Jonathan memberhentikan mobilnya di depan rumah putih, disebuah halaman yang cukup luas. Kemudian mengeluari mobil yang diikuti dengan Oliv. Gadis itu tersenyum lebar, membawa kantong plastik berisi mainan dan boneka seraya berlari ke dalam rumah putih itu.
"Nyonya Kathrine!" teriak Oliv, membuat wanita yang sedang menata majalah itu tampak tersentak kaget. Wanita itu menoleh, dan ekspresi kagetnya berubah menjadi ekspresi bahagia ketika melihat Oliv.
"Olivia!"balasnya seraya memeluk tubuh Oliv."Kau kesini lagi? Bersama Alva?"
Oliv menggeleng, gadis itu hendak menjawab ketika seorang pria juga memasuki ruangan tersebut, membuat Kathrine tersenyum lebar,"Mr.Marteen! Aku pikir Oliv datang bersama Alva!" Jonathan tersenyum dan menjabat tangan Kathrine,"Bagaimana anak anak?"
"Mereka baru selesai mandi sore dan sedang menunggu waktu dinner. Aku tidak menyangka anda datang lebih cepat dari waktu biasanya."
Jonathan kembali tersenyum. Pria itu berdiri di sebelah Oliv dan mengacak rambut gadisnya,"Bocah kecil ini memaksa untuk kemari,"
Melihat itu,Kathrine tertawa,"Anda juga cukup dekat dengannya,ya? Tidak heran, dia memang pribadi yang ramah dan mudah berinteraksi dengan orang orang di sekitarnya. Alva beruntung memilikinya."
Mendengar penuturan Kathrine, wajah Oliv jadi memerah. Gadis itu menyenggol nyenggol dada Jonathan dengan sikunya, membuat pria itu melirik Oliv sejenak dan merangkul bahunya,"Ya. Saking dekatnya, dia jadi lebih dekat denganku daripada kekasihnya sendiri."
Jonathan sialan.
"Dimana anak anak? Aku ingin bertemu mereka!" Oliv tidak mau membalas perkataan Jonathan yang tidak masuk akal. Melainkan, ia segera berjalan mengikuti Kathrine yang sedang berada di ruang makan.
Oliv lagi lagi tersenyum lebar ketika melihat anak anak yang tampak tertawa bersama. Total mereka adalah 20 anak, dan Oliv sudah menghafal semuanya di hari pertama Oliv menginjakkan kakinya di sana.
"Olivia" pekik ayasha, gadis botak berumur 8 tahun yang mengidap penyakit leukimia. Mendengar pekikan Ayasha, teman temannya menoleh dan tersenyum lebar ke arah Oliv. Oliv melambaikan tangannya dan menghampiri mereka dengan senyuman yang merekah.
"Bagaimana kabar kalian? Coba tebak apa yang aku bawa?" Oliv tersenyum menggoda, kemudian mengeluarkan boneka barbie yang suka dikoleksi oleh Ayasha,"Tadaaaa"
Mata Ayasaha berbinar melihat boneka barbie di tangan Oliv. Gadis itu memeluk Oliv erat dan berkata,"Aaaa, terima kasih Olivia!"
"Jangan berterima kasih padaku,tapi,,,," Ucapan Oliv terputus ketika seorang pria berjalan ke arahnya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku, membuat mata mereka semua berbunar senang,"Paman Jo."
Jonathan berjongkok dengan tumpuan kaki kirinya. Pria itu melebarkan tangannya yang segera disambut dengan anak anak tersebut dengan pelukan.
"Oliv datang bersama Paman Jo? Ah, terima kasih! Kami merindukan Paman Jo!" teriak mereka lagi, dan Oliv tampak tertawa senang.
"Aku juga merindukan kalian! Berterima kasihlah pada bocah kecil ini yang secara tidak langsung mengancamku akan naik bus jika aku tidak mengantarnya kemari." Jonathan terkekeh, membuat Oliv menggembungkan pipinya.
