Download App
56.09% Berandalan / Chapter 23: Kencan (2)

Chapter 23: Kencan (2)

Mereka melanjutkan kencan yang sempat tertunda. Berjalan tak tentu arah ke sana kemari. Violet sudah merasa lebih baik melihat tak ada lagi mata yang menatapnya dengan kesal juga tak rela. Beberapa gadis menatap Jovan tapi tidak terlihat sinis saat menatapnya. Ia mendapatkan kembali rasa percaya dirinya.

"Filmnya dimulai sebentar lagi," kata Jovan.

"Kelamaan kalo nonton film Jo, nanti kesorean. Nenek biasanya sampai rumah jam 5 sore," kata Violet.

Jovan cemberut, untuk sesaat tidak ingat kalau pacarnya ini gadis baik-baik yang tak mungkin bisa diajak main sampai malam seperti halnya gadis lain yang ia kenal dulu.

"Kita cari tempat buat ngobrol sambil makan, jam 4 kita pulang," kata Jovan.

Violet mengangguk cepat menyetujuinya. Jovan lalu menggandengnya menuju food court. Mereka sudah hampir sampai saat tiba-tiba Jovan menarik Violet ke sudut lain.

"Photo box Vi," kata Jovan bersemangat.

Violet heran mendengarnya. Seorang Jovan? Seorang lelaki. Berandalan pula. Begitu antusiasnya dengan photo box? Dasar narsis.

Keduanya masuk dan meletakkan tas di lantai.

"Mau yang mana Jo?" tanya Violet memilih background.

Jovan tersenyum dengan aneh lalu menarik Violet ke pangkuannya. Violet terkejut tentu saja, menatap Jovan dengan bingung.

"Ntar aja fotonya," kata Jovan yang lalu mencium bibir Violet.

Baru Violet sadar ia sudah salah sangka. Ternyata niat Jovan ke sini bukan mau mengambil foto. Pantas saja ia begitu antusias.

Jovan mengelusi punggung Violet dengan lembut. Yang kemudian merembet turun ke paha. Pelan-pelan malah masuk ke dalam rok abu-abu yang dikenakan Violet. Dan cepat saja Violet menahannya. Tapi Jovan bersikeras, menguatkan lengannya hingga bisa menyentuh apa yang ia cari.

Violet baru mau mendorong Jovan untuk melepaskan ciuman mereka. Tapi tangan Jovan menarik kepalanya agar ciuman mereka jangan sampai terputus.

Lengan Jovan terlalu kuat untuk bisa dilawan Violet. Ia hanya bisa meremas seragam di pundak Jovan kuat-kuat saat Jovan mulai menggosokkan jarinya di bawah sana. Satu tangan Violet yang menahannya tak berarti apa pun. Gesekannya tetap intens dan membuat Violet berdesir hebat.

Jovan melepas ciumannya untuk bisa menatap wajah Violet yang sudah memerah. Raut penuh nafsu yang sangat disukainya.

"Angkat bajunya Vi!" perintah Jovan.

Meski Violet terpejam dan nampak sudah kesetanan ia tetap menggeleng. Ia kumpulkan seluruh kesadaran dan kekuatannya lalu memukul Jovan kuat-kuat, kemudian melompat turun dari pangkuannya. Setelahnya cepat-cepat ia keluar dari ruangan sempit itu.

Jovan tersenyum tak habis pikir. Ia kehilangan kewaspadaan sebentar dan Violet berhasil melarikan diri darinya. Ia membuka tirai dan melongok keluar.

"Jadi ambil foto gak?" seru Jovan terkekeh.

Violet menatapnya dengan raut kesal.

"Nyebelin," katanya.

Jovan tertawa, lalu membawa tasnya dan tas Violet keluar bersamanya.

"Sok-sokan bilang nyebelin, orang kamu keenakan juga," jawab Jovan tersenyum geli.

Violet memukul Jovan sekeras yang ia mampu sampai Jovan mengaduh tapi setelahnya tetap tertawa.

"Nyebelin karena gitu doang? Gak sampe 'main'?" tanya Jovan menggodanya lagi sambil menyodorkan tas pada si empunya.

Violet menerima tasnya. Dan detik berikutnya ia gunakan itu untuk memukuli Jovan. Jovan kembali mengaduh tapi tetap saja tertawa. Membuat Violet makin kesal saja.

"Nyebelin," kesal Violet yang kemudian berbalik, jadi bad mood dan ingin langsung pulang saja.

"Eeeh.. iya deh iya, gak akan dibahas lagi," kata Jovan buru-buru menahan tangan Violet.

Violet melirik Jovan sinis, penuh sangsi.

"Suer," kata Jovan lagi menunjukkan dua jarinya. "Beneran. Serius. Gak bohong," katanya lagi berusaha menunjukkan kesungguhannya.

