Download App
62.96% PRINCESS OF MAFIA / Chapter 17: - 16 -

Chapter 17: - 16 -

"Memangnya ada yang salah?" tanyaku menatap Alucad tidak mengerti, kulihat wajahnya yang kini memerah.

"Alucard, wajahmu memerah," ucapku.

"Tidak ada apa-apa, My Moe ... cuaca di sini begitu panas jadi wajar wajahku memerah," jawabnya sambil tersenyum manis.

"Mau kubuatkan jus?" tanyaku, 10 tahun lamanya aku tidak terlalu mengetahui tentang dirinya yang sekarang.

"AG, Felica!" teriak Nero di pintu masuk taman."Papa memanggil kalian."

"Baiklah, Nero," jawabku sembari melambaikan tangannya.

"Alucard, ayo!" ajakku itu sembari menarik-narik tangan kekarnya.

Kami pun berjalan menuju ballroom tempat di mana Papa mengadakan pesta jamuan untuk Alucard. Ruangan itu penuh dengan keluarga Roulette dan tentunya Papa, Mama dan kedua tamu kami. Ahh, aku lupa tentang wanita itu dan pria paruh baya itu.

"Oh Tuhan, aku lupa memperkenalkan tamu kita ini!" ujar Alucard sambil mengusap wajahnya kasar, Alucard memang selalu menjadi pelupa jika berdekatan denganku.

"Kami mengerti Alucard, kau larut dalam kerinduanmu pada saudara-saudaramu juga gadis kecilmu itu hingga tidak sadar kau mengacuhkan kami," jawab wanita yang aku sendiri tidak mengetahui namanya.

Cantik, tetapi aku tidak menyukai gaya wanita itu. Mengingatkanku pada wanita-wanita yang mengerubungi Xavier. Apa wanita itu juga akan ditembak Xavier?

"Maafkan anakku, sepertinya dia sedikit kesal akan sesuatu," ucap pria paruh baya di sebelah wanita itu.

Aku memilih duduk di samping Alucard yang berseberangan dengan Papa dan Mama. Entah mengapa tiba-tiba tubuhku lelah, aku tidak ingin membuat semua orang khawatir. Karena itu aku harus kuat sebelum pesta ini berakhir.

"Ahh, dengar semuanya!" Papa berdiri dari tempat duduknya yang terlihat berbeda dari tempat duduk yang lain.

"Roulette adalah sebuah nama, gelar, ikatan keluarga yang sedari dulu kita bangun dengan jerih payah kita, semakin lama 'bisnis' yang kubangun ini semakin diincar oleh banyak pihak," ucap Papa, aku sedikit tidak mengerti.

Papa adalah seorang CEO. Akan tetapi, tidak pernah terlihat bekerja di luar sana. Bahkan aku tidak mengetahui kantor milik Papa. Mama mengatakan jika Papa bisa bekerja di mana pun. Memangnya pekerjaan di bidang apa yang Papa tekuni?

"Untuk memperebutkan apa yang ada di puncak membutuhkan segala perjuangan dan pengorbanan, teman menjadi musuh, lalu musuh menjadi teman ...," ucap Papa sembari mengangkat gelas wine yang ia pegang.

Aku hanya bisa menyangga daguku menggunakan kedua tangan, memberikan senyuman penuh arti. Kepalaku sudah berkunang-kunang, apa aku sakit? Hingga sekelebatan bayangan terlihat di benakku.

"Kau menyakiti Alucard, Xavier!"

"Li-lica, dengarkan aku!"

"Kau membuatnya pergi, Xavier!"

Slaapp

"Arrrggghh ...."

"Satu hal, aku sebagai pemimpin kalian ingin mengucapkan terima kasih dan ... aku bangga pada anak tertuaku atas usahanya yang membuahkan hasil, bukan hanya itu ... kini hubungan keluarga kita bertambah dengan hadirnya teman lama kita, Thosio dan putrinya yang cantik, Fura."

Perkataan Papa membuatku kembali dari kilasan bayangan itu. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku merasa sangat mengantuk.

"Satu hal lagi, mungkin kalian akan terkejut mendengarnya, aku dan Tuan Thosio sudah berbincang empat mata meneruskan perbincangan kami melalui telepon saat Alucard masih berada di Jepang ... suatu kehormatan bagiku untuk menerima tawaran yang diberikan Tuan Thosio padaku, Alucard ...." Aku tidak dapat menahannya lagi, aku mengantuk.

"Ya, Papa!" jawab Alucard dari setengah kesadaranku.

"Aku menjodohkanmu dengan Fura."

Sunyi, hening, dan dingin. Apa yang baru saja Papa katakan? Aku tidak mengerti.

'Alucard akan kembali pergi dari sisimu.' Suara itu, lagi-lagi terdengar.

'Alucard akan kembali meninggalkanmu.' Tidak, Alucard tidak boleh pergi.

Tidak cukupkah dia pergi selama 10 tahun?

'Alucard akan meninggalkanmu selamanya.' Tidak, Alucard tidak boleh pergi.

Lakukan apa pun untuk menahannya, kumohon. Siapa pun, tolong tahan dirinya. Aku tidak ingin jauh darinya!

'Serahkan padaku.' Dan semua menjadi gelap.

"Papa!" dengkusku, ada apa ini? Mengapa tubuhku bergerak sendiri?

"Ada apa, Sayangku?" jawab Papa sambil menatapku.

"Aku tidak bisa menerimanya," ujar Alucard, kepalaku menoleh ke arah Alucard yang kini raut wajahnya yang tidak terbaca.

"Alucard, jangan membuatku malu dengan penolakanmu!"

"Aku tetap menolaknya!"

"Alucard!"

"Papa!" teriakku tiba-tiba saja, ada apa denganku? Tubuhku.