"Paman Jo, kenapa Oliv di panggil bocah kecil? Jika Oliv bocah kecil,kami ini bocah apa?" Jacob, pemain piano satu tanga. kebanggaan panti asuhan itu bertanya dengan polos, membuat Oliv tersenyum penuh kemenangan dan mencibir,"Dengar itu,Laman Jo!"
Jonathan tertawa,"Coba Jacob berdiri tegak disini." Jacob mengikuti perkataan Jonathan,kemudian Jonathan juga menyuruh Oliv untuk berdiri tegak di sebelah Jacob,"Lihat, tinggi kalian sama. Bahkan Jacob lebih tinggi sedikit. Jadi kalian berdua sama sama bocah kecil." Ucapan Jonathan membuat mereka semua tertawa, tak terkecuali Oliv.Walaupun gadis itu sempat mendengus kesal, namun melihat tawa anak anak itu, hati Oliv jadi menyuruhnya untuk ikut tertawa bersama mereka.
"Ini untuk Jacob!" Oliv memberikan kaos berwarna hitam dengan motif piano, di depannya tertulis kalimat I AM A PIANIST berwarna putih. Jacob tersenyum lebar dan memakai kaos itu segera setelah sampai ke tangannya,"Terima kasih, Oliv! Walaupun kau bocah kecil,aku akan senang jika bisa berkencan denganmu ketika aku dewasa!"
Oliv tertawa seraya mengelus puncak kepala Jacob,"Aku akan menunggumu dewasa,Captain!"
"Richard! Aku punya bola baru untukmu!" Oliv berteriak ketika matanya mendapati Richard yang sedang berdiri dengan senyum lebar di tengah anak anak tersebut. Kemudian, Oliv mrngeluarkan bola tersebut dan melemparkannya ke arah Richard,"Jadilah pemain bola yang handal,jagoan! Ini,om om ganteng di sebelahku ini jago sekali main bola. Waktu SMA dia atlet sepak bola. Dia masih jadi atlit ketika kuliah. Hanya saja dia berhenti karena memilih jadi dosen. Suruh dia kemari sesering mungkin ya!"
Mata Richard berbinar,"Benarkah,Paman Jo? Kau tidak pernah bercerita padaku."
Baiklah, Jonathan saja bingung kenapa gadis aneh ini menceritakan kelebihannya yang lain. Jangankan Richard, Alva saja juga tidak tahu kalau Jonathan adalah atlit sepak bola semasa muda.
"Serius,Richard! Christiano Ronaldo, si pemain Real Madrid itu saja .... kalah ganteng dari Jonathan!"
Richard melongo mendengar ucapan Oliv,"Kalah ganteng? Apa hubungannya dengan atlit sepak bola?"
Wajah Oliv memerah, apa apaan sih mulutnya itu?!
Gadis itu semakin memerah, terlebih ketika Jonathan tampak tertawa terbahak bahak di sebelahnya.
"Shelbyyyyyyy!" Oliv mencoba mengabaikan rasa malunya dongan menghampiri seorang gadis kecil yang tampak tersenyun lebar dan membalas Oliv dengan bahasa isyarat.
"Dia bilang, dia senang kau datang." Jonathan yang sudah berhenti tertawa menyahut, membuat Oliv mengangguk dan tersenyum lebar.
"Dia juga setuju padamu." lanjut Jonathan,membuat Oliv mengangkat alis,"Setuju apa?"
"Setuju jika Paman Jo lebih tampan dari Christiano Ronaldo."
Wajah Oliv memerah. Lagi lagi, dia melihat Jonathan tertawa. Kalau saja anak anak tidak ada, Oliv bersumpah akan melempari Jonathan dengan bola Richard.
Oliv segera membagikan barang barang yang tadi ia beli kepada satu persatu anak yang ada di sana, dan Oliv bersumpah,hatinya begitu damai melihat tawa tawa mereka.
