bibirnya. Dia pun berkata, "Bukannya kamu selalu ingin bersama denganku? Kenapa? Apa sekarang karena sudah ada penggantiku, jadi kamu tidak membutuhkanku lagi?" Orang yang peka, pasti akan dapat merasakan aura mencekam yang muncul dari sekitarnya.

Ji Xiaonian tidak menyadari bahwa Bai Yan sedang menyindir Yu Shengjie yang saat ini sedang memapah dirinya. Dia sedang begitu marah saat ini. "Benar! Aku sudah memiliki penggantimu. Jadi aku sama sekali tidak tertarik lagi padamu. Pergi saja dari hadapanku!" ujarnya sambil bertumpu pada lengan Yu Shengjie.

Hanya dirinya sendiri yang tahu bahwa perkataan barusan hanya untuk membuat hati Bai Yan panas saja. Ji Xiaonian hanya ingin membuatnya tahu bahwa dirinya bukanlah gadis yang tidak dapat hidup tanpa pria itu. 

Tatapan mata Bai Yan terlihat mengerikan saat ini. Tangannya terlihat terulur untuk menarik Ji Xiaonian terlepas dari pegangan Yu Shengjie, lalu dia berkata, "Aku tahu aku sudah salah paham padamu. Jadi aku akan menganggap perkataanmu barusan hanyalah bentuk dari rasa kesalmu padaku. Ayo ikut aku pulang sekarang."

Ketika Bai Yan hendak berjalan membawa Ji Xiaonian pulang, tiba-tiba dirinya dihalangi oleh seorang pria yang seolah sama sekali tidak takut mati.

Kini Yu Shengjie terlihat berdiri dengan tangan terulur menghalangi tubuh Bai Yan. "Apa kamu tidak memiliki telinga? Dia bilang dia sudah tidak tertarik lagi padamu. Sekarang tolong lepaskan dia. Jangan paksa aku untuk tidak sungkan-sungkan lagi terhadapmu."

Bai Yan berhenti dan menatap Yu Shengjie yang ada di hadapannya. Mungkin lebih tepatnya dia menatap seorang bocah laki-laki yang terlihat seperti semut kecil yang siap untuk diinjaknya. Mungkin bocah lelaki ini sudah bosan hidup.

"Oh. Kalau begitu mari kita lihat apa yang akan kamu perbuat padaku," kata Bai Yan sambil tertawa sinis. Sangat jelas terdengar pada nada bicaranya seolah menantang balik Yu Shengjie.

Sementara Yu Shengjie sama sekali tidak tahu orang seperti apa yang ada di hadapannya ini. Dia hanya mengetahui bahwa dia tidak akan membiarkan pria seperti itu terus-terusan menyakiti hati Xiaonan. Dia kini mengepalkan tangannya hendak melayangkan tinjunya ke arah Bai Yan. Namun siapa sangka, Ji Xiaonian tiba-tiba berdiri di antara kedua pria itu sehingga membuatnya mundur selangkah.

"Kak Yan, ayo kita pulang. Aku tadi hanya terbawa emosi saja. Jangan masukkan ke dalam hati. Sekarang kita pulang saja, ya?" ucap Ji Xiaonian terburu-buru sambil menarik tangan Bai Yan meninggalkan tempat itu. Hanya dia seorang yang menyadari bahwa tatapan mata pria itu barusan bagaikan seekor elang yang siap menyantap mangsanya.

Ji Xiaonian tidak ingin jika nantinya Yu Shengjie akan mendapatkan masalah hanya karena ingin melindungi dirinya. Dia tahu jelas betapa sepupunya itu telah banyak menolongnya terutama hari ini. Karena dia tahu jelas orang seperti apa Bai Yan, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa lebih baik mengganggu dewa kematian dibandingkan mengganggunya. 

Walaupun Ji Xiaonian tidak pernah dengan mata kepalanya sendiri melihat Bai Yan membunuh orang, namun dia telah mendengar dari Ji Chen, kakaknya, bagaimana beberapa orang telah dibuat meninggal karena pria itu. Jadi, dia sama sekali tidak ingin membuat Yu Shengjie ikut terseret dalam permasalahan ini. Sehingga dia memutuskan untuk segera menuruti kemauan pria itu dan pulang bersamanya.

