Download App
22.22% IRRISHVIEL / Chapter 4: chapter 3

Chapter 4: chapter 3

Sementara itu, kenzo malah merasa cemas karena hana tak kunjung pulang, ia merasa bersalah  telah membiarkanya pergi sendiri. Meskipun sejujurnya dia belum jatuh hati kepada hana dan terkadang jengkel dengan sifat kekanakan hana tapi dia telah berjanji kepada tante anggun untuk menjaga bocah bandel itu. Sepanjang hari fokus kenzo tak pernah lepas dari ponselnya, dia menatap lekat kontak telepon hana, setelah bergelut dengan egonya akhirnya dia memutuskan untuk menelepon hana. Setelah bergetar beberapa saat sambungan teleponnya tiba-tiba terputus dan terdengar suara operator dari seberang. Hal ini membuat kenzo semakin cemas dengan keadaan hana, dia segera menyambar tuxedonya dan memacu lamborghini miliknya meninggalkan kantor dan membelah udara malam. Sementara itu di perpustakaan SMAI PRIMA, hana menggigil kedinginan karena AC di perpus memang masih menyala. Dia mengeratkan selimut yang melekat di tubuhnya, tapi tunggu, sepertinya ini bukan selimut. Dia menggeliat dan perlahan membuka matanya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum kesadaranya benar-benar kembali.

"Yaampun kenapa bisa-bisanya aku ketiduran disini" pekik hana yang membuat yohan terjaga dari tidurnya.

"Eh udah bangun kamu han" ujar yohan santai seraya meregangkan tubuhnya.

Ekspresi hana semakin jatuh saat mendengar suara yohan dan mendapati laki-laki itu ada disampingnya.

"Kok kamu juga bisa tidur disini sih" tanya hana dengan tatapan mengintrogasi.

"hem kenapa yaa? Oh iya kamu tadi tidur pules banget, mana ngorok lagi. Mau aku tinggal tapi  kepala kamu nyender terus dibahu aku. hemm alamat kena liur kamu nih baju aku" ujar yohan sambil menatap iba lengan bajunya.

Hana sangat geram melihat tingkahnya, dia menoyor lengan yohan sambil menyumpah serapahi teman barunya itu. Sontak saja yohan terkejut dan meringis kesakitan. Hana pada awalnya masih merasa kesal dan mengabaikan rengekan yohan tapi lama-lama dia merasa bersalah.

"Eh sakit beneran? Maaf ya. Padahal aku tadi gak beneran lho. Coba liat mana yang sakit!!" tanya hana sambil memegangi lengan yohan yang membuat dramanya semakin menjadi-jadi.

"han tangan aku sakit, sakit banget nih" jawab yohan dengan susah payah seakan menahan rasa sakit yang luar biasa.

"Yaudah aku anterin kamu kerumah sakit. Ayok" jawab hana seraya bangkit dari lantai.

"Gausah han, kamu ga perlu repot-repot anterin aku. Kamu cukup cium aku disini pasti ntar aku langsung sembuh kok" ucap yohan dengan cengiran sambil menunjuk pipi kananya.

Hana merasa sangat kesal karena telah ditipu oleh yohan, dimatanya terkilat pancaran amarah yang hendak membunuh yohan saat itu juga. Dia mengeluarkan jurus andalanya dan menggelitiki yohan hingga dia tertawa terbahak-bahak.

-------------------------------------

Mereka berdua larut dalam tawa hingga tiba-tiba pintu perpustakaan terbuka da. munculah sesosok lelaki paruh baya. Badannya cukup tinggi berisi, garis wajahnya tegas, dan dia memiliki kumis hitam melintang. Dia adalah seorang satpam sekolah killer yang kerap di panggil pak kumis.

"Hei sedang apa kalian disini?" pak kumis menegur yohan dan hana dengan suara yang agak tinggi. Sontak saja kedua bocah itu berhenti tertawa dan berpaling ke sumber suara. Mereka berdua spontan berdiri dan menatap balik sorot mata tajam pak kumis.

"kami lagi dihukum suruh bersihin perpus pak" jawab hana ketus seraya memutar bola matanya malas.

Tindakan hana menyulut amarah pak kumis, wajahnya berubah menjadi merah padam

"oh yaa? Terus ngapain tadi kalian ketawa-ketiwi kaya tadi. Bocah sekarang suka saja cari kesempatan. Anak perawan kok malem-malem masih keluyuran" ucap pak kumis sinis.

