Download App
28.57% JANJI MANIS SULTAN / Chapter 12: Kesakitanku

Chapter 12: Kesakitanku

Terkadang aku merasa lelah,terkadang aku merasa ingin menjerit mengungkapkan amarahku ke wajah brengseknya.Aku bahkan ingin sekali bilang,"tolong sekali aja liat aku sebagai perempuan,dan bukan jadi sahabat"

Tapi semua hal yang aku inginkan hanya ada di benakku saja.Saat dia datang lagi dihadapanku,seketika semua amarah itu hilang lenyap tanpa bekas.Hanya ada harapan dan harapan lagi dihatiku,dan juga rasa bahagia semu yang seolah berusaha menguatkan to say"everything to be right"

Dan dia datang lagi tanpa rasa bersalah tanpa rasa berdosa.

"Ngapain Non"sapanya sambil ikut duduk disampingku di sofa ruang tengah.

"Gimana elo bisa masuk?"tanyaku dari balik buku komik yang aku baca.

"Bi ijah di depan lagi nyapu halaman,jadi gue bisa masuk"jelasnya

Aku diam aja, "Shyntia udah dianter pulang?" tanyaku

"Udahlah,kalo belum mana ada gue disini"katanya sambil menarik komik dari tanganku.

"Apaan sih? gue lagi baca"kataku berusaha merebut komik dari tangannya.

"Tapi gue lagi ngomong"katanya sambil menduduki komikku.

Aku mendengus kesal.

"Elo ngapain sih kesini"kataku kesal.

"Mau ngajak elo nonton"katanya santai sambil menyenderkan tubuhnya disofa.

"Mager gue,lagian elo kenapa ga ajak Shyntia aja sih"tolakku.

"Not good Idea,kalo nonton ma dia gue ga bakalan beneran nonton,gue bakan bikin film sendiri.Filmnya mau banget gue tonton"

Nyeri lagi aku rasa.

"Trus kenapa mesti ma gue,ma yang lain aja,asli mager banget.Film apa sih?"

"Kapten America,Non.Ayo sih tar gue ajak elo makan bakso rusuk di Krekot.Kata nyokap enak banget,ga nyesel deh"katanya lagi.

"Ga mau gue,mama belum pulang"aku tetap menolak.

Nino mengambil handphonenya.

"Hallo Tan ... iya Nino Tan ... ga tan,mau ngajak Queen nonyon,iya ... iya ... deket kok,Oh ... Oke ... oke .... ga malam malam kok.Siap Tante Shofie ... makasih.Assalamualaikum"kata Nino sambil menutup handphonenya.

Aku melongo ...

"Udah dapet izin ... so ga ada alasan buat ga mau.Buruan atau gue yang mandiin"perintahnya.

Aku bangkit dengan kesal.Kenapa mama ngasih sih,selalu kalo Nino yang izin pasti mama kasih,heran.

Papa sama mamaku memang seperti itu. Semenjak Nino membantuku saat pingsan di sekolah karena maagku kambuh dan membawa ke rumah sakit,semenjak itu juga mereka percaya aku di bawa pergi kemana mana sama Nino. Ditambah mamku dan mama Nino saling kenal. Mereka saling kenal saat ambil raportku di sekolah.

Akhirnya kami sampai di bioskop. Nino kelihatan banget keren. Kenapa sih dia bisa keliatan keren walau cuma pakai kaos junkies dan rippel jeans biru. Rasanya aku meleleh. Rambut cepak dan diberi garis 'jalanan kutu' di samping kiri kanannya memberi kesan 'wild and sexy' secara bersamaan. Aku menahan nafas untuk pesonanya.

Dia tidak pernah melepas rangkulan tangannya di leherku. Seakan tidak tau kalo aku trus menerus menahan nafas karena gugup. Tinggiku memang hanya sebatas bahunya kalo aku hanya pakai flat shoes. Jadi dengan rangkulan tangannya di leherku,membuatku sering berhadapan dengan dada bidangnya. Astaga ... apa ga ada yang lebih menyiksa dari ini.

Nino,pesonanya,dan harus khas 'Davidoff eco man' yang dia pakai membuatku terbius dan mabuk. Rasa sesak dan sakit yang aku rasakan akhirnya lenyap tak berbekas.Bayangan Shyntia,cewe lain,dan hal memyebalkan tentang Nino lenyap berganti perasaan hangat yang aku suka.

Aku terjebak di rasa yang membuatku terbuai lagi,lagi,lagi dan lagi.

"Ino! siniin ga"kataku berusaha meraih botol cuka yang dia pegang.

Setelah nonton,Nino menepati janjinya mentraktirku bakso.

