Ketika matahari pagi mulai terbit Georgina sudah siap dengan barang bawaannya untuk segera turun ke lobby hotel, Iya ingin segera check out dari Hotel tempatnya bermalam untuk segera pergi ke apartemen yang sudah ia bayar uang mukanya tadi malam. Georgina memang membuat janji bertemu dengan sang marketing apartemen pagi-pagi sekali supaya ia segera bisa tinggal di apartemen itu, setidaknya setelah berada di apartemen Georgina bisa melakukan semua hal yang harus ia selesaikan secepatnya. Dengan menggunakan taksi giardina pergi ke apartemen barunya senyumnya merekah lebar saat melihat seorang wanita paruh baya sedang berdiri di depan kan pintu gerbang apartemen yang menjadi tujuannya.
"Jadi bagaimana, kau menyukai apartemen ini?"
Georgina menipiskan bibirnya. "Iya Kelly, aku suka sekali. Sesuai dengan bayanganku, simple dan nyaman."
"Baguslah, kalau kau menyukainya Gina dan sisa pembayarannya bisa kau lakukan dengan membayar tiap bulan ke rekening yang sudah aku kirim ke emailmu."
Georgina meraih ponselnya dan menunjukkannya pada Kelly, sang agen marketing apartemen. "Aku sudah membayar untuk enam bulan kedepan, Kelly."
"Wah luar biasa, terima kasih Gina. Aku senang sekali jika bertemu customer sepertimu."
Georgina tersenyum lebar, ia kemudian menandatangani beberapa berkas yang dibawa Kelly. Setelah semua urusan selesai Kelly kemudian berpamitan pada Georgina. Karena apartemen yang ditempati Georgina adalah tipe studio yang sudah full furniture jadi Georgina tak perlu membeli barang-barang lagi, ia memang sengaja mencari apartemen jenis seperti ini supaya tak menyulitkannya.
Karena cacing-cacing dalam perutnya terus berdemo akhirnya membuat Georgina terpaksa bangun dari ranjang barunya yang nyaman, menggunakan jaket kulit dan sepatu sneaker yang nyaman Georgina keluar dari apartemen barunya. Ia berniat membeli sesuatu yang mudah untuk dimasak di minimarket yang berada di lobby apartemen, akan tetapi niat Georgina pun hilang seketika saat melihat deretan waffle hangat yang berada di etalase minimarket itu. Tanpa berpikir dua kali Georgina membeli empat waffle sekaligus, waffle adalah salah satu makanan favoritnya dan setiap kali ibunya pulang bekerja Georgina selalu mendapatkan waffle kesukaannya itu.
"Tidak, kau tak boleh menangis Gina. Ibu sudah tenang di atas sana, ingat tujuanmu datang ke negara ini, Gina."
Georgina bicara sendiri, menguatkan dirinya agar tak meneteskan air mata saat sudah memeluk waffle yang baru ia beli di dalam lift. Kamar Georgina ada di lantai 7, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Cukup nyaman untuk beristirahat dan kalaupun lift penuh Georgina bisa menggunakan tangga darurat untuk turun.
Setibanya di kamar Georgina kemudian menikmati wafflenya dengan lahap, duduk di depan meja yang berada di samping jendela memberikan sensasi tersendiri untuk Georgina. Setelah 30 menit waffle yang ada di hadapannya pun habis tanpa sisa, Georgina pun memutuskan untuk bekerja kembali. Mencari tahu rumah ayahnya, Julian Sanders. Berbekal foto-foto saudara tirinya akhirnya Georgina berhasil menemukan rumah keluarga Sanders, keluarga ayah kandungnya.
"Mewah, pantas saja kalian menolak ibuku. Aku benar-benar sudah tak sabar ingin bertemu kalian, Barbara dan Yohanes Sanders." Georgina bergumam lirih menyebut nama kakek dan neneknya dengan penuh kebencian.
Setelah alamat rumah keluarga sang ayah sudah ditangan Georgina pun bergegas pergi, menggunakan tas ransel kesayangannya Georgina siap berpetualang di Barcelona. Menjalani kehidupan barunya seorang diri demi menuntaskan misi balas dendamnya, tanpa menyadari bahwa dia terlalu kecil untuk dunia yang besar ini.
Satu hal yang sampai saat ini Georgina syukuri adalah ia tak pernah menolak saat diminta ibunya kursus bahasa Spanyol yang sangat berbeda dengan bahasa Inggris, karena kini saat ia berada di negara asal matador itu cara bicara Georgina sangat bagus. Bahkan beberapa orang yang sudah bertemu dengannya tak ada yang mengetahui kalau ia bukanlah warga Spanyol. Bus yang Georgina naiki akhirnya tiba di halte bus terdekat dengan rumah keluarga Sanders, tak sulit bagi Georgina menemukan rumah keluarga sang ayah.
Rumah yang pantas disebut istana itu berdiri kokoh di balik pagar besar yang menjulang tinggi, papan nama di pagar yang tertulis 'La casa de Sanders' membuat Georgina yakin kalau saat ini ia sudah sampai di tempat tujuan.
"Hi semuanya, aku datang."
Bersambung