Gadis itu membuka matanya perlahan ketika dingin terasa semakin menyengat kulitnya. Seingatnya, ia memakai baju hangat kesukaannya semalam. But, tunggu.
Mata Oliv melebar secara sempurna. Gadis itu menatap laptop yang masih menyala di depannya. Kemudian meraba tubuh yang .... dibiarkan tanpa penutup apapun. Dalam artian, dia telanjang. Oliv benar-benar telanjang bulat.
" Seriously, Oliv?" gadis itu berdesis seraya menatap layar laptopnya yang menampakkan sesuatu pemandangan indah, seorang pria paruh baya yang tengah tertidur tanpa busana.
"Who is this angel?" Oliv kembali berdesis,namun kemudian mengerjapkan matanya ketika ia sadar, "Daddy?!"
Oh,benar. Sekarang ia ingat. Semalam, daddy hot-nya itu,mengatakan imajinasi liarnya tentang Oliv. Kemudian, Oliv melepas semua bajunya. Kemudian, Pria itu melepaskan bajunya juga. Kemudian, ia menyuruh Oliv melakukan berbagai perlakuan pada tubuh mungilnya. Kemudian, pria itu memainkan bagian tubuhnya sendiri. Kemudian ..... Kemudian .....
Wajah Oliv memerah sempurna.
What the fuck, Bitchy-oliv?
Tapi.
Oliv menatap pria itu lagi dan lagi-lagi berdesis, " Kenapa pria setua ini bisa terlihat begitu indah?"
Ya, Jonathan sangat indah. Tubuhnya penuh tato, dadanya bidang, perutnya sixpack, ototnya menggoda,wajahnya tampan. Fuck. Sempurna. Pria itu adalah pria terseksi yang pernah Oliv lihat.
Namun kemudian, sekelebat bayangan masuk di pikiran Oliv. Bayangan yang mereka lakukan semalam. Bayangan yang membuat Oliv terlihat seperti,pelacur kesepian.
"Oh, shit, ini bodoh!" Oliv menggelengkan kepalanya seraya menjambak rambutnya. Demi tuhan, dia benar-benar merasa bodoh telah telanjang bulat di depan Jonathan, meskipun tak secara langsung. Bagaimana jika .... Bagaimana jika Jonathan itu orang jahat? Bagaimana jika pria itu diam-diam merekam videocall mereka dan menyebarkannya di internet? Oliv benar-benar akan mati. Wait, tapi entah kenapa, Oliv sama sekali percaya bahwa Jonathan tidak mungkin melakukan hal itu padanya. Ada hal yang lebih Oliv takutkan dari semua itu.
Bagaimana reaksi Jonathan terhadap Oliv setelah ini? Oliv yang selalu membangga-banggakan dirinya sendiri dengan keperawanan yang akan ia jaga sampai ia menikah, kini tampak terlihat murahan dengan membiarkan orang asing yang ia kenal di internet melihatnya telanjang dan ber-onani. Bagaimana tanggapan Jonathan? Akankah Jonathan tetap mau berteman dengan Oliv? Akankah Jonathan .....
Memikirkan itu,entah mengapa Oliv tiba-tiba menangis. Bukankah hal itu memang mungkin? Jonathan adalah pria tang menajubkan. Meskipun pria itu mengaku tidak pernah melakukan hubungan seksual apapun setelah istrinya meninggal,tapi, kenapa Oliv harus percaya? Jonathan saja memiliki imajinasi liar terhadap gadis pendek dan tidak menarik sepertinya,apalagi dengan gadis-gadis bahenol di New York? Jonathan pasti menilai Oliv sama saja dengan mereka yang menggodanya.
" Daddy,I can't ..." bisik Oliv seraya menundukkan kepalanya. Air matanya kembali turun. Ya, ini memang tidak mungkin. Ini memang salah. Ini tidak bisa dilanjutkan. Hubungan ini, memang harusnya tidak ada.
Oluv menghapus air matanya kasar,kemudian meraih laptopnya. Gadis itu memainkan jari-jarinya di atas laptop.
"Thanks for being the best daddy and friend once. But,I am sorry."
💻 Your chatous account has been deleted.
💻 Your skype account has been deactived.
💻 Your e-mail account has been deleted.
💻 Your whatsapp number has been changed.
💻 Your kik account has been inactived.
❤❤❤❤❤
" Liv, lo dipanggil ke ruang dekanat tuh." Seorang gadis berambut pendek menepuk pundak Oliv, namun yang ditepuk pundaknya masih terpaku pada buku di hadapannya. Terpaku? Tidak. Gadis itu justru sedang melamun.
" Woy, Oliv!"
"Eh, bel? Apaan?" Oliv mengerjapkan matanya ketika gadis tadi memanggilnya dengan nada yang lebih keras. Bella, nama gadis itu, mengerutkan dahinya. Tidak biasanya Oliv melamun ketika membaca buku tebal kesukaannya.