"Nyonya Kathrine, aku tidak melihat Diamond?" ucap Oliv sambil membawa satu flowercrown dengan hiasan diamond di tengahnya. Kathrine tersenyum kecil,"Dia sedang sakit. Ada di kamar. Pengurus sedang membujuknya untuk makan." Oliv terenyuh,gadis itu menatap Jonathan sejenak,meminta izin untuk menemui Diamond. Pria itu memgangguk setuju, membuat Oliv tersenyum dan berkata,"Boleh aku bertemu Diamond?"
"Tentu saja boleh!"
Dengan segera, Oliv berlari ke kamar, dia melihat Diamond yang sedang meringkuk di bawah selimut, sedangkan di sebelahnya ada makanan dan minuman.
"Hai Diamond!" ucap Oliv ceria. Gadis itu duduk di sebelah Diamond, membuat gadis itu melihatnya sekilas, kemudian menyembunyikan dirinya lagi. Diamond ini mengidap Sindrom Turner. Secara fisik, penderita Sindrom Turner cenderung bertumbuh pendek, kehilangan lipatan kulit di sekitar leher, pembengkakan pada tangan dan kaki, wajah menyerupai anak kecil, dan dada berukuran kecil. Namun, Diamond masih bisa berkomunikasi dengan normal, dan menurut Oliv, Diamond cukup pintar dan cantik dengan rambut bergelombangnya.
"Kenapa kau kemari?!" ucap Diamond ketus, membuat Oliv tersenyum. Dia bisa makhlum karena pengidap sindrom Turner juga sulit mengontrol emosinya.
"Memberikanmu sesuatu. Tapi, kau harus makan dulu." ucap Oliv kepada gadis 16 tahun di hadapannya.
Diamond hanya terdiam, namun kini mulai menatap Oliv. Oliv mengambil mangkok berisi bubur ayam dan menyuapkannya pada Diamond. Membuat gadis kecil itu terdiam, menatapi sosok Oliv di hadapannya. Bagi Diamond, Oliv adalah wanita yang sempurna. Gadis itu cantik,berkulit putih,suaranya sungguh imut, rambutnya indah, benar benar tipikal gadis yang dapat menarik semua perhatian pria, termasuk Alva.
Dan mengetahui fakta itu, membuat Diamond sungguh marah. Gadis kecil itu manampik suapan yang Oliv berikan hingga berceceran di dress yang Oliv pakai,"Aku tidak butuh bantuanmu! Aku benci padamu!" Oliv menarik nafas dan tersenyum. Gadis itu kembali meletakkan mangkuknya dan memandang wajah Diamond.
"Kenapa kau membenciku?"
Diamond menatap tajam,"Kau cantik. Kau punya kulit idaman para wanita. Suaramu indah. Kau sempurna. Sedangkan aku? Aku hanya bisa menghabiskan waktuku di kursi roda seumur hidupku! Tidak ada satupun pria yang akan menyukaiku seperti Alva yang menyukaimu!"
Oliv tersenyum, kemudian berdiri tegak di hadapan Diamond,"Aku pendek. Nih,lihatlah. Aku bahkan paling pendek di kampusku. Semua temanku tinggi dan semampai, bak model Victoria Secret. Tapi lihat Olivia? Gadis pendek ini!"
Oliv berjalan ke arah Diamond, menyentuh rambut tebal bergelombang gadis itu,"Rambutku tidak lebih bagus dari rambutmu. Lihat, betapa wanita di luar sana harus membayar ratusan dollar demi rambut seindah ini?"
"Benarkah begitu?" suara Diamond melunak. Membuat Oliv tersenyum lebar dan mengangguk.
"Diamond adalah diamond. Diamond punya cara tersendiri untuk bersinar. Karena itulah diamond berharga, banyak orang yang mencintainya dan ingin mendapatkannya dengan harga yang sangat mahal." ucap Oliv, membuat Diamond menunduk lesu,"Aku bukan jenis Diamond yang diinginkan banyak orang,Oliv!"
