Download App
88.88% PRINCESS OF MAFIA / Chapter 24: - 23 -

Chapter 24: - 23 -

Teriakan itu mulai terdengar kembali, teriakan kesakitan dan kesedihan sudah terdengar dalam beberapa minggu ini. Para Eksekutif tertinggi dan menengah belum juga dapat menemukan lokasi dimana markas Salvador.

Felica, gadis itu mulai kehilangan akal sehatnya. Trauma yang ia dapati begitu menyiksa tubuhnya, sudah beberapa kali gadis itu mencoba bunuh diri dengan cara apa pun. Hingga tubuhnya saat ini harus terikat di atas tempat tidur. Sisi lain dari gadis itu tak kunjung keluar sehingga Felica harus tersiksa dengan mengingat apa saja yang menimpanya pada hari itu.

Bahkan cara pencucian otak pun gagal untuk membuatnya kembali seperti biasa. Shizuku pun belum tersadar setelah tidak sadarkan diri melihat putrinya yang seperti itu. Terkadang Felica akan kembali tersadar beberapa menit dan ia menangis dan meminta siapa pun untuk membunuhnya.

Alucard, Nero, Vicente, Xavier dan White hanya bisa mengawasi agar gadis mereka tidak kembali melakukan percobaan bunuh diri. Mereka menunggu Felica untuk kembali tenang sambil menahan emosi mereka yang ingin sekali membunuh para Salvador.

"Aaakkkkkhhhhhhhh!"

"Tingkat stresnya bertambah 2 persen," terang Xavier saat melihat Felica dengan mata kanannya.

"Luka di tubuhnya sudah hampir pulih, tetapi serangan mentalnya lebih parah dari yang aku duga," sambung Nero.

Mereka berempat saat ini berada di luar ruangan yang terdapat kaca tembus pandang untuk melihat Felica dari luar. Vicente sudah beberapa hari ini menangis karena kondisi Felica yang semakin memburuk. Lelaki itu memang terlalu melankolis jika menyangkut Felica.

"Bisakah kalian berbuat sesuatu? Aku tidak tega melihatnya seperti itu terus menerus," kata Vicente sambil menghapus air mata dengan sapu tangannya.

"Aku akan mencoba memancing sisi lain Felica untuk keluar." kata Alucard sambil memasuki ruangan serba putih itu.

Felica bergerak gelisah sambil berteriak meski pita suaranya sudah hampir putus. Alucard langsung saja mengeluarkan beretta miliknya dan mengarahkannya ke samping telinga gadis itu. Alucard sudah ingin mencobanya beberapa hari lalu, tetapi Nero selalu menghalanginya dan beralasan jika pendengaran Felica bisa terganggu.

DOR

Teriakan Felica berhenti tiba-tiba, kedua matanya tertutup dan napasnya kembali teratur. Alucard menarik tangannya sambil mendekatkan wajahnya untuk melihat kondisi Felica. Ia mengernyitkan dahi kala Felica kembali membuka kedua matanya.

"Felicia," panggil Alucard yang berhasil memanggil sisi lain dari gadis bersurai merah itu.

"Mengapa tubuhku di ikat seperti ini?" tanya gadis itu sambil tersenyum ke arah Alucard. "Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"

"Apa kau mengingat sesuatu?" tanya Alucard sambil mengelus surai merah gadis itu.

"Tidak, lepaskan ikatan ini. Kulitku sudah memerah," jawab gadis itu sambil mencoba melepaskan ikatan di tubuhnya.

Alucard mengangguk sambil melepaskan ikatan di tubuh Felicia. Felicia, ia adalah kepribadian lainnya dari diri Felica. Kepribadian yang berbeda dengan Felica yang sesungguhnya. Felicia memiliki kepribadian yang sangat suka sekali menggoda dengan tubuhnya dan percaya diri. Karena itu terkadang Alucard ingin memusnahkan Felicia agar tidak membuat Felica sesungguhnya mendapatkan masalah.

Tubuh Felicia oleng saat gadis itu ingin berdiri, kakinya terasa sakit dengan tubuhnya yang seperti di sayat-sayat. Felicia langsung menatap Alucard tajam, ia ingin meminta penjelasan, tetapi Alucard sudah menggendong tubuhnya terlebih dahulu.

"Jangan terlalu banyak bergerak, kau habis mengalami kecelakaan," tegas Alucard, Felicia menatap raut wajah Alucard yang seperti kelelahan.

Gadis itu hanya diam saat Alucard tersenyum ke arahnya. Jarang sekali pria itu tersenyum lembut ke arahnya, Alucard sangat membencinya dan ia tahu hal itu. Karena itu ia merasa curiga saat pria itu memperlakukannya dengan ramah. Pintu ruangan serba putih itu terbuka memperlihatkan Xavier, Nero, White dan Vicente yang terlihat sehabis menangis.

