Download App
33.33% IRRISHVIEL / Chapter 6: chapter 5

Chapter 6: chapter 5

Kakaknya hanya terdiam melihat tingkah adiknya yang berusaha mengalihkan topik agar sang adik tidak dihukum olehnya, dan sesekali tertawa kecil melihat adiknya yang semakin besar dan banyak berubah.

"Yohan Yohan.. padahal rasanya baru kemarin kakak nemenin kamu tidur sekarang kamu sudah besar ya".

___________________

Flashback ON

Petang itu disaat perjalanan pulang dari sekolah suara guntur bergemuruh, angin berhembus menarikan dedaunan kesana kemari. Riuh, satu kata yang dapat menggambarkan suasana kota Kyoto kala itu. Beberapa saat setelah terdengar suara dentuman yang memekakan telinga kendaraan mulai berlalu lalang memenuhi jalan kota, bunyi sirine terdengar disana-sini. Di tengah hiruk pikuk kota yang tengah terjadi ternyata terdapat satu jiwa yang sedang kalut. Dari dalam mobil tatapanku terpusat padanya, Seorang anak laki-laki yang usiaya mungkin lebih muda beberapa tahun dariku. Dia bersandar di dinding reruntuhan bangunan tua sambil memeluk kedua lututnya. Dia hanya menatap langit dengan tatapan kosong, air mukanya getir seperti tengah menelan kekecewaan. Entah apa yang tengah menghantui pikiranya, sampai-sampai dia mengabaikan keberadaan orang-orang disekitarnya. Tak jarang kakinya terinjak oleh pejalan kaki yang menuntut dia untuk semakin menyudutkan diri dibalik tempat sampah, dia terduduk disana seraya membenamkan wajahnya dikedua langan yang kini berpangku lutut. Entah mengapa aku merasa ada yang berbeda pada diri anak itu, meskipun sampai detik ini aku tidak tahu dimana letak perbedaanya. Sudah cukup lama mobil kami berhenti, dan  mungkin supir yang kini mengantarku juga sudah mulai bosan, tapi entah mengapa aku tidak merasakan adanya kejenuhan sedikitpun saat memandangnya. Aku memutuskan untuk turun menghampiri anak itu untuk mengenal jauh lebih dalam.

"Hei" sapaku saat aku sudah ada dihadapanya.

dia mendongak dan menatap kearahku. Aku memperhatikan dia lebih detail dari sana, dia masih sangat muda, mungkin usianya sekitar 4 atau 5 tahun yang artinya terpaut 5 tahun lebih muda dariku. Perawakanya cukup ideal walau kulit nya dekil dan baju yang dia kenakan lusuh. Matanya sebesar almond, coklat dan indah. Jika anak ini mandi saja, pasti sudah dapat meluluhkan hati para pengadopsi anak dalam sekali pandang namun mengapa dia berdiam disini pikirku dalam hati.

"Hei" sapaku sekali lagi,

namun dia masih tetap diam terpaku tanpa berbicara sepatah katapun.

"Bolehkah aku duduk disini?" sambungku sesaat kemudian seraya berjalan kesamping dan bersiap untuk duduk.

Sejujurnya dia masih nampak enggan bersuara, dia hanya tersenyum canggung dan kembali menundukan kepalanya.

"Siapa namamu bocah kecil? kenapa kau disini? Dimana orangtuamu?" tanyaku penasaran.

Dia hanya terdiam, saat aku hendak berbicara lagi akhirnya dia menjawab

"aku tidak memiliki orang tua" suaranya lirih dan memilukan.

Aku tak enak hati untuk bertanya lebih lanjut jadi kami berdua hanya menikmati diam sepanjang waktu hingga akhirnya supirku menghampiri.

"Tuan muda, mari kita kembali, tuan besar pasti sudah menanti kepulangan anda" ujarnya.

"Hem.. Adek kecil ikutlah denganku, mungkin kamu akan lebih nyaman tinggal bersamaku, setidaknya kita bisa bermain bersama setiap hari" tawarku penuh harap.

Sebenarnya aku tidak terlalu yakin tapi tanpa kusangka-sangka dia menerima tawaranku. Hatiku sangat bahagia rasanya, aku ingin bersorak karena akhirnya aku bisa mendapatkan teman di negeri ini. Kami segera pulang ke rumah. Setibanya dirumah aku segera mengutarakan maksudku kepada kakek. Walau awalnya dia bersikeras untuk menolak kehadiranya tapi akhirnya dia juga menerima adik kecil itu sebagai adikku. aku sangat gembira walau banyak syarat dari kakek yang harus kupenuhi. Aku dan adik kecilku menghabiskan waktu bersama, mulai dari makan, bermain, tidur, dan belajar. Kami tumbuh bersama hingga berangsur-angsur kami mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Walaupun dia mengikuti diriku untuk berpindah ke Indonesia tapi kesibukan menjadi jarak tersendiri bagi kami. Hingga saat ini aku baru sadar kalau yohan adik kecilku kini sudah tumbuh sebesar ini.

