Download App
59.25% PRINCESS OF MAFIA / Chapter 16: - 15 -

Chapter 16: - 15 -

"Nero, kau kembalilah ke mansion dan temui Papa. Bicarakan masalah ini dengannya," ujar Xavier.

"Baiklah, kalian tetaplah waspada," jawab Nero yang saat itu berada di atap gedung sekolah.

Lelaki bertopi fedora itu langsung saja melompat dari atap gedung dan menginjak batang pohon sebagai tempat tumpuan kakinya. Sedangkan Vicente kembali membidik beberapa mafioso yang mengarahkan senjatanya ke arah Nero.

Nero dengan santainya melalui para penembak itu dan dengan cepat bergegas masuk ke dalam mobil sedan yang terparkir di luar halaman sekolah. Tidak membutuhkan waktu lama Nero sampai di mansion, tanpa membuang waktu, lelaki bertopi fedora itu memasuki mansion dan segera ke ruang kerja Papa.

Suara ketukan pintu terdengar dari dalam ruangan yang berlapis baja itu. Sebuah suara mengizinkan Nero untuk masuk dan lelaki itu langsung saja membuka pintu di hadapannya.

"Papa, aku ingin membicarakan sesuatu," ucap Nero yang begitu saja masuk dan duduk di hadapan Ace.

"Sepertinya mereka semakin gencar ingin membunuh penerus Keluarga Roulette," kekeh Ace sambil meletakkan cerutu di atas asbak.

"Jadi, apakah kita harus menghubungi AG?" tanya Nero langsung.

"Hubungi AG segera, lagi pula ia sudah menyelesaikan tugasnya," jawab Ace sambil tersenyum mengerti ke arah Nero.

"Baiklah," jawab Nero dan langsung saja mengambil ponsel miliknya.

Ditekannya nomor milik AG yang saat ini tengah bertugas, ia tahu jika ponsel milik AG pasti sedang rusak kembali.

"Ahh, sial! Aku lupa, Vicente memblokir signal pada ponsel AG!" saat menyadari hal itu Nero langsung mengotak-atik sebuah komputer yang tidak jauh berada di ruangan itu untuk membuka blok signal pada ponsel Alucard.

"Baguslah!" desis Nero yang langsung mencoba kembali menghubungi Alucard.

"Ada apa, Mage?" tanya suara di seberang yang terdengar malas.

"Cepat kembali kami tidak bisa mengatasi semuanya meski sudah bertiga. Jika para Eksekutif menengah itu datang, mereka akan membuat sekolah Felica menjadi medan pertempuran," jawab Nero yang kini tengah melihat jam di tangannya.

"Apa yang kau maksud?" tanya Alucard tidak mengerti.

"Felica sedang bersekolah, dan sudah beberapa lama ini menjadi target pembunuhan. Mereka benar-benar ingin melenyapkan Felica, kau mengerti?" terang Nero yang kini mulai merasa jengah.

"Katakan sedari tadi, Bodoh! Aku akan kembali besok," jawab Alucard yang terdengar kesal.

"Apa Felica sempat terluka?" tanya Alucard dengan nada khawatir.

"Beruntung kami selalu melindunginya jadi hanya Wild dan Gluppy saja yang terluka, meski tidak terlalu parah," jawab Nero tenang.

"Baguslah, jika sampai Felica terluka ... aku tidak akan segan-segan menembak tepat di kepala kalian," ancam Alucard membuat Nero bergidik ngeri.

"Ya, ya, aku tahu. Baiklah, sampai jumpa. Aku akan kembali ke sekolah Felica," jawab Nero yang langsung saja memutuskan sambungan telepon tersebut.

"Papa, aku akan kembali menjemput Felica," ujar Nero dan Ace hanya mengangguk sambil kembali melihat layar laptop miliknya.

"Aku jadi penasaran, bagaimana jika mereka kembali berkumpul?" gumam Ace sambil melihat layar laptop miliknya yang terpampang wallpaper keluarga besar Roulette.

Sekembalinya Nero, pertempuran baku tembak sudah mulai mereda. Dan saat ini adalah jam pulang sekolah di mana para mafioso musuh memilih untuk mundur. Felica memasuki mobil limaosin hitam miliknya sesudah melambaikan tangannya pada Alice dan Jimmy.

"Felica, ada kabar baik untukmu," ujar Nero sambil menyesap wine di tangannya.

"Ada apa?"

"Alucard kembali besok, sebaiknya kau tidak sekolah terlebih dahulu untuk menyambut kedatangannya," jawab Vicente sambil memakan lasagna kesukaannya.

"Benarkah?" terlihat wajah Felica kini berbinar-binar.

"Ya, jadi persiapkan dirimu." Kini Xavier yang menjawab sambil mengelus lembut kepala gadis itu.

"Aku merindukannya," gumam Felica sambil memeluk Vicente yang ada di sebelahnya.

"Kau mau?" tawar lelaki berkacamata itu yang sedang memakan lasagna.