Oliv menggeleng,"Kau salah, Diamond. Semua orang mencintaimu. Kau cantik. Kau bisa bernyanyi, sedangkan aku? Aku yakin tikus juga akan memilih untuk kejepit pintu daripada mendengar nyanyianku."
Mendengarnya, Diamond tertawa.
"Jadilah Diamond menurut versimu. Diamon yang akan tetap bersinar meskipun badai, hujan, angin, bahkan membuatnya menjadi lusuh. Jadilah diamond yang berharga dengan menghargai diri sendiri. Karena kau cantik tanpa menyadari betapa cantiknya dirimu." Ucap Oliv seraya memasangkan flowercrown diamond yang tadi dibeli ke kepala Diamond, membuat gadis 16 tahun itu tersenyum lebar dan memeluk tubuh Oliv. Setelah itu, Oliv menyuapi Diamond hingga tak ada bubur yang tersisa di mangkoknya. Kemudian membantunya meminum obat. Setelah beberapa saat, Diamond tertidur. Membuat Oliv tersenyum kecil, mengelus kepala gadis itu, dan mengeluari kamarnya.
Oliv memasuki kamar mandi panti asuhan dan menyalakan kran air wastafel untuk membersihkan dressnya karena bubur yang mengenainya tadi. Hingga ia menyadari pantulan seorang pria di belakangnya melalui cermin besar di hadapannya.
"Maafkan aku Jonathan, aku mengotori dress mom Andrea," ucap Oliv lirih seraya membersihkan dress itu dengan air yang mengalir.
Jonathan tersenyum tipis. Dia melihat semua hal yang Oliv lakukan, semua hal yang Oliv katakan pada gadis 16 tahun bernama Diamond itu. Dan entahlah, dia hanya ingin melakukan ini pada Oliv. Jonathan mempersempit jarak diantara mereka,hingga dadanya bersentuhan dengan punggung Oliv. Hal itu membuat Oliv bingung. Gadianya menutup kran wastafel, hendak berbalik ke arah Jonathan ketika pria itu melingkarkan lengannya di pinggang Oliv, memeluk gadis itu dari belakang. Oliv tersentak. Wajahnya memerah. Entah apa yang membuat gelinyir aneh di daerah perutnya.
"Jonathan" panggil Oliv dengan suara yang teramat lirih. Namun pria itu tidak mengindahkannya. Jonathan justru menundukkan kepalanya untuk menciumi pundak Oliv yang terbuka,membuat Oliv itu menggigit bibir bawahnya seraya memejamkan matanya. Menikmati sentuhan bibir Jonathan yanh selama ini hanya ada dalam angannya.
"Jonathan" Oliv kembali memanggil,"Kau tidak boleh .... seperti ini!"
'Aku ingin lebih. Aku menginginkan kau melakukan lebih'
Shit. Oliv merutuki bagian lain tubuhnya yang mengatakan itu.
Jonathan mempererat lengannya di perut oliv dan berkata di telinga gadis itu yang justru terdengar seperti desahan,"Damn,Oliv. Apa yang kau lakukan padaku?"
Oliv mati matian menahan desahan keluar dari mulutnya.
'Kau pacar Alva, Olivia! Berhenti meminta lebih!!'
Oliv melepas lengan Jonathan yang melinkar di perutnya, dan serius, ketika tangan kekar bertato pria itu lepas, Oliv merasakan sesuatu seperti ... kehampaan?
"Sudah semakin gelap, kita harus pulang" ucap Oliv. Gadis itu tersenyum canggung dan berjalan meninggalkan Jonathan yang masih tidak percaya dengan apa yang baru ia lakukan.
❤❤❤❤❤
"Aku lupa beli cemilan" Jonathan memberhentikan mobilnya di halaman supermarket yang begitu Oliv kenal. Ya. Supermarket dimana kopernya hilang kemarin.
"Aku ikut!" Oliv segera melepas sabuk pengamannya dan berlari menyusul Jonathan yang segera merangkul leher gadis itu.
Mereka berjalan dengan tawa yang terlontar satu sama lain. Hingga Oliv harus melepaskan rangkulan Jonathan dan mengambil keranjang dorong sebagai tempat berbelanja nanti.
Melihat tingkah Oliv yang seperti anak kecil, Jonathan tersenyum geli dan tidak bisa menahan untuk menepuk kepala gadis itu.
Oliv berjalan di belakang Jonathan, sedangkan pria itu tampak memasukkan belanjaan yang ingin ia beli. Dan lagi lagi, Oliv harus menerima kenyataan bahwa ia harus dipandang sinis oleh beberapa wanita di supermarket. Gila, memangnya Jonathan itu orang terkenal, apa?
Oliv terus mendorong keranjangnya,hingga tak sengaja menabrak kaki seorang wanita berdandan menor, berumur pertengahan 30 an. Oliv hampir saja mengucapkan permintaan maaf ketika menyadari bahwa ia mengenal wajah wanita itu.
"Kau lagi!" Wanita itu berkata ketus, membuat Oliv ikut memandangnya ketus. Wanita yang sebenarnya cantik tapi menor itu adalah manajer supermarket yang kemarin meminta satpam untuk mengusir Oliv ketika Oliv meminta untuk ditunjukkan rekaman CCTV.
"Saya sudah bilang, pihak supermarket tidak akan mengizinkan sembarangan orang memeriksa CCTV. Kau ini benar benar keras kepala"
Oliv mendelik tak terima,"Kenapa manajer supermarket bisa setidaksopan ini? Apa kau tidak melihat aku sedang berbelanja?!"
Demi Tuhan. Oliv benci dengan orang yang tidak sopan santun.
Mendengar ada keributan, Jonathan segera menghampiri Oliv. Ya, Olivia yang sedang menatap kesal seorang wanita di hadapannya.
"Oliv, ada apa?" tanya Jonathan menengahi mereka. Keberadaan Jonathan membuat wanita itu gelagapan. Wanita itu terlihat salah tingkah sebelum akhirnya merapikan penampilannya dan tersenyum manis ke arah Jonathan, membuat Oliv muak.
"Begini, pak. Gadis ini memaksa pihak supermarket untuk memeriksa CCTV karena kopernya hilang. Saya sudah memberitahunya baik baik dan dia datang lagi untuk menanyakan itu."
Oliv menatap wanita itu jijik. Serius, wanita itu berubah 180 derajat menjadi manis dan centil, ditambah bahasa tubuhnya yang menunjukkan bahwa dia tertarik pada Jonathan.
"Baik baik? Dia mengusirku!" Oliv tidak terima karena wanita itu bermuka dua.
"Kenapa kau tidak menunjukkannya? Tidak ada ruginya juga, kan? Malahan, supermarket bisa beruntung karena setidaknya kalian bisa berhati hati jija saja pencuri itu mengambil barang barang milik supermarket" ucap Jonathan membuat wanita itu tersenyum manis.
"Bapak benar,kalau begitu kita bisa memeriksanya sekarang"
'What the fuck. Sebegitu mudahnya kah?'
Oliv melihat wanita itu menarik lengan Jonathan seraya berbisik,"Jika bapak mau, bapak bisa memeriksa sesuatu yang lain"
Demi Tuhan. Oliv muak dengan tingkah murahnnya. Dengan kasar, Oliv msnarik lengan kanan Jonathan dan menatap wanita itu tajam,"Kau benar benar tidak sopan! Aku muak padamu!" Wanita itu tidak mau kalah. Ia balas menatap Oliv dengan tatapan tajam,"Kau ini masih kecil,banyak omong!"
Oliv tertawa tak tahan,"Masih kecil? Gadis yang kau anggap masih kecil ini mampu membuatmu kelelahan!"Oliv menunjuk Jonathan ketika mengatakannya,membuat pria itu menganga. Antara kaget dan ingin tertawa melihat betapa menggemaskannya Oliv.
"Kau ini siapa sih?! jalang sekali!"
Oliv mendelik,"Jalang teriak jalang! Bagaimana kau busa menggoda kekasihku tepat di depan mataku,bitch?!"
Wanita itu menatap Oliv tak percaya, begitu pula Jonathan, beruntung mereka berada di bagian supermarket yang lumayan sepi. Jangankan mereka, Oliv bahkan tidak percaya dengan apa yang ia ucapkan.
"Bagaimana ...."
"Bagaimana bisa? Memangnya kenapa kalau dia kekasihku? Kau iri kan tidak bisa punya kekasih setampan dan seseksi ini?!" Oliv memeluk lengan Jonathan erat sebelum.menarik pria itu untuk mencium pipinya lama.
Wajah wanita itu memerah, membuat Oliv menatapmya puas. Selang beberapa saat, seorang pria yang mengaku pemilik toko menghampiri mereka dan bertanya apa yang terjadi.
Jonathan akhirnya angkat bicara,"Pegawai bapak menggoda saya tepat di hadapan pacar saya, dan lihat, dia benar benar mengamuk."
Pria itu menepuk pipi Oliv yang masih menatap tajam wanita yang sedang benar benar malu itu.
"Pacar saya memang sedikit ganas,pak" Jonathan tersenyum geli ketika mengatakannya, membuat Oliv tersenyum kecil ke Jonathan, sekali lagi menciumpipi Jonathan seraya menginjak kakinya keras keras. Membuat Jonathan memekik tertahan.
Mendengar penjelasan itu, si pemilik toko segera meminta maaf dan meminta manajer perempuan itu untuk ke ruangannya dengan tegas. Dan Oliv yakin, setidaknya wanita utu mendapatkan surat peringatan.
Oliv segera memasuki mobil dengan nafas yang terengah-engah. Gila, akting yang bagus.
"Dasar bocah gila. Bisa bisanya membuat keributan di supermarket!" Jonathan tertawa, tak habis pikir dengan apa yang Oliv lakukan.
Pria itu membuka kantong belanjaannya dan mengambil sebungkus escream strawberry dengan cepat cepat dan menyuapkannya ke mulut Oliv,"Tahan kata katamu,sweetheart"
Lagi lagi, mood Oliv berubah baik ketika es krim strawberry itu sudah memasuki mulutnya,"Aaaaa! Enak!" Oliv merebut es krim daru tangan Jonathan dan mulai menyuapkan sesuap demi sesuap ke mulutnya.
"Kau pintar berakting, ya?" Jonathan tertawa, mengingat bagaimana Oliv mengakuinya sebagai pacar seraya membentak wanita itu,"Aku sedang mencoba menjadi jujur. Ini, aku sedang jujur, seperti yang kau inginkan ketika di butik tadi!"
Jonathan menyeringai,"Kalau tahu kau akan semengerikan ini, aku tidak akan memintamu jujur"
Oliv menatap pria itu kesal,"Dan membiarkanmu pergi dengan wanita jalang itu?! Tidak akan!"
Jonathan tertawa,"Memangnya kau ada hak apa? Kau kan hanya kekasih dari anakku"
Wajah Oliv memerah. Jonathan benar. Memangnya dia siapa? Kenapa dia harus marah ketika Jonathan berdekatan dengan wanita lain? Oliv menutup wajahnya yang memerah, membuat Jonathan tertawa kecil. Pria itu mengecup punggung tangan Oliv yang masih ada di wajahnya, membuat gadis itu tersentak merasakan sensasi geli dalam perutnya. Dengan segera ia membuka wajahnya, menatap wajah Jonathan yang berada 5cm di depannya. Jonathan tersenyum, kembali mengecup oliv, tepat di pipinya.