Download App
60% Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 36: Kamu adalah Istriku

Chapter 36: Kamu adalah Istriku

Editor: Wave Literature

Setelah selesai membantu Ji Xiaonian mengenakan sepatu, dia berdiri sambil menatap Ji Xiaonian. Tangannya menyentuh pipinya dan mencubitnya kuat-kuat sambil berkata, "Dasar benar-benar tidak punya malu ya!"

Terkadang, rasanya Bai Yan sungguh ingin membedah kepala Ji Xiaonian. Dia ingin melihat sebenarnya apa isi yang ada di dalamnya, bagaimana mungkin gadis itu dapat mengucapkan hal-hal tersebut dengan santainya. Wajahnya juga tidak terlihat menjadi merah atau terlihat seperti sedang gugup ketika mengatakannya.

Ji Xiaonian tahu bahwa Bai Yan sedang bergurau dengannya. Dia kini melemparkan sebuah senyuman manis yang menggoda sambil berkata, "Tentu saja aku masih punya malu, hanya saja aku juga ingin punya kamu, Kak Yan." 

Tiba-tiba, Ji Xiaonian segera bangkit berdiri dan berlari menjatuhkan tubuhnya ke arah Bai Yan. Melihat tubuh gadis itu yang terjatuh ke arahnya, dia dengan sigap mengulurkan tangan untuk menangkap tubuhnya agar tidak terjatuh. 

"Ji Xiaonian! Kamu sudah umur berapa? Kalau saja aku tidak sigap untuk menangkapmu, kamu sekarang sudah terjatuh di lantai tahu?" ucap Bai Yan dengan dahi berkerut.

Setelah melewati malam panas penuh gairah kemarin, Ji Xiaonian semakin agresif terhadap Bai Yan. Tangannya kini telah melingkar di leher pria itu sambil tersenyum, lalu berkata, "Aku tahu Kak Yan pasti akan menangkapku. Ayo gendong aku ke kamar mandi, baby Bai."

"Kamu barusan memanggilku apa?" tanya Bai Yan sambil menatap Ji Xiaonian dengan tatapan dingin.

Ji Xiaonian tidak menghiraukan tatapan Bai Yan itu dan malah menyandarkan kepalanya di dada bidang Bai Yan. "Baby Bai. Kenapa? Memangnya ada yang salah? Bukannya 'Bai' adalah namamu? Aku memanggilmu baby karena kamu terlihat sangat imut ketika sedang marah. Tahu tidak?" sahutnya lagi.

Mendengar hal itu, Bai Yan sungguh tidak dapat berkata-kata lagi. Dia melihat makhluk kecil yang sedang menempel pada dirinya bagaikan koala yang bergantung pada pohon bambu. Kalau saja bisa, rasanya dia ingin melemparkan Ji Xiaonian keluar jendela. Namun dia tidak melakukan hal itu, justru sebaliknya, menuruti gadis itu dan membawanya menuju ke kamar mandi.

"Jangan panggil aku dengan panggilan seperti itu." Bai Yan merasa, panggilan itu terdengar begitu aneh di telinganya.

"Kenapa?" tanya Ji Xiaonian sambil merosot turun dari gendongannya. Dia segera membasuh wajahnya, lalu mulai menggosok giginya sambil terus menatap ke arah Bai Yan.

Bai Yan menyandarkan tubuhnya pada dinding yang ada di sampingnya. Dengan tatapan datar menatap ke arah Ji Xiaonian sambil berkata, "Aku bilang jangan, ya jangan. Sampai sekali lagi aku mendengarmu memanggilku dengan panggilan itu, lihat saja apa yang akan aku lakukan terhadapmu."

Ji Xiaonian menatap Bai Yan yang kini sedang berpura-pura memasang wajah galak pada dirinya. Dia segera meludahkan busa pasta gigi yang ada di mulutnya, lalu mengangkat kedua alisnya dan dengan keras berseru, "Baby Bai, Baby Bai, Baby Bai Ya… Aduh!" 

Tiba-tiba, Ji Xiaonian merintih kesakitan akibat tepukkan di pantatnya barusan. Sambil meringis kesakitan, dia berkata, "Kenapa kamu memukulku. Sakit tahu!"

