Download App
77.77% PRINCESS OF MAFIA / Chapter 21: - 20 -

Chapter 21: - 20 -

Elliot masih mengawasi gerak-gerik gadis bersurai merah yang kini berada di kamarnya. Gadis itu sedari tadi hanya membaca-baca buku yang berada di rak buku di sudut ruangan, bahkan gadis itu terlihat tidak bosan setelah membaca lima buku dengan cepat.

Elliot bahkan tidak bisa membaca buku sebanyak itu dalam waktu beberapa jam, sedangkan gadis di depannya itu mampu membacanya dengan cepat. Pria itu awalnya mengira jika Felica hanya membuang-buang waktunya dengan membaca buku agar ia lengah dan gadis itu dapat kabur dari mansionnya.

Tetapi perkiraannya salah, gadis itu bahkan dapat menghafal semua yang tertulis dalam buku yang ia baca. Bahkan ia sudah menguji gadis itu dalam hal mengingat, dan ternyata di luar dugaan. Gadis itu benar-benar pengingat cepat dan jenius dalam usia muda.

"Kau tidak lelah?" tanya Elliot yang masih mengawasi gadis belia di hadapannya.

"Apa kau tidak lelah terus menatapku seperti itu, Tuan Elliot?" balas Felica yang langsung menutup buku dan kini mengamati wajah tampan pria yang menculiknya.

"Biasanya aku langsung membunuh mangsaku," jawab Elliot sambil tersenyum ke arah Felica.

Felica langsung tersenyum, jantungnya sudah berdetak kencang sedari awal Elliot memperhatikannya. Ia takut, tentu saja ia takut. Tetapi, ia tidak boleh memperlihatkan wajahnya yang ketakutan atau dia akan kalah sejak awal.

"Lalu apa yang harus kulakukan? Kau tidak mungkin hanya menyekapku di sini saja, bukan? Pada akhirnya cepat atau lambat kau akan membunuhku," jawaban tenang Felica membuat Elliot benar-benar tidak bisa menebak gadis di hadapannya.

"Kau terlalu tenang untuk seekor mangsa," balas Elliot sambil tertawa kecil.

"Apa aku harus histeris sambil berteriak minta tolong dengan akhirnya kau membunuhku dengan cepat? Aku tidak akan lakukan itu," ujar Felica sambil membuka kembali buku yang yang ia baca tadi.

"Kau masih sayang dengan nyawamu ternyata," sindir Elliot membuat Felica tersenyum kecil.

"Tidak, aku hanya pintar mengendalikan situasi," elak Felica.

"Jadi, kau takut?" Elliot mendekat ke arah Felica.

Elliot mengambil buku yang gadis itu baca, Felica mendongak dan menatap wajah Elliot yang sudah berada di hadapannya.

"Jadi ... kau takut?" ulang Elliot yang kini tersenyum miring ke arahnya.

Felica tidak menjawab, gadis itu hanya menarik tangan Elliot dan mengarahkan ke dada kirinya. Pria itu membeku seketika, beberapa saat ia tidak bergerak karena sedang berpikir apa yang sedang ia lakukan. Beberapa saat kemudian Elliot melompat mundur, melepaskan tangannya dari tubuh Felica.

"Shit! Apa yang kau lakukan?" umpat Elliot yang baru sadar dengan apa yang ia baru saja lakukan.

Felica lagi-lagi tidak menjawab, gadis itu hanya mengangkat alisnya lalu kembali mengalihkan perhatiannya ke buku yang ia baca.

"Padahal Xavier sering melakukannya saat tidur denganku," gumam Felica tanpa berdosa.

"Aku hanya memberitahumu jika detak jantungku baik-baik saja," lanjut gadis itu tanpa menoleh ke arah Elliot.

Elliot membulatkan kedua matanya, gadis itu benar-benar polos atau apa. Ia kembali berpikir, selama ini apakah gadis itu mendapatkan pelajaran yang sama dengan kebanyakan orang. Atau Ace mengajarinya hal yang tidak-tidak pada putrinya sendiri.

Beberapa hari telah berlalu, belum ada tanda-tanda jika gadis itu akan dijemput oleh para Eksekutif tertinggi Roulette. Bahkan, belum ada tanda-tanda jika ia ingin membunuh gadis bersurai merah itu. Gadis itu pun terlihat tenang seperti sedang berlibur di mansion orang lain.