"Nian Nian, kamu…" Yu Shengjie benar-benar terkejut dan tidak mengerti akan perubahan Ji Xiaonian yang terlalu tiba-tiba ini.

"Kak Shengjie, bukannya kamu masih ada urusan lainnya? Pulang saja duluan. Aku akan pulang bersama Kak Yan," tutur Ji Xiaonian sambil buru-buru menyuruh Yu Shengjie untuk pergi dari tempat itu.

"Kak Yan, mari kita pulang," lanjutnya setelah kembali menoleh ke arah Bai Yan.

Bai Yan menatap Ji Xiaonian yang ada di hadapannya. Dia tidak tahu bahwa perubahan tiba-tiba dari gadis itu adalah untuk melindungi Yu Shengjie. Walaupun dalam hatinya masih terasa kesal, namun dia menuruti perkataan gadis itu dan masuk ke mobil.

Ji Xiaonian pun mengikuti Bai Yan dan masuk ke mobil. Matanya menatap tajam pada Yu Shengjie seolah memberi isyarat agar sepupunya itu cepat pergi dan jangan mencari gara-gara lagi dengan Bai Yan.

Yu Shengjie melihat tatapan mata Ji Xiaonian dan segera mengerti apa yang gadis itu maksudkan. Mengetahui gadis itu telah berkorban untuk melindunginya, dia segera menurut dan membalikkan badannya pergi dari rumah sakit.

Di perjalanan pulang, Bai Yan telah menenangkan dirinya sendiri dari emosi membara yang tadi dirasakannya. "Apa ada yang sakit? Bagian mana yang tidak nyaman? Kenapa kamu bisa berada di rumah sakit?" tanyanya.

Ji Xiaonian hanya menghela napas panjang dan mengalihkan tatapannya keluar jendela. Dia sama sekali tidak berniat untuk menghiraukan pertanyaan Bai Yan barusan.

Melihat Ji Xiaonian sama sekali tidak menggubris pertanyaannya, Bai Yan menoleh sekilas dan menatap wajah kesal darinya. Setelah diam beberapa saat, akhirnya dia kembali berkata, "Kamu boleh saja tidak ingin berbicara denganku. Tapi aku tetap harus meminta maaf padamu. Aku kira kamu sengaja menghilang karena sedang marah padaku. Aku berusaha mencarimu kemana-mana namun tetap tidak dapat menemukanmu. Ponselmu juga tidak bisa dihubungi. Hingga akhirnya emosiku meledak begitu saja."

"Begitu aku tahu kamu berada di rumah sakit, barulah aku sadar bahwa aku telah salah paham terhadapmu," sambung Bai Yan lagi.

Mendengar permintaan maaf dari Bai Yan, Ji Xiaonian hanya terdiam seribu bahasa. Namun, di dalam hatinya dia cukup terkejut bagaimana saat ini pria itu meminta maaf padanya.

Ji Xiaonian menolehkan kepalanya dan menatap dingin wajah Bai Yan. Dia terus mengamat-amati wajah pria itu dengan tatapan tidak percaya. Dia tak menyangka bahwa orang yang baru saja meminta maaf padanya itu adalah seorang CEO perusahaan Shengtian yang terkenal dengan keangkuhan dan egonya.

Bai Yan menatap lurus ke jalan dan kembali berkonsentrasi mengemudikan kendaraannya dan berkata, "Jika kamu sudah tidak marah lagi padaku, katakan sesuatu. Jangan diam saja. Sebagai gantinya, aku akan membawamu makan makanan yang enak agar tubuh mu kembali kuat," bujuk Bai Yan.

"Kalau begitu kamu harus berjanji padaku untuk tidak menyentuh saudariku itu. Hidupnya sudah cukup menyedihkan belakangan ini," tutur Ji Xiaonian pada Bai Yan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C46
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login