"Aku sudah bilang untuk tidak memanggilku dengan panggilan itu," balas Bai Yan tidak peduli.

"Memangnya kenapa kalau aku memanggilmu seperti itu? Dipanggil seperti itu juga tidak akan membuatmu hamil. Dasar pelit!" gerutu Ji Xiaonian sambil mengerucutkan bibir mungilnya.

Bai Yan menatapnya datar, lalu berkata, "Selesaikan dalam waktu 5 menit. Aku tunggu di mobil."

***

5 menit setelahnya, Ji Xiaonian telah berada di luar hotel sambil setengah berlari. Tepat di saat itu, dia melihat Bai Yan duduk di dalam mobil mewahnya, sedang menanti dirinya. Dia pun cepat-cepat membuka pintu mobil, lalu duduk manis di sampingnya. 

"Kak Yan, aku baru sadar, ternyata kamu paling tampan ketika sedang bersikap baik padaku. Tidak hanya tampan, kamu juga terlihat sangat keren dan jantan. Aku paling menyukai dirimu yang seperti ini!" ucap Ji Xiaonian sambil bergelayut manja di lengan Bai Yan.

Bai Yan terus menyetir tanpa membalas perkataan Ji Xiaonian. Walaupun demikian, di dalam hatinya dia menyukai perkataan gadis itu barusan.

Sesampainya di area sekolah, Bai Yan menghentikan mobilnya di pinggir jalan tidak jauh dari pintu masuk sekolah. Sedangkan Ji Xiaonian masih duduk manis di dalam mobil tanpa berniat untuk turun sedikitpun.

"Sudah sampai," ucap Bai Yan pada Ji Xiaonian.

Hari ini, Bai Yan tidak ada jadwal mengajar di kampus ini. Setelah menurunkan Ji Xiaonian, dia berencana untuk segera kembali ke kantor dan melakukan konferensi menggunakan video call.

Ji Xiaonian memajukan bibirnya dan dengan wajah masam melihat ke arah pria yang duduk di sampingnya. Melihat Bai Yan yang sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksudnya, dia segera memajukan tubuhnya, lalu mengecup singkat pipi pujaan hatinya itu.

Tiba-tiba mendapat kecupan oleh Ji Xiaonian, membuat Bai Yan segera menoleh. Namun, dilihatnya gadis itu telah keluar dari mobil dan sedang melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum senang.

"Sampai jumpa, Kak Yan. Oh iya! Hari ini adalah hari Jumat. Kak Yan bukannya nanti akan menjemput Fang Miaoling untuk ikut pulang ke rumah bersamamu? Jadi nanti aku akan ikut sekalian ya," kata Ji Xiaonian pada Bai Yan.

Tanpa menyahuti perkataan Ji Xiaonian, Bai Yan melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu setelah menatap sekilas ke arahnya. Melihat mobil tersebut telah pergi menjauh, dia memutar tubuhnya dan berjalan menuju ke sekolahnya. Belum lama dia melangkah, dirinya kini sudah dihalangi oleh seseorang. Orang yang menghalanginya itu bukanlah orang lain, melainkan saudara sepupunya yang mendadak muncul di rumahnya tadi malam.

"Kamu semalam pergi ke mana? Mengapa aku telepon namun tidak menyambung?" kata Yu Shengjie kepada Ji Xiaonian dengan nada menginterogasi seperti sedang menanyai kekasihnya.

Ji Xiaonian memutar bola matanya menatap Yu Shengjie yang berada di hadapannya. "Aku pergi ke mana, itu tidak ada urusannya denganmu. Jelas?"

"Bagaimana mungkin tidak ada urusannya dengan ku? Jelas-jelas kamu adalah istriku. Aku hanya menunjukkan perhatianku saja padamu," sahut Yu Shengjie sambil mengimbangi langkah kaki gadis itu.