Emosi hana sudah hampir meledak mendengar ucapan pak kumis, tapi yohan dengan segera menenangkanya. Dia menepuk-nepuk punggung hana seraya membisikan kata-kata agar dia bisa sabar.

"Pak kumis yang terhormat, jadi kami berdua tadi ada sedikit masalah dan dihukum pak bondan untuk membereskan perpustakaan. Berhubung perpustakaan berantakan banget dan banyak buku baru, jadi kita terpaksa lembur sampe malem. Terus kami juga sesekali bercanda untuk melepas penat. Kalo bapak gak percaya bapak bisa periksa di gudang, kita udah pindahin buku-buku lama disana".

Pak kumis mendengarkan penjelasan yohan dengan seksama, dia melirik seisi perpustakaan dan memang keadaanya sangat bersih dan rapi. Pak kumis menarik nafas dalam sebelum menghembuskanya perlahan.

"Ya ya bapak percaya, toh siswa teladan sepertimu tidak akan berbuat aneh-aneh. Saran bapak kalian segera pulang saja, sudah larut gak baik kalian masih disini" ujar pak kumis sebelum keluar dari perpustakaan.

----------------------------------------

Hana merogoh saku almamaternya dan mengambil ponsel miliknya dengan antusias, tapi wajah hana berubah masam tatkala ponselnya tidak dapat dinyalakan.

"Yah lowbat nih" gumam hana pelan.

"Kenapa handphone kamu han? Mati?" tanya yohan penasaran.

"Iya nih lowbat, by the way sekarang jam berapa ya? Kok sekolahan udah sepi banget. Biasanya kan ada anak-anak ekstra sebelah atau karyawan TU nglembur" celoteh hana sambil celingukan ke kanan dan kiri.

Yohan melirik jam tangan yang melingkar di tanganya dan langsung memelototkan matanya.

"Gila udah jam setengah sebelas han" ucap yohan seakan tak percaya.

"What?? Astaga lama banget mataku meremnya" tukas hana.

"Udah malem banget, kamu aku anter pulang langsung aja ya. Toh handphonemu lowbat jadi gabisa ngabarin orang rumah kan" tanpa menunggu jawaban hana, yohan langsung nenyambar tasnya dan menggandeng tangan hana.

Setibanya di parkiran, yohan menyampirkan jaketnya di bahu hana dan mulai melajukan motornya.

"Han pegangan, ntar keburu malem" kata-kata yohan tak begitu jelas terdengar di telinga hana jadi saat yohan menambah laju motornya refleks hana memeluk pinggang yohan erat-erat. Yohan tentu menyadari bahwa tangan hana yang melingkari pinggangnya, kedua sudut bibirnya tertarik keatas membentuk sebuah senyum simpul yang samar. Langit malam bertaburan bintang saat itu, jalanan yang lenggang membuat yohan leluasa membelah jalan malam. Hana memejamkan matanya dan menikmati belaian angin malam yang menyejukan hatinya. Dia tidak ada niat melepaskan tangannya dari pinggang yohan sebelum dirinya sadar kalo motor yohan sudah sampai didepan gerbang rumahnya.

"udah sampai han" ucap yohan pelan.

Hana segera turun dari motor yohan dan mulai masuk ke dalam gerbang rumah, namun sebelum pintu gerbang tertutup sepenuhnya hana sempat menatap yohan.

"Makasih han" ucapnya tulus tidak seperti gaya bicaranya sehari-hari.

"Eh santai aja kali, yaudah aku duluan ya" jawab yohan.

Hana mengangguk dan berbalik,  Suasana hati hana sejauh ini masih sangat baik bahkan melupakan niat jahat sianidanya pada kenzo, walaupun dia seharian harus dihukum dan pulang larut malam, tapi kini dirumah sudah tidak ada kakek jadi tentu tidak akan ada yang mengomel jika dia pulang telat pikir hana. Dia dengan ringan melangkah dan sampailah ia didepan pintu. Belum sempat ia mengetuk pintu, pintu rumah tiba-tiba terbuka dan berdirilah sesosok laki-laki yang bersedekap di tengah pintu. Sorot matanya tajam dan suhu disekitarnya nampak turun drastis. Pemandangan ini nampak seperti sebongkah gunung es yang siap-siap meledak kapan saja. Hana terperangah dan mundur beberapa langkah karena merasa ngeri dengan membayangkan apa yang dapat terjadi beberapa menit kedepan.

TBC!!

🌻🌻🌻


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login