Suara piano nan merdu berasal dari handset yang ku kenakan, memutarkan beberapa musik klasik populer karya beberapa komponis terkenal dunia seperti Beethoven dan Mozart.
Memang merupakan sesuatu yang tidak wajar untuk seorang remaja di zaman modern mendengarkan musik seperti ini. Tapi aku sangat menyukai musik klasik karena dengan mendengar nya saja aku mendapatkan kedamaian dan ketenangan pikiran.
Sambil mendengar musik aku menulis nama dari target pembunuhan ku selanjutnya Rahma Wulandari.
Nama lengkap; Rahma Wulandari
Usia; 15 tahun
Tanggal lahir; 26 juli 2003
Berat; 38 kg
Tinggi; 157 cm
Ciri ciri; berambut sebahu memakai behel dan memiliki tahi lalat di dekat mulut
Keterangan; anggota klub paduan suara sekolah, merupakan siswi cerewet dan centil. Alasan ku membunuh nya adalah sifat sombong dan tukang pamer. Tidak memiliki banyak teman karena sifat sombongnya.
Rentetan kata yang ku tulis dengan tinta merah ini, merupakan data diri dari target pembunuhan ku selanjutnya.
Aku memang selalu melakukan survei dan mendata setiap orang yang akan ku bunuh.
Sebenarnya aku tidak punya dendam dengan Rahma, dia juga tidak pernah membuat masalah dengan ku. Alasan ku membunuh Rahma adalah atas perintah Al. Katanya sih Rahma itu sejenis sampah yang harus dilenyapkan.
Aku memutuskan segera menutup buku catatan ku, buku yang biasa ku gunakan untuk mendata segala yang berhubungan dengan target pembunuhan ku.
Kring'
Bel pulang berbunyi dengan keras sampai musik yang ku dengar seolah lenyap begitu saja.
Aku mematikan aplikasi pemutar musik dan segera membereskan barang barang ku. Rencana nya hari ini aku ingin membuntuti Rahma.
Aku segera meninggalkan kelas, dan segera mencari keberadaan Rahma target ku selanjutnya.
"Ayo cepat, kau ini lambat" suara cempreng itu terdengar di depan kelas 10 MIA tiga, suara itu adalah suara yang sangat ku kenal. Ya itu suara Rahma, aku heran kenapa dia bisa masuk kelompok paduan suara di sekolah padahal suaranya sangat cempreng dan melengking begitu.
Aku melihat Rahma tampak bicara dengan seorang siswi. Aku hanya berdiri dari kejauhan dan menatap nya.
"Ayo"
Kini Rahma sudah beranjak dari tempatnya aku terus mengikutinya bagaikan stalker, aku sengaja memakai hoodie yang dapat memberikan kesan mengerikan. Setidak nya aku harus mengetahui bagaimana ekspresi Rahma ketika dia ketakutan. Agar dapat menebak hal apa yang harus ku lakukan saat menyiksanya.
Aku mengikutinya dari saat dia keluar gerbang sekolah sampai di sebuah gang sempit.
"Siapa di sana?" Rupanya Rahma menyadari kalau aku mengikuti nya.
"Ini aku" aku membuka tudung ku
"Eh kak Kesha kan?" Tanya nya
"Iya"
"Huh aku pikir siapa, sedang apa kakak di sini?"
"Aku hanya ingin mencari rumah kerabat ku letak nya di daerah sekitaran sini" kata ku
"Oh baiklah aku juga kos di komplek sini. Kosan ku di sana, di rumah berlantai dua itu" Rahma menunjuk ke arah sebuah rumah di depan gang.
"Iya, kalau begitu aku rasa kita harus berpisah, dah"
Aku pun mengambil jalan ke kiri. Aku kini mengetahui sebuah fakta baru kalau Rahma tinggal di kosan. Aku rasa besok waktu yang tepat untuk melenyapkan Rahma.
🔪🔪🔪
Keesokan harinya tepatnya di jam istirahat pertama pukul sepuluh lewat lima belas. Aku yang sudah bosan di kelas memilih keluar dari kelas untuk melepaskan segala kepenatan yang ku alami selama empat jam belajar matematika. Sungguh lah sesuatu yang pantas di keluhkan.