Ji Xiaonian segera menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya dan dengan penuh rasa kesal menatap dalam ke sepasang mata pria yang ada di hadapannya. "Siapa yang kamu maksud dengan istrimu? Sekali lagi kamu berbicara yang tidak-tidak, aku akan memberimu pelajaran. Dan lagi apa kita akrab? Jangan kira karena kita adalah saudara jauh, lalu kamu merasa akrab denganku."

"Dengar baik-baik. Aku, Ji Xiaonian, tidak mengenalmu. Jadi, jauh-jauhlah dariku," sambun Ji Xiaonian. Setelah mengatakan hal ini, dia mengepalkan tinjunya dan mengarahkannya ke wajah Yu Shengjie. Melihat pria itu ketakutan, dia pun menarik tangannya, lalu pergi menjauh.

Siapa sangka ternyata Yu Shengjie tidak takut mati rupanya. Kini dia telah berada di samping Ji Xiaonan lagi dan berkata dengan ekspresi memelas, "Istriku, suamimu ini dapat mengerti mengapa kamu berperilaku seperti ini. Kita memang sudah terpisah begitu lama, jadi wajar bagimu kalau merasa sedikit asing terhadapku. Tapi aku sama sekali tidak terima kalau kamu berkata kita tidak akrab, lalu tidak mau mengakui suamimu ini."

Ji Xiaonian lagi-lagi menghentikan langkahnya dan berdiri terpaku dengan tangan yang mengepal kuat. Dalam waktu singkat, emosinya telah memuncak hingga ke ubun-ubun, bagaikan gunung berapi yang siap untuk meletus mengeluarkan lavanya.

Ji Xiaonian memutar tubuhnya lalu menatap sengit pada Yu Shengjie sambil mengeraskan rahangnya. "Kamu tampaknya tidak tahu kapan untuk berhenti berbicara, ya? Apa maksudmu dengan suami dan istri. Semua itu hanyalah permainan dua orang anak sewaktu kecil. Kamu sekarang sudah sebesar ini, tapi masih mempercayai perkataan konyol seperti itu?" bentaknya kesal pada Yu Shengjie.

"Aku teringat, kalau tidak salah kamu dan aku pernah menandatangani perjanjian pernikahan," sahut Yu Shengjie sambil mengangkat bahunya.

"Dasar sinting!" maki Ji Xiaonian yang marah.

Perjanjian pernikahan apa lagi? Orang ini gila ya?! Sedari dulu, di dalam hatiku hanya ada Bai Yan. Bagaimana mungkin menandatangani perjanjian pernikahan dengan orang ini! Gumam Ji Xiaonan yang geram dalam hatinya.

"Aku akan memperlihatkannya padamu," ujar Yu Shengjie sambil merogoh saku bajunya mengambil sebuah kotak kecil. Dibukanya kotak itu dan dikeluarkannya selembar kertas lusuh yang telah menguning, lalu memperlihatkannya pada Ji Xiaonian.

"Coba kamu perhatikan baik-baik. Ini adalah surat perjanjian pernikahan yang aku maksud. Memang waktu itu kamu masih sangat kecil sehingga belum bisa menulis namamu. Tapi, kamu telah mencap ibu jarimu di kertas perjanjian ini. Lihat, betapa imutnya ibu jarimu dulu," jelas Yu Shengjie.

Ji Xiaonian terpaku melihat selembar kertas di hadapannya itu. Setelah melihatnya beberapa saat dan memperhatikan tanda cap jari berwarna merah itu, sekelebat ingatan muncul di kepalanya bagaikan kepingan sebuah film. Dia melihat bayangan beberapa tahun lalu ketika dirinya berada di Australia.

"Shengjie my sister, temani aku bermain. Setiap hari seorang diri sungguh membosankan," tutur Ji Xiaonan kecil saat itu.

Ekspresi Yu Shengjie terlihat datar tanpa ekspresi. Tangannya membuka tangan mungil Ji Xiaonian kecil dan berkata, "Jangan panggil aku my sister. Aku ini laki-laki. Aku akan menemanimu bermain, tapi sebagai gantinya, kamu harus meletakkan ibu jarimu disini terlebih dahulu. Setelah itu aku akan menemanimu bermain."


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C36
    Fail to post. Please try again
    • Translation Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login