" Lo kenapa?" tanya Bella seraya menempelkan punggung tangannya di dahi Oliv, " Lo nggak sakit,kan?"
Oliv tersenyum," Nggak. Tadi lo ngomong apa? Gue ga denger,sorry"
Bella memutar matanya, "Lo dipanggil ke dekanat,budek."
"Hah? Ngapain? Emang gue salah apa?" Tanya Oliv. Gadis itu mendadak merasa ngeri. Apakah videonya semalam sudah tersebar? The hell,itu tidak mungkin. Wait, kenapa tidak mungkin? Oliv bahkan belum mengenal Jonathan terlalu dalam. Mengabaikan berbagai pertanyaan Bella,gadis itu segera berlari menuju ruang dekanat. Dia was-was. Well, tentu saja, pertanyaan-pertanyaan bermunculan di kepala Oliv.
Oliv menarik nafas panjang seraya mengetuk pintu ruang dekanat di depannya. Setelah dipersilahkan,dengan was-was Oliv mulai duduk di depan dekan fakultasnya.
"Olivia Natasha?"
Oliv mengangguk penuh hormat, "Iya pak,ada perlu apa Bapak memanggil saya? Apakah saya melakukan suatu kesalahan?
Tanpa diduga,dekan tersebut tersenyum seraya menjabat tangan Oliv, "Saya suka murid yang aktif dan cerdas seperti anda."
"Maaf pak?" tanya Oliv tak mengerti. Kemudian,dekan tersebut menyerahkan sepucuk surat,yang dengan segera dibuka oleh Oliv.
Mata Oliv membulat sempurna. Well, sebenarnya dia sudah bisa menebak hal ini. Hanya saja, sudah 2 bulan sejak dia mengirim berkas-berkasnya dan melakukan wawancara, dan,ya, Oliv mengharapkan beasiswa itu. Tapi setelah kejadian semalam,masih sanggupkah ia?
"Selamat Olivia Natasha,anda berhasil melewati tahap-tahap beasiswa tersebut. Tiga hari lagi adalah tes tulis yang merupakan testerakhir. Lakukan yang terbaik,karena universitas akan mendukung dalam bentuk material maupun nonmaterial. Kami cukup bangga karena satu mahasiswi kami hampir berhasil menembus New York University." ucap dekan tersebut panjang lebar.
" Tapi,pak,sebenarnya saya melupakan beasiswa tersebut." Tentu saja. Pergi ke New York,artinya, dia akan bertemu dengan Jonathan yang merupakan dosen besar fakultas hukum disana. Mengingat kejadian semalam saja sudah mampu membuat Oliv ingin membuang wajahnya sejauh mungkin. Apalagi jika harus bertatapan langsung dengan Jonathan?
" Loh, kenapa?" Anda sudah melewati tahap-tahap yang sulit, tinggal selangkah lagi, Oliv. Masa depan cerah ada di depan anda. Jadi mengapa tidak?" Oliv terdiam. Jika dulu, yang ia takutka adalah izin dari ayah kandungnya, maka saat ini, ia hanya tidak mau punya kesempatan untuk bertemu Jonathan.
" Saya akan memikirkannya." Olivia tersenyum hormat,membuat pria botak di depannya tampak mengkerutkan dahinya tak percaya.
"Apakah masalah keluarga?" tanya Pak Dekan membuat Oliv tersenyum. " Saya akan memikurkannya."
" Baiklah jika itu mau anda. Apapun keputusannya, saya harap, itu yang terbaik."
Setelah itu, Oliv memilih untuk segera berpamitan dan jeluar dari ruangan dekanat. Gadis itu berjalan gontai menuju ruang 2, karena 30 menit lagi,pelajaran akan segera dimulai.
"Liv," tepukan kembali terasa di bahu Oliv, membuat gadis itu mengerjapkan matanya," Apaan bel?"
" Jujur deh,lo kenapa?" tanya Bella serius, membuat Oliv menggelengkan kepalanya.
" Liv,kita udah temenan lama banget. Gue tau kapan lo baik-baik saja, kapan lo lagi nggak baik-baik aja. Lo cuman gak bisa bohongin gue." ucap Bella. Pandangannya beralih pada amplop yang ada di tanhan Oliv. Dengan cekatan, Bella mengambil amplop itu, dan membaca isinya secara seksama.
" Oliv? Lo maduk tahap terakhir beasiswa? New York University?! Wahh, akhirnya! Selamat ya Liv!" Bella memeluk tubuh Oliv. Namun, gadis itu sama sekali tidak bereaksi.
" Lo pasti seneng banget, kan? Akhirnya bisa ketemu sama daddy hot elo itu! Anjir, gue iri sama elo! Gue yang udah fantasi liar buat bisa ngegodain si daddy hot tapi kok malah elo yang punya kesempatan,sih?" ucap Bella.