"Tadi udah Non,mau berapa banyak lagu.Asam lambung lo bisa kumat"tolaknya sambil menaruh botol cuka di meja belakang agar aku ga bisa ambil.

Aku merengut,"Lama lama elo kaya mama sama papa,bawel"keluhki mengaduk ngaduk baksoku.

"Yang repot banyak kalo elo sakit"katanya

Aku menarik piringnya yang berisi nasi.Nino memang memesan bakso pakai nasi untukku dan dia.Aku memindahkan separuh nasiku ke piring Nino.

"Kebiasaan jelek lagi,nasi lo sedikit banget sih.Elo belum makan dari sore Non"keluh Nino melihat porsi nasiku.

"Bomat"kataku mulai makan bakso

Kami menikmati bakso dalam keheningan.

"Enak ga Non?"tanya Nino

Aku tersenyum,"Enak,liat nih tulangnya...yummy!"kataku senang.

Nino tergelak,"Tadi aja ga mau di ajak kesini,sekarang aja girang"katanya sambil mengacak rambutku.

Huff!! aku menahan nafas lagi,"Demen banget ngacak rambut orang"keluhku kesal sambil memperbaiki jepitan rambutku.

Nino menghibahkan tulang tulang iga di mangkoknya ke mangkukku.Aku menatapnya.

"Gue kekenyangan,lupa elo udah nyumbang nasi elo buat gue"kata Nino.

Aku cengar cengir,"Makasih Ino Ino"kataku senang.

Nino hanya tersenyum lalu melanjutkan makan.Aku dengan antusias menghabiskan baksoku.Nino selesai makan lebih dulu.Dia sibuk memperhatikanku makan sambil senyum senyum.

"Kenapa?"tanyaku

"Elo kalo di suruh makan bakso pasti semangat,coba kalo suruh makan nasi susah banget"keluh Nino

Aku cengar cengir sambil gegeroti tulang,Nino mengambil tisu lalu melap mulutku yang belepotan.

Aku tertegun.

"Elo makan berantakan banget sih,nanti lengket"kata Nino sambil melap mulutku.

Aku mematung.

"Udah bersih,makannya pelan pelan Non.Kalo kurang pesen lagi aja"katanya membuang bekas tisu di piring bekas dia makan.

"Makasih"bisikku sambil meredam detak jantungku.

Kami terdiam lagi.Nino sibuk merokok.

"Ayo No udah rapi"kataku bangkit.Nino mengekor lalu membayar makanan kami.

"Jacket elo seretingin Non,dingin!"katanya sambil memakai helm.

"Iya bawel"kataku melaksanakan perintahnya lalu memakai helm juga.

Aku naik ke boncengan montor Nino.

"Udah belum? pegangan Non!"

"Ayo" jawabku sambil memeluk pinggang Nino.

Nino mengelus tangan ku yang ada di perutnya lalu menghidupkan motor.Aku merinding lagi. Huff!! perlakuan manis Nino pasti menghias mimpiku nanti malam lagi.

Aku mengeratkan pelukanku di pinggang Nino saat dia mengencangkan laju motornya.

"Dingin Non?"tanyanya berteriak.

"Ga ... takut kekencengan,modus sih lo"jawabku ga kalah berteriak.

Nino tergelak malah mengencangkan lagi laju motornya.

"INO ... !!!"jeritku

Sudah beberapa minggu Nino pacaran dengan Shyntia.Aku tetap merasa sakit tapi aku tetap meredamnya.Untung saja Shyntia bukan tipe posesif yang harus terus bersama Nino di sekolah.Aku jadi sedikit merasa nyaman dengan hubungan mereka.

Kadang Shyntia curhat soal Nino,dan aku mendengarkan keluh kesahnya seakan hatiku terbuat dari batu.Padahal setiap Shyntia curhat yang aku rasakan juga rasa sakit.

Sejauh ini tidak ada yang berubah soal kedekatanku dengan Nino.Kadang aku juga menemani mereka pacaran.Kadang kami nonton bertiga.Kadang juga Shyntia menemaniku menunggu Nino main bola.

Kalian mau tau perasaanku.Aku hancur didalam,tapi aku terlalu pintar perperan jadi aktris.Cuma Karin yang tahu bagaimana sakitnya aku.Tapi bukan simpati yang keluar dari mulutnya tapi omelan panjang yang keluar.

Shyntia pas kelas X dulu memang cukup dekat denganku.Dia bahkan pernah berusaha menjodohkan aku Dengan sepupunya.Tapi karena Nino juga aku ga pernah pacaran dengan sepupu Shyntia.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C12
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login