Flashback OFF

-------------------------------------------------------

Hana merasa mau gila sendiri di dalam kamarnya, dia mengacak rambutnya karena frustasi. Yaa insomnia nya kambuh, dan dia tidak dapat memejamkan matanya hingga saat ini padahal jam sudah menunjukan pukul 02.00 WIB.

"Aduh merem dong merem, kenapa sih ni mata susah banget suruh merem. Tadi aja di perpus gak minta tidur eh tau tau ketiduran. Sekarang giliran mau tidur susah bener. Ashhh sialann" racaunya dalam hati.

semua cara telah ia gunakan, dia gelimpungan kesana kemari, minum air putih sampai kembung, memakai sleeping googles, bahkan mendengarkan alunan lullabies. Hana memutuskan untuk tidak tidur saja kalau begitu, dia mulai mencari kesibukan. Dia berjalan ke rak bukunya dan membelai jejeran buku-bukunya.

"Hem enaknya baca apa yaa" Gumamnya pelan.

Setelah memilah dan memilih ia berbalik lagi dan berjalan gontai menuju kasur dengan wajah yang semakin buruk. Baginya semua buku yang dia miliki sudah tidak ada yang mengasikan, dia sudah pernah membaca semua bukunya dan sudah paham betul isinya. Baru saja merebahkan diri dia kembali bangkit. Dia bergegas ke meja belajarnya dan meraih salah satu buku yang tergeletak disana.

"IRRISHVIEL, aku masih penasaran" batinya dalam hati.

Sepanjang malam dia membolak-balikan halaman dalam buku itu. Buku itu memang sangat tipis jadi baru beberapa kali dibalik lembaranya sudah habis. Meskipun begitu, dia tidak mengerti isi yang terkandung dalam buku tersebut. Tidak ada petunjuk bagaimana cara membaca buku ini. Dia sudah searching di internet, membaca literatur-literatur kuno, bertanya kepada arkeolog-arkeolog kenalannya, tapi tetap saja hasilnya nihil. Kesal yang ia rasakan karena tidak bisa tidur tadi terganti dengan kesal karena tidak bisa mengetahui makna buku tersebut, hingga tanpa sadar matanya terpejam dan ia terlelap.

--------------------------------------------------------

Kringggg!!!

Dering jam weker beradu dengan suara ketukan pintu, menimbulkan kebisingan yang jelas mengusik tidur hana.

"Hmm apaan sih brisik amat.. dikira udah siang kali ya" gumamnya pelan.

Karena dering jam wekernya tak kunjung berhenti dia merasa kesal dan meraihnya, baru saja dia hendak membantingnya ke lantai dia terlonjak kaget. Matanya melotot melihat jarum pada jam wekernya.

"MAMPUSS GUE KESIANGAN!!" pekiknya.

Dia segera menyambar handuknya dan melesat ke kamar mandi, dia bersiap-siap super kilat. Tanpa basa basi dia segera berlari menuju halaman rumah, mengabaikan para pelayan yang ia jumpai. Dia sangat kesal saat tahu mobil dan supirnya tidak ada di sana.

"Sialan. Bukanya harusnya mobilku udah dibalikin tante anggun kok gak ada sih.. Mang ujang!!" teriak hana dari halaman depan.

Suaranya sangat keras hingga mang ujang yang ada di area pekarangan belakang rumah pun mendengarnya.

"Iya non.. Saya di belakang"

mendengar jawaban mang ujang tanpa pikir panjang hana segera berlari ke belakang, tapi betapa terkejutnya ia saat melihat mobilnya malah tengah dimandikan oleh mang ujang.

"Mang ujang!! Kenapa mobil saya di cuci.. Gimana saya sekolahnya coba.. Saya bisa bisa telat lagi ini.. Gimana sih bisa kerja nggak" cerocos hana tanpa memberi jeda.

"Non hari ini kan non libur" jawab mang ujang saat hana berhenti berbicara seraya meremas kanebo yang dia gunakan untuk mencuci mobil.

"APA?? KENAPA SEISI RUMAH GAADA YANG NGINGETIN KALO SEKARANG LIBUR WOE!! KALIAN BUTA YAA SAMPE GALIAT AKU LARI-LARI KAYA ORANG GILA" ujarnya ketus dengan suara yang meninggi.

Nafasnya terengah-engah dan air mukanya berubah seakan siap meledak kapanpun. Baru saja pelayan ingin menjawab hana berbalik dan berlari kembali ke kamar, membanting pintu kamarnya, dan mengunci diri. Semua pelayan hana cuma menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas sebelum mereka kembali melanjutkan aktifitasnya. Hana terdiam di kamarnya hingga tiba tiba ponselnya bergetar dan ada email masuk.

"[hari ini hari liburmu kan, aku akan menjemputmu jam 10 nanti untuk fitting gaun pengantin kita, dandalah yang cantik supaya tidak mempermalukan aku]"

hana pun langsung kaget, dilihatnya lagi si pengirim email tersebut yang tak lain adalah kenzo.

"HAH? GAUN PENGANTIN, DAH GILA APA DIA" bentak hana

TBC!!

🌻🌻🌻

Maafkan Author atas keterlambatan publis ya kak. happy reading🤗


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C6
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login