Ia ingin bertanya, tetapi Xavier sudah menatapnya tajam terlebih dahulu. Gadis itu tersenyum lebar ke arah Xavier, ia mengingat pernah melukai Xavier dengan menusuk mata kanan pria itu saat kecil. Dan sudah pasti Xavier membencinya, karena kehilangan sebelah matanya.

Tetapi, tatapan tajam itu memudar dengan tatapan lembut, Felicia menatap tidak mengerti apa yang terjadi. Mereka semua terlihat aneh hari ini, bahkan mereka terlihat bahagia saat melihatnya. Tidak ada tatapan permusuhan seperti biasa yang mereka lakukan jika ia tersadar. Felicia merasa ada yang tidak beres dengan tingkah mereka. Apa yang telah terjadi, sudah pasti bukan hal kecil yang bisa mereka atasi.

"Nona Felicia, apa tubuhmu baik-baik saja?" tanya Nero sambil menatap lembut gadis di gendongan Alucard.

Felicia menatap horor dengan pertanyaan yang terlihat mengkhawatirkan dirinya itu, gadis itu tidak menjawab. Ia lebih memilih melompat turun dari gendongan Alucard sambil melewati mereka tanpa menjawab atau bahkan menoleh sekalipun.

Gadis itu berhenti melangkah lalu berkata, "Berhenti bersikap menjijikan seperti itu!" desis Felicia, ia kembali melangkahkan kedua kakinya.

Tidak peduli jika tubuhnya merasa kesakitan, dan rasa sakit di pahanya yang menyakitkan. Sebelum jauh meninggalkan mereka, Xavier sudah menggendong tubuh Felicia hingga gadis itu terpekik kaget.

"Apa yang kau lakukan?"

"Diam, atau aku akan menciummu di depan Alucard!"

"Lakukan jika kau memang berani, aku tahu kau tidak akan melakukannya karena kau membenciku."

Tanpa berpikir panjang, Xavier langsung saja melumat bibir Felicia, gadis itu membulatkan kedua matanya saat Xavier melepaskan ciuman di bibirnya. Nero, Vicente, White dan Alucard sudah siaga menodongkan pistol, pisau, katana ke arah Xavier. Kali ini Lelaki persurai putih itu menang telak dari keempat orang di belakangnya.

"Selagi tubuhmu adalah milik Felica, aku bisa melakukannya. Apa kau ingin mencobanya lagi?"

Felicia langsung saja menutup bibirnya sambil menatap tajam Xavier, lelaki itu hanya tersenyum miring dan kembali melangkah. Dibawanya Felicia ke dalam ruang laboratorium milik Nero.

"Kau kecelakaaan dan mengalami luka berat, sudah aku katakan untuk tidak keluar mansion sendiri," terang Alucard, Felicia mengangguk meski ia tidak ingat apa-apa setidaknya Alucard tidak akan membohongi dirinya.

"Jadi, biskah kau istirahat dahulu dan meminum obatmu hingga semua luka di tubuhmu menghilang?" tanya Nero sambil memeriksa tubuh Felicia.

Felicia hanya mengangguk, ia tidak ingin berdebat dengan mereka semua. Saat ini ia sangat kelelahan dan ingin kembali tidur tanpa diganggu. Felicia meminum obat yang diberikan oleh Nero, sesekali gadis itu memperhatikan gerak gerik mereka berlima yang merasa lega melihat dirinya.

Perlahan obat yang di berikan pada Felicia bereaksi dan membuat gadis itu terlihat mengantuk. Sebelum ia jatuh tertidur, Felicia menarik tangan Xavier. Lelaki bersurai putih itu menoleh dan mengangkat satu alisnya.

"Maafkan aku."

Permintaan maaf dari seorang Felicia, gadis penggoda dan juga licik itu terpejam.

Kesombongan dan tingkahnya yang sering membuat masalah itu tidak pernah mengeluarkan kata-kata maaf dari bibirnya. Karena itu mereka berlima tidak menyukai Felicia yang angkuh, mereka menyukai Felica yang begitu polos dan membuat mereka jatuh cinta.

Xavier mengetahuinya, Felicia terbentuk dari lemahnya kepribadain Felica. Gagalnya Ace mencuci otak Felica membuat gadis itu memiliki kepribadian lain untuk melindungi dirinya sendiri. Xavier tersenyum, satu kata yang ia nantikan dari Felicia. Permintaan maaf karena telah melukai mata kanannya. Xavier mendekati wajahnya lalu berbisik sebelum Felicia jatuh tertidur.

"Kau kalah, Felicia, kau kalah."

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C24
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login