"Suapi aku," jawab Felicia senang sambil membuka mulutnya.

Dengan senang hati Vicente menyuapi gadis kesayangannya itu. Nero dan Xavier hanya tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Felica.

"Setelah ini beristirahatlah," ujar Nero dan Felicia hanya mengangguk.

***

Hari ini Alucard akan kembali, akhirnya kami bisa bersitatap. Meski aku tidak tahu, apakah ia merindukanku atau tidak. Sudah lama aku tidak dapat menghubunginya, padahal aku merindukannya. Apa dia melupakanku?

Kutatap wajahku di cermin dan terlihat biasa saja. Aku tidak suka berdandan, tetapi setidaknya aku harus memoles sedikit wajahku. Dan hasilnya tidak buruk, apakah aku cantik? Aku bahkan tidak mengerti deskripsi dari kata itu. Setidaknya wajahku layak dipandang.

Dan kurasa Alucard sudah sampai, aku berlari menuju ballroom. Terkadang aku benci mansion seluas ini, membuatku harus membuang waktu seperti sekarang ini. Tenang saja, aku tidak memakai gaun yang membuatku susah berjalan. Kali ini aku hanya memakai dress putih di atas lutut dan membiarkan rambutku tergerai panjang.

"Alucard!" pekikku sambil berlari dari arah pintu menghampir lelaki yang kuketahui adalah Alucard.

Lelaki itu menoleh dan menatapku tajam.

"Felica! Sudah kukatakan berulang kali untuk tidak berlarian, kau bisa terjatuh," desis Alucard membuatku tersenyum.

"Aku merindukanmu." Aku berlari dan langsung memeluk tubuh kekar Alucard.

Ahh ... mengapa tubuhnya sekeras ini?

Alucard membalas pelukanku sambil mengelus kepalaku lembut. Aku benar-benar merindukannya, ternyata ia tidak melupakanku. Aku kembali menatap wajahnya dan ...

Cup!

Lelaki itu mengecup tepat di bibirku, apa itu tandanya ia masih menyayangiku? Jika benar aku senang sekali.

"Ehem!" Aku melihat sekeliling dan kini mereka menodongkan senjata ke arah Alucard.

Apa yang mereka lakukan?

"Aku bisa jelaskan," kata Alucard sambil kembali memeluk tubuhku erat-erat.

"Kau mengotori otak Lica, AG!" desis Xavier tajam.

"Menjauh dari Felica agar aku dapat menembakmu saat ini juga." Kali ini Papa yang berbicara.

"Ayolah, aku melakukannya tanpa sadar. Bertahun-tahun tidak bertemu dengan gadisku dan saat melihatnya sudah secantik ini tanpa berpikir panjang lagi aku menciumnya," jawab Alucard,

Sebenarnya apa yang terjadi?

"Memangnya apa yang dilakukan Alucard?" tanyaku sambil menatap mereka heran.

"Dia telah menciummu, Licaku sayang," jawab Xavier sambil memasukkan kembali beretta miliknya.

"Memangnya apa yang salah? Apa kau juga mau aku menciummu, Xavier?" tanyaku, dan Xavier hanya bisa menatapku.

"Tidak boleh!" kata Papa, Nero, Vicente, dan Alucard secara bersamaan.

"Ada apa dengan kalian?" gerutuku sambil mengalungkan tanganku di leher Alucard.

"Alucard gendong aku," pintaku, karena aku sudah lama tidak digendong olehnya.

Alucard menurutiku seperti biasanya, lelaki kekar itu langsung saja menggendongku dan membawaku pergi ke taman seperti saat kami masih kanak-kanak. Kami berhenti di rerumputan luas dan Alucard menurunkanku di sana. Aku memilih duduk, sedangkan Alucard masih menatap sekeliling.

"Moe, aku benar-benar merindukanmu!"

"Apa kau akan meninggalkanku lagi?"

Aku tidak ingin Alucard kembali meninggalkanku. Alucard langsung merubah posisinya yang tengah berbaring menjadi menghadapku dengan wajah yang sangat dekat.

"Tentu tidak, My Little Moe!" ucapnya seraya mengusap lembut wajahku dengan tatapan yang begitu mendalam sehingga membuat matanya terlihat sedikit lembab.

"Aku takut kau kembali menghilang," ucapku sembari menatap iris Alucard.

"Aku berjanji," jawabnya sambil tersenyum menatapku. "Bagaimana dengan sekolahmu?"

"Alucard, aku senang sekali bersekolah, aku baru mendapatkan banyak teman di sana, apa kau mau menemaniku di sekolah? Akan aku kenalkan teman-temanku padamu!" jawabku, aku akan memperkenalkan Alucard pada Alice dan Jimmy.

"Tentu, Moe-ku sayang, jika bisa aku bahkan akan menemanimu di kelas," jawab Alucard sambil kembali berbaring.

"Ah ya, di sana aku mempunyai teman laki-laki dan aku menyukainya."

"APA!"

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C16
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login