Ya, memang Bella mengetahui segalanya, karena Oliv tidak akan bisa menyembunyikan apapun di depan Bella. Bella bahkan pernah di ajak ber-video call dengan Jonathan, dan tentu, dia freaking out melihat Jonathan yang seksi. Bella bahkan pernah mencoba untuk menghubungi Jonathan, tapi sayangnya di tolak oleh duda hot itu.
Mendengar perkataan Bella, tubuh Oliv justru bergetar. Entah apa yang tiba-tiba membuat gadis itu menangis.
" Oliv! Lo kenapa?" teriak Bella. Dengan segera, gadis itu menarik Oliv menuju tempat sepi di pojok gedung.
" Abis ini masuk" Bisik Oliv tapi Bella menggeleng. " Kita bolos.Gue nggak mau tau, lo harus ceritain semuanya."
" Gue nggak papa. Bel"
" Nggak papa gimana? Lo gemeteran gitu,Liv! Cerita sama gue, ada apa sama elo?!"
Oliv menarik nafas panjang. Benar,kan? Dia tidak akan pernah bisa menyembunyikan apapun di depan Bella.
" Gue putusin hubungan gue sama Jonathan." ucap Oliv,membuat Bella tersentak kaget. Setahunya, Oliv sangat menyukai hubungan dengan Jonathan. Bahkan, Oliv bisa menghabiskan berjam-jam hingga tidak tidur semalaman hanya demi mengobrol banyak hal dengan Jonathan. Oliv selalu menganggap Jonathan sebagai ayahnya,dan tentu saja itu wajar, terlrbih di saat ayah kandungnya sendiri tidak pernah menganggapnya sebagai anak. Well, dulu, Bella selalu menggerutu. Jika saja Bella adalah Oliv, dia tidak akan pernah mau menjadikan Jonathan sebagai ayah. Demi tuhan, Jonathan terlalu hot untuk menjadi ayahnya. Or you can call it,daddy with benefit, maybe?
" Maksud elo apaan sih? Gue nggak ngerti"
" Gue hapus semua akun gue. Gue ganti nomor. Semuanya. Gue ga mau lagi hubungan sama dia. Gue malu, Bel, gue malu banget! Gue bener-bener kaya pelacur. Dia pasti nganggep gue pelacur!"
"Liv, tenang. Lo ceritain pelan-pelan,okey?!"
Dan setelah itu,Oliv menceritakan semuanya. Dari awal hingga akhir. Cerita yang cukup membuat Bella melongo. Well, kalau saja itu Bella, hal ini memang mungkin terjadi. Siapa yang bisa menolak pesona Jonathan? Siapa? Tapi masalahnya, ini adalah Oliv. Dan Oliv benar-benar berbeda dari Bella. Oliv bukan tipikal orang yang mudah dipengaruhi oleh laki-laki yang hanya mau menggunakan tubuhnya. Well, meskipun banyak sekali yang menginginkannya. Terkadang, Oliv memang penggoda. Dia mampu menggoda siapa pun, hingga membuat mereka benar-benar gila. Tetapi itu tidak lebih dari lelucon.
" Liv, lo tenang dulu, ya!" Bella mencoba menenangkan Oliv, dengan memeluk gadis itu.
" Gue nggak benci dia karena berfikiran kayak gitu tentang gue. Gue benci diri gue sendiri yang garus bertingkah kayak gitu. Looked like a bitch banget, nggak, Bell?" ucap Oliv sambil sesenggukan.
" Oliv,please. Ini emang nggak cocok buat lo. Gue akuin,Oliv yang gue kenal ga bakal mungkin ngelakuin itu. But, be a reality, Oliv. Itu wajar banget. Apalagi lo udah dewasa,Liv. Jangankan lewat videocall, kalo lo mau, lo bisa nglakuin secara langsung." Bella menghela nafas. " Well, its not the point, but, lo jangan nyalahin diri li sendiri, Liv. Percuma, nggak bakal keulang lagi,kan? Intinya, kalian berdua sama-sama menikmati itu. Bahkan kalo gue jadi elo, gue udah minta gitu sejak pertama chat. Gila, Cristiano Ronaldo aja lewat sama Jonathan!"
Oliv sedikit tertawa
"Dan masalah beasiswa ya Liv, saran gue, lo tetep maju, lakuin yang terbaik dulu. Emangnya lo ga pengen bebas dari bokap lo yang gila itu?" ucap Bella.
" Tapi, Bell, gue nggak bakal sanggup kalau seandainya besok bakal beneran ketemu sama Jonathan." balas Oliv yang membuat Bella mengangguk.
" Gue ngerti Liv. Udah gini aja, Liv. Lo tetep ikut tes nya. Gue yang anter. Lo kayak gini aja deh,berhasil ya okey, nggak juga gak papa. Buat keputusannya, pikirin aja akhir-akhir. Keputusan tetep di tangan lo, Liv"
Oliv tersenyum. Gadis itu memeluk sahabatnya sangat erat. " Makasih ya, gue nggak tau kalo nggak ada elo,gue bakal jadi apa"