Namun sayang baru saja aku keluar dari pintu rupanya diri ku sudah di sapa dengan kehadiran Al yang berdiri seperti orang bodoh.
"Temui aku di gudang sekolah" bisik Al dan segera pergi meninggalkan ku.
Seperti pembicaraan kami semalam kalau hari ini kami akan membunuh Rahma.
Aku menghela nafas panjang, dan segera menuju ke gudang sekolah, agar orang orang tidak curiga aku dan Al mengambil jalan yang berbeda.
Aku harus mengambil jalan yang cukup panjang untuk sampai di gudang. Benar benar merepotkan.
"Apa kau sudah menemukan cara melenyapkan Rahma?" Baru juga aku sampai di dalam gudang Al lansung menerjang ku dengan pertanyaan.
"Sudah" jawab ku singkat
"Bagaimana?"
"Ya aku punya sebuah trik" jawab ku.
"sebenarnya ini cukup rumit, untuk membunuh Rahma kita harus melakukan beberapa hal. Pertama membawa Rahma ke tempat eksekusi , kita bisa menipu nya. Setelah berhasil kita lansung membunuh nya membakar mayat nya agar Rahma seolah olah Rahma hanya menghilang dan tidak ada yang tahu kalau dia mati" jelas ku panjang lebar
"Bagus" respon Al .
Bagus? Satu kata yang terdiri dari lima huruf yang memiliki awalan B dan akhirnya s. Apa apaan kata itu di gunakan untuk menggambarkan trik ku yang luar biasa ini.
"Hanya itu tanggapan mu?"
"Ya, lalu kau mau apa menurut mu?aku mencium mu?"
Aku hanya menatap kesal pada Al.
"sudahlah" kata ku "Jadi menurut mu bagaimana kita menipu Rahma?"
"Tentang saja aku punya ide yang keren"
🔪🔪🔪
Sepulang sekolah Al singgah ke rumah ku dan kami akan melakukan social Engineering, ini adalah salah satu cara untuk melakukan hacking, di mana para hacker akan melakukan penipuan dengan cara menyerang psikologi dari korban nya dan dengan begitu para hacker akan menyuruh korban melakukan transfer uang atau yang lainnya.
Itu juga yang akan kami lakukan pada Rahma namun cara sedikit berbeda. Kami akan melakukan panggilan pada nomor telpon Rahma.
"Halo" kata Al
"Halo"
"Begini, apa benar ini dengan nona Rahma Wulandari?"
"Iya, ini siapa ya?"
"Saya dari studio musik xxx ingin mengajak nona Rahma bekerja sama untuk menyanyikan salah satu album terbaru kami"
"Ah benarkah? Apa ini tidak bohong" aku mendengar suara senang Rahma.
"Iya, karena menurut informasi nona sangat berbakat dalam bernyanyi "
"Oh iya benar suara saja memang sangat bagus apalagi saat saya bernyanyi"
Dia cantil sekali.
"Iya, itu sebabnya nona terpilih, sekarang tinggal nona Rahma menandatangani kontrak nya sekarang. Saya akan mengirim alamat nya"
"Terima kasih"
Rahma memutuskan sambungan telepon. Pasti dia sangat senang.
Semua nya berjalan sesuai rencana kami, Rahma datang ke sebuah gedung terbengkalai di pinggir kota. Aku dan Al yang sudah berada di lokasi hanya menatap dari jauh mengawasi gerak gerik Rahma.
Seperti yang ku duga pasti Rahma datang sendiri karena memang Rahma hanya hidup sendirian di sebuah kamar kos.
"Dia sendirian ayo hampiri dia" ajak Al.
"Oke"
Kami segera menemui Rahma di depan gedung.
"Eh kak Al dan kan Kesha?" Rahma tampak terkejut kehadiran kami.
"Hai Rahma"
Linggis yang dari tadi di pegang Al segera di hantamkan ke kepala Rahma akibatnya kepala Rahma sedikit pecah dan mengeluarkan banyak darah.
Bersambung...