Perintah untuk membunuh Felica sudah turun beberapa hari yang lalu, tetapi Elliot enggan membunuh mangsanya begitu saja. Ia masih tertarik dengan gadis yang kini berada di hadapannya. Lihat saja gadis itu yang meminjam kemejanya, terlihat menggoda untuk anak seusianya.

Elliot bahkan sudah beberapa hari ini mengabaikan tugasnya untuk mencari informasi dari Diego, ia terlalu menikmati hari-harinya bersama Felica, gadis itu tidak hanya membuatnya tertarik. Tetapi, juga kagum akan rasa ketakutan, putus asa, dan pantang menyerah yang gadis itu tutupi dengan sempurna.

Di saat hidupnya di ambang kematian seperti sekarang, gadis itu masih tetap tersenyum sambil menghibur diri dengan cara membaca buku. Sesekali mengobrol dengan dirinya, apa yang ia sukai dan apa arti dari kehidupan yang ia jalani.

Dan tanpa Elliot sadari, pria itu sudah terjatuh pada pesona Felica yang jarang diketahui orang lain. Ia marasa nyaman berada di dekat gadis itu meski ia tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Tetapi malapetaka baru saja tiba di depan mansion miliknya.

"Elliot!" Suara itu menggema di dalam mansion besar miliknya.

Wajah Elliot langsung saja berubah pucat, dengan cepat ia menarik tubuh Felica dan mengikat tangan gadis itu. Kedua kaki Felica yang bebas diikat di kedua tepi ranjang, mata gadis itu pun ditutup dengan selembar kain agar terlihat seperti sedang tersiksa.

"Elliot!" Pintu terbuka dan menampilkan sang pemimpin Salvador yang kini berjalan ke arahnya.

"Diego!"

BRAAKKK

Elliot dengan mudah terkena tendangan yang Diego berikan, pria berkepala plontos itu menyeringai saat melihat seorang gadis di atas kasur dengan keadaan mata tertutup dan kedua tangan yang terikat.

"Kau masih membiarkannya hidup?" tanya Deigo menatap tidak percaya pada salah satu tangan kanannya itu.

"Ugh, seperti biasa tendanganmu sakit sekali." Elliot bangkit menutupi keterkejutannya.

"Mengapa kau membiarkannya hidup? Kau tahu akan menjadi masalah jika ia kabur dari mansionmu?" Kini Diego menatap tajam anak buahnya itu.

"Aku akan menghabisinya setelah bersenang-senang dengannya," jawab Elliot mencoba santai di depan Diego.

Pemimpin Salvador itu tertawa mendengar Elliot yang tidak pernah menyentuh wanita kini tertarik pada seorang gadis. Bahkan gadis itu adalah putri dari musuhnya.

"Apa kau berencana mengkhianatiku, Elliot?" desis Diego.

Elliot menelan salivanya, ia tidak mungkin mengkhianati Diego, sudah bertahun-tahun lamanya ia mengabdi pada pemimpin Salvador itu. Dan tidak mungkin ia akan mengkhianatinya begitu saja, tetapi ia juga tidak dapat membiarkan gadis itu mati. Elliot masih ingin bersama dengannya walau hanya beberapa hari.

"Mengapa kau sensitif sekali? Tentu saja aku tidak akan mengkhianatimu, Diego," jawab Elliot dengan raut wajah serius.

Diego tersenyum miring, beberapa orang bawahannya sudah melaporkan semua yang ada di mansion ini. Termasuk sikap Elliot yang berubah membuatnya menjadi tanda tanya besar.

"Jika aku ingin bersenang-senang dengan gadis itu, maka lakukan sekarang juga."

Ucapan Diego bagai petir di siang hari. Elliot tidak berencana melakukan itu pada gadis yang terlihat gelisah di atas ranjang saat ini. Tetapi, jika ia menolak, Diego pasti akan langsung membunuh gadis itu tanpa ampun. Merasa tidak ada pilihan, Elliot menuruti perintah Diego untuk bersenang-senang meski ia pasti tidak akan merasa senang.

"Apa kau butuh obat perangsang?" tanya Diego sambil tertawa kecil.

"Tidak," jawab Elliot sambil membuka kemeja yang membalut tubuhnya.

Pria itu menaiki ranjang, sesaat ia ragu melihat wajah polos milik gadis yang kini berada di bawahnya. Tetapi ancungan pistol di belakang kepalanya lebih menakutkan dibanding mencoba menggauli gadis berambut merah itu.

"Elliot?" tanya Felica lirih saat ia merasakan tangan dingin seseorang menyentuh wajahnya.

"Maafkan aku, Felica."

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C21
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login