Violet melihat ke arah lain. Sebenarnya benar-benar sudah kesal dan marah. Ingin pulang saja. Disebut Jovan bahwa ia menikmati perlakuannya tadi benar-benar terasa menyakitkan baginya. Saat Jovan melakukan itu padanya, otaknya benar-benar tak suka, tapi tubuhnya seolah tak bisa ia kendalikan. Seolah bergerak sendiri dan merespon tanpa peduli perintah keras dari otaknya.

Jovan mendekati Violet dan memeluknya.

"Sorry," katanya menyesal.

Violet diam saja.

"Makan dulu ya, baru abis itu pulang," bujuk Jovan kali ini.

Violet masih diam.

Jovan menilik wajahnya yang masih cemberut kesal.

"Kalo ngambek gitu serem banget deh, sumpah," canda Jovan tapi masih tak cukup ampuh untuk meredakan kemarahan pacarnya.

"Gila...," keluh Jovan pelan. "Berantem satu lawan lima gue jabanin, Adu pedang gue gak takut. Diamuk bokap gue gak peduli. Masa diginiin doang sama pacar rasanya serem amat," gumam Jovan bicara pada dirinya sendiri, sukses membuat Violet tersenyum menahan tawa mendengarnya.

Jovan lega melihatnya, menahan diri untuk tak mengomentari agar Violet tak marah lagi. Pelan-pelan ia gandeng Violet lagi dan membawanya ke tempat makan terdekat.

Sebentar setelah memesan Violet sudah kembali seperti semula. Memang dia tipe orang yang tak lama menyimpan amarah. Namun tetap saja Jovan tak berniat untuk menggodanya lagi.

"Minggu besok mau jalan lagi?" tawar Jovan.

Violet tersenyum, Jovan senang melihatnya. Tapi kemudian Violet menggeleng. Meruntuhkan kesenangan Jovan berubah jadi kesal.

"Kok gak mau sih?" tanya Jovan kecewa.

"Tiap minggu aku bantuin Nenek di pasar," jawab Violet.

Jovan menghela napas berusaha sabar. Lagi-lagi, punya pacar anak baik-baik sungguh menyebalkan.

Jovan rasakan ponselnya bergetar. Ia rogoh kantong celananya lalu melihat nama yang tercantum di layar. Satu panggilan masuk dari Sendy. Jovan mengangkatnya.

"Kenapa?" tanya Jovan pada Sendy.

Violet menatapnya, tadinya ia kira sedang bicara padanya.

"Lu di mana kampang? Dari tadi gue chat gak bales bales," keluh Sendy.

"Kenapa sih? Lu kesannya kayak kangen amat sama gue," jawab Jovan terkekeh.

"Kampret, ya emang sekarang kita jarang ketemu kan. Mumpung lagi sama-sama di sini ketemu bentar kenapa sih. Sinis amat sama gue," jawab Sendy.

Jovan kembali terkekeh.

"Lu ke sini sama siapa dulu nih? Gue ogah kalo lu bareng sama anak-anak," jawab Jovan.

"Gue berdua doang sama Renata," jawab Sendy.

"Etciee udah jadian lu sama dia?"

"Berisik lu. Udah! Bilang lu lagi di mana! Gue samperin," jawab Sendy sewot.

Jovan akhirnya memberitahukan posisinya pada Sendy dan kemudian memutus sambungan. Violet menatapnya saja, ingin tahu tapi tak berniat untuk bertanya.

"Sendy," kata Jovan. "Masih inget, kan?"

Violet mengangguk pelan.

"Yang bikin kamu ketangkep polisi itu, kan?" tebak Violet.

Jovan justru mengernyit bingung, memangnya kapan Sendy membuatnya tertangkap polisi?

"Yang nelfon kamu waktu ada korban jiwa pas tawuran. Yang kamu samperin terus kamu malah ketangkep polisi. Iya kan?" lanjut Violet memperjelas.

Jovan baru ingat, lalu tertawa pelan dan mengangguk membenarkan.

"Iya, yang itu," katanya. "Kok kaya gak suka banget gitu sih sama dia?" tanya Jovan tersenyum geli.

Violet mengedikan pundak tak tahu juga. Lagi pula ia memang tak suka dengan semua teman Jovan yang suka berkelahi itu. Yang membuat Jovan berat hati meninggalkan kebiasaan buruk itu.

Sesaat kemudian pesanan mereka datang dan pelayan menata makanan juga minuman di meja. Selesai itu segera pergi.

"Sendy aslinya baik kok," kata Jovan melanjutkan. "Bahkan kalo dibandingin sama aku, aku jauh lebih brengsek dari dia," tambah Jovan menarik minumnya mendekat.

"Udah jelas kalo itu sih," jawab Violet.

Jovan tertawa mendengarnya.

"Aku bahkan belum nemu cowok yang lebih brengsek dari kamu," lanjut Violet.

Jovan kembali tertawa mendengarnya. Mengusap kepala Violet dengan gemas.

"Hoy!!" seru seorang lelaki memakai seragam yang sama dengan Jovan mengejutkan keduanya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C23
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login