"Fe-felica." Kini Papa menoleh ke arahku dengan wajah terkejut.

"Alucard tidak akan menikah dengan siapa pun. Papa, mengertilah?" ucapku sambil menyeringai.

Apa yang terjadi? Ini, ini seperti 11 tahun lalu.

Tubuhku kembali bergerak sendiri, kutarik gaunku hingga memperlihatkan paha kakiku dan mengambil sebuah senjata api yang entah kapan aku membawanya. Sebenarnya apa yang terjadi pada tubuhku?

"Felica!" Alucard membentakku, ada apa? Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku.

"Turuti kemauanku atau ... timah panas di dalamnya menembus kepalaku, Papa," ancamku sambil menodongkan senjata itu tepat di kepalaku.

"Felica! Jangan main-main denganku!"

DOR

Papa! Siapa pun tolong aku! Aku tidak dapat mengendalikan tubuhku, kumohon. Hiks ....

"Aku tidak main-main!"

"Toshio, kita bicarakan ini nanti. Saat ini aku harus mengurus Putriku terlebih dahulu," kata Papa dengan wajah tegangnya, maafkan aku Papa.

"Baiklah, Felica, Papa akan mendengarkanmu. Jadi, bisakah kau turunkan revolver itu? Papa tidak ingin kau terluka sedikit pun," ucap Papa, tubuhku kembali bergerak dan kembali memasukan senjata api itu yang kurasakan kini wajahku tengah tersenyum manis.

Kepalaku kembali menoleh dan menatap Alucard tajam. Ohh, jangan lakukan itu.

"Alucard, kau mencintaiku, bukan?" tanyaku sambil memeluk tubuhnya.

Apa yang aku katakan? Aku tidak mengerti, bukankah kami memang saling mencintai seperti apa yang dikatakan Mama?

"Felica, Alucard itu–"

"Papa, Alucard hanya mencintaiku, jadi jangan pernah menjodohkannya dengan siapa pun!" desisku tajam.

Papa, maafkan aku.

"Ya, aku mencintaimu, jadi tenanglah dan beristirahtlah," bisik Alucard lembut, aku mengangguk dengan senyuman manis sambil menenggelamkan wajahnya di dadanya.

Dan seketika semua menjadi gelap, suara itu kembali terdengar hingga membuatku tersadar. Tubuhku sedang dikendalikan.

***

"Aku akan mengantarkan Felica ke kamarnya," ujar Alucard sambil menggendong tubuh Felica yang masih setia memeluk tubuhnya.

"Felica, jangan berbuat sesuatu yang melukai Alucard. Kau mencintainya, bukan?" ujar Mama menatap khawatir ke arah putrinya.

"Tenang saja, aku tidak akan sampai hati memasung tubuh indahnya," jawab Felica sambil tertawa kecil.

"Anak pintar, sekarang kau boleh ke kamarmu bersama Alucard," jawab Mama sambil tersenyum paksa.

"Baiklah, kita sebaiknya langsung pergi," jawab Alucard sambil mencium kening Felica.

Lelaki itu berlalu begitu saja tanpa memperhatikan raut wajah Fura saat ini. Alucard yang hanya diam di sepanjang perjalanan menuju kamar Felica, sedikit risih ketika Felica hanya diam tidak berbicara apa pun.

"Mengapa kau kembali?" tanya Alucard sedikit berbisik.

"Kau hanya milikku, Alucard," jawab Felica tanpa menoleh.

"Itu tidak menjawab pertanyaanku, jawablah sebelum aku melakukan sesuatu agar kau menghilang." Felica hanya tertawa mendengarnya.

"Kau mengujiku? Kembalikan gadisku sekarang juga!" desis Alucard.

"Gadismu memohon padaku, memohon untuk membuatmu tetap berada di sisinya," jawab Felica sambil tertawa kecil.

"Apa kau bilang?" Felica turun dari gendongan Alucard dan membuka pintu kamarnya sendiri.

"Gadisku mengatakan itu?" cecar Alucard membuat Felica menoleh.

"Apa kau tidak percaya denganku?" tanya Felica dengan senyum mengejek di wajahnya.

"Kau tidak dapat dipercaya!" dengkus Alucard yang langsung masuk ke dalam kamar tidak lupa menutup pintu kamar itu dan duduk di atas ranjang milik Felica.

"Bagaimana jika kita buktikan saja?" jawab Felica duduk di pangkuan Alucard.

"Jangan lakukan itu dengan tubuh gadisku!" desis Alucard.

"Aku tidak akan melakukannya, tetapi ...." Felica mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka berdua bertemu.

Alucard membulatkan matanya dan mendorong tubuh Felica.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Alucard tanpa sadar.

"A-alucard ...," ucap Felica lirih sambil menatap lelaki di hadapannya dengan terkejut.

"Fe-felica, ka-kau kembali?" raut wajah Alucard seketika memucat saat melihat perubahan diri Felica.

"Apa aku berbuat salah? Kau membentakku," tanya Felica sambil menundukan wajahnya.

"Fe-felica, a-apa kau mengingat sesuatu?" tanya Alucard hati-hati sambil memegang tubuh Felica.

"Tidak, tiba-tiba saja aku tersadar dan kau membentakku," jawab Felica masih dengan wajah yang menunduk.

"Syukurlah, maafkan aku. Aku hanya mengkhawatirkan dirimu," jawab Alucard sambil memeluk tubuh Felica.

"Istirahatlah, tubuhmu panas. Sepertinya kau demam, aku akan merawatmu," lanjut Alucard sambil membaringkan tubuh Felica di atas ranjang, gadis itu hanya mengangguk dan menutup kedua matanya.

"Sial, hampir